KYUMIN \ FANFICTION | THE SECRET | GENDER SWITCH / CHAPTER 12

Dua orang yang baru mengenal beberapa menit lalu itu sudah duduk di sofa ruang tamu. Setelah ciuman mendadak yang Donghae lancarkan selesai, kecanggungan segera melingkupi mereka.

“Kau kaget ya?” Donghae membuka suara, mengusir keheningan yang sejak tadi melingkupi mereka.

“Eum.” Jawab Eunhyuk cepat seraya menganggukkan kepalanya.

“Maaf.” Donghae mengusap tengkuknya salah tingkah. “Aku juga kaget dengan refleksku sendiri.” Jawabnya.

“Ah~ iya. Aku juga yang salah.” Jawab Eunhyuk, menahan rasa panas yang terus menjalar di wajahnya sampai ke leher.

“Kau sudah lama kenal dengan Kyuhyun?” Tanya Donghae basa-basi.

“Sudah. Sejak dari masih kecil sepertinya.” Jawab Eunhyuk.

Donghae mengangguk. “Kau sepupunya guru Lee?” Tanya Donghae lagi.

Kali ini Eunhyuk yang mengangguk. “Iya. Kau anak didiknya?” Tanya Eunhyuk.

“Lebih tepatnya dia wali kelas kami. Katanya dia sakit makanya kami menjenguk guru Lee.” Jawab Donghae.

“Dia hanya sakit hati. Bisa dikatakan patah hati jadi jangan terlalu mencemaskan dia. Besok juga sudah baikan.” Jawab Eunhyuk.

“Wah~ guru Lee bisa patah hati juga ternyata.” Ujar Donghae.

“Bisa. Kekasihnya itu sangat menyebalkan, makanya dia patah hati.” Jawab Eunhyuk.

“Kekasih ya? Kalau kau bagaimana? Sudah memiliki kekasih?” Tanya Donghae.

Eunhyuk langsung merah padam. “Belum~” Jawabnya seraya menunduk.

Donghae segera menyungingkan senyumannya, tak tahu senyuman dalam artian apa.

 

.

~oOo~

.

The Secret

.

Presented by Melani KyuminElfSha

.

FanFiction

.

Chapter :: 12

.

Genre :: Romance, drama, hurt.

.

Rate :: T

.

Warning :: GS, Tak sesuai EYD. Typo (s) mengingat saya ratunya typo.

.

Disclaimer :: KyuMin milik Tuhan, Orang tua mereka, Super Junior, Elf, SparKyu, Pumpkins, Joyer. Dan Saya hanya pinjam nama mereka ^^

~oOo~

.

.

~oOo~

.

 

 

“Noona. Buka pintunya.” Kyuhyun mengetuk pintu itu perlahan sejak tadi tapi tetap saja sosok di dalam sana tak mau membukakannya pintu.

“Noona.” Kyuhyun memperkeras ketukannya berharap Sungmin luluh. “Buka pintunya Noona.” Pinta Kyuhyun lagi.

Tapi pintu itu tak terbuka, seolah tak ada penghuni di dalam sana dan akhirnya membuat Kyuhyun menyerah.

“Noona~” Lirih Kyuhyun, kini tak lagi mengetuk pintu itu, melainkan menempelkan pipi kirinya di permukaan pintu. “Kau benar-benar menyebalkan! Aku tahu kau di dalam.” Erang Kyuhyun. Dan tetap saja tak ada tanda-tanda pintu kamar itu terbuka.

“Aku akan menemuimu lagi.” Kyuhyun berujar lirih. “Karena kita harus berbicara.” Sambungnya sebelum meninggalkan pintu kamar itu, bergerak turun menuju lantai dasar.

“Orang tuamu kemana? Kenapa disini sepi sekali?”

Kyuhyun mendengar suara Donghae dibawah sana, membuat langkahnya terhenti di anak tangga paling atas.

“Kebetulan appa dan umma sedang ke Jepang, tapi hanya sebentar disana.” Jawab Eunhyuk.

“Ah~ pantas saja sepi.” Jawab Donghae.

Kyuhyun tersenyum saat melihat dibawah sana Donghae berbincang akrab dengan Eunhyuk. ‘Katanya tak biasa dengan orang asing.’ Cibir Kyuhyun dalam hati. ‘Sekarang malah menggoda Hyukkie noona.’ Sambung Kyuhyun.

“Ah iya. Kau tadi bilang mengenal Kyuhyun sejak kecil lalu kau sepupu guru Lee, bukan?” Tanya Donghae.

“Iya. Kenapa?” Eunhyuk bertanya seraya menatap Donghae.

“Tapi kenapa di kelas Kyuhyun tak mengenal guru Lee?” Tanya lelaki itu.

Kyuhyun membulatkan mata mendengar pertanyaan Donghae. Dengan cepat Kyuhyun menuruni tangga untuk sampai di lantai dasar, segera mendekat sofa dan duduk diatas meja tepat di hadapan dua orang yang sudah duduk berdampingan itu.

“Kalian sudah akrab?” Tanya Kyuhyun sebelum Eunhyuk membuka mulutnya untuk menjawab pertanyaan Donghae.

“Tsk.” Eunhyuk yang tahu maksud pertanyaan menyela itu hanya bisa berdecih kesal tanpa mau menjawab pertanyaan Kyuhyun.

Kyuhyun tersenyum miring melihat Eunhyuk yang sudah memasang tampang kesalnya dan tanpa salah lelaki itu menyambar gelas berisi jus jeruk yang ada disampingnya, meneguknya hingga kandas.

“Beginilah.” Jawab Donghae seraya menatap gelas transparan miliknya yang kini sudah tak berisi lagi, hanya tertinggal sisa jus jeruknya saja di dinding gelas. “Aish! Sial sekali. Kenapa kau habiskan?” Umpat Donghae.

“Cepat sekali kalian akrab.” Kyuhyun menyeka mulutnya perlahan dan mengabaikan umpatan Donghae, lalu matanya berhenti tepat kearah wajah Eunhyuk. Dahi Kyuhyun mengerut. “Noona, wajahmu kenapa memerah?” Tanya Kyuhyun heran.

“Ah~ tidak.” Eunhyuk segera menutup wajahnya sebentar dan menormalkan napasnya yang sedikit memburu, melupakan jika dia tengah kesal pada Kyuhyun.

“Kalian aneh sekali.” Kyuhyun menggelengkan kepalanya beberapa kali.

“Kau yang aneh.” Jawab Eunhyuk dan Donghae bersamaan. “Masuk kerumah orang tanpa permisi.” Lanjut Eunhyuk.

Kyuhyun mengendikkan kedua bahunya. “Rumahmu juga, bukan rumah orang lain.” Jawab Kyuhyun.

“Oh ayolah Kyuhyun-ah~ sejak kapan kau perduli ini rumahku atau tidak?” Tanya Eunhyuk sinis, lebih tepatnya menyindir lelaki muda itu.

‘Sejak istriku ada disini dan kau jangan menyembunyikannya.’ Kyuhyun hanya bisa membatin, sebenarnya ingin sekali meneriakkan jawaban itu tepat di depan Eunhyuk jika saja Donghae tak ada disini.

“Hei! Jangan bilang kalian sudah berpacaran.” Bukannya menjawab, Kyuhyun malah bertanya hal yang jauh dari pembahasan. Matanya dengan cekatan menatap serius dua wajah di hadapannya seolah menginterogasi.

“Tsk! Tehnik melepaskan dirimu hebat.” Cibir Eunhyuk.

“Aku tidak melepaskan diri.” Jawab Kyuhyun.

“Jika kau tak melepaskan diri kenapa tak menjawab pertanyaanku. Dasar bodoh.” Eunhyuk menatap Kyuhyun sinis dan Donghae yang sejak tadi melihat perdebatan itu hanya bisa diam tanpa ingin menyela.

“Haah~” Kyuhyun menghela napas, menyerah jika terus didesak begini. “Noona. Berikan aku kunci kamarnya.” Ujar Kyuhyun.

“Hah! Bermimpi saja kau!!” Eunhyuk tersenyum penuh kemenangan melihat wajah Kyuhyun.

“Berikan atau pintu kamar itu aku rusak.” Ancam Kyuhyun.

“Rusak saja Cho Kyuhyun. Kau kira aku takut?” Eunhyuk menantang lelaki itu.

“Kyu. Sebaiknya jangan ganggu guru Lee dulu jika dia memang tak mau bertemu. Memaksa bukan suatu jalan.” Akhirnya Donghae bisa juga membuka mulut.

Kyuhyun tercenung. Benar apa yang Donghae katakan, memaksa hanya akan menambah keruh suasana.

“Haah~” Kyuhyun menghela napas, sebenarnya dia ingin sekali bertemu Sungmin sekarang juga, tapi sepertinya saat ini bukan waktu yang tepat. “Katakan padanya aku akan kembali lagi, noona. Lagipula kenapa dia menghindariku?” Tanya Kyuhyun.

“Kau yang memintanya bodoh. Kenapa mencarinya lagi? Harusnya kau puas.” Sembur Eunhyuk, kali ini matanya menyala menatap Kyuhyun.

“Aish! Kau mau menghukumku juga?” Tanya Kyuhyun.

“Tentu saja.” Jawab Eunhyuk tanpa pikir panjang.

“Kalian sebenarnya sedang membahas apa?” Donghae yang sejak tadi menyimak mulai menuai protes saat tak kunjung mengerti akan arah pembicaraan Kyuhyun dan Eunhyuk.

“Haah~” Kyuhyun lagi-lagi menghela napas berat, lelaki itu tengah merasakan frustasi berat kini. “Hyung ayo kita pulang. Ketua rukun tetangga disini menyeramkan. Jika ketahuan mengunjungi rumah perempuan apa lagi malam-malam begini akan segera dinikahkan.” Ujar Kyuhyun seraya bangkit.

“Benarkah?” Tanya Donghae antusias.

“Benar. Ayo pulang.” Ajak Kyuhyun lagi.

“Kalau begitu aku akan menanti ketua rukun tetangga itu dan membiarkannya memergoki kami disini lalu menikahkan aku dan Eunhyuk.” Ujar Donghae seraya menyenggol bahu Eunhyuk dengan bahunya, membuat gadis itu tersipu malu lalu menunduk.

Kyuhyun menatap dua orang itu dengan tatapan waspada. “Dasar gila!” Kyuhyun menggeram dan dengan cepat mendekati Donghae. “Ayo pulang.” Ujarnya seraya menarik tangan Donghae, lalu membimbing lelaki itu untuk melangkah.

“Noona, aku pergi. Bilang padanya jangan lari kemanapun karena percuma saja. Aku akan terus menemukannya.” Ujar Kyuhyun seraya mulai keluar dari rumah megah itu, Eunhyuk mengantar kepergian mereka sampai di ambang pintu.

“Hei Kyu. Bahkan aku belum berpamitan pada Eunhyuk.” Masih dapat didengar Eunhyuk suara Donghae dan gadis itu tersenyum sebelum menekan tombol pagar megahnya agar tebuka, membiarkan dua lelaki keluar dari sana.

Tak menunggu berepa lama, dua mobil itu melesat membelah jalanan malam dan suara deru mobil itu menghilang perlahan.

 

*

 

Sungmin yang sejak tadi melihat dua mobil yang ada di luar pagar segera menjauhi kaca jendela kala dua mobil itu bergerak menjauh bahkan menghilang di depan pagar. Sungmin diam seraya menerawang dan terduduk di pinggir ranjang.

“Eonnie.” Suara Eunhyuk di luar sana menyentakkan Sungmin dari lamunan.

“Iya.” Jawab Sungmin cepat.

“Kau baik-baik saja?” Tanya Eunhyuk.

“Iya Hyukkie. Aku baik-baik saja.” Jawab Sungmin.

“Dia bilang akan kembali lagi. Apa kau mau ke Jepang sekarang?” Tanya Eunhyuk masih diluar kamar.

Sungmin terdiam, mengenggam sprei di bawahnya kuat. “Haruskah~” Lirih Sungmin.

 

***

 

Kelas unggul yang ditempati Kyuhyun itu terus saja tenang walau guru piket sudah keluar dari sana beberapa menit yang lalu, tampaknya tak ada satupun guru yang mau menggantikan posisi Lee Sungmin disana. Semenit saja mereka rasakan bagai di neraka mendapati tatapan kritis siswa jenius itu.

“Haah~ aku mulai bosan.” Ketua kelas melempar penanya diatas meja dan menyandarkan punggung di sandaran kursi. “Tak bisakah mereka mengajari kita lebih rinci? Bahkan kita sebentar lagi akan menjalani Ujian Nasional.” Ujarnya lagi.

Kyuhyun dan Donghae yang semula diam mulai menatap ketua kelas itu.

“Kyu. Bujuk guru Lee ya?”

Mendadak ketua kelas mengubah posisi duduknya dan menatap Kyuhyun, menatapnya dengan sungguh-sungguh.

“Iya Kyu. Bujuk guru Lee ya.” Rengekan sarat akan bujukan itu perlahan mulai memenuhi kelas, membuat Kyuhyun mengeryitkan alisnya.

“Aku?” kyuhyun bertanya seraya menunjuk dirinya sendiri.

Semua siswa –kecuali Donghae- mengangguk.

“Ayolah Kyu~” Mereka terus merengek.

Kyuhyun semakin mengerutkan dahinya. “Kalian seperti bayi. Hentikan rengekan itu.” Perintah Kyuhyun. Donghae terkekeh mendengar ucapan Kyuhyun tanpa mau menyelanya.

“Tidak sebelum kau membujuk guru Lee agar kembali masuk.” Celeteuk salah satu teman Kyuhyun.

“Oh ayolah Kim. Kau kira aku mau menghadapi masalah begini?” Tanya Kyuhyun frustasi.

“Kau dan kami semua tak mau menjalani masalah pelik begini, jadi kau bujuk guru Lee ya Kyu?” Ketua kelas kembali berujar.

“Dia masih sakit dan bagaimana membujuknya kembali.” Tanya Kyuhyun, sebenarnya hanya alasan saja.

“Kau pikir saja. Sakit terlalu lama dan ini sangat aneh.” Salah satu teman Kyuhyun membuka mulut.

“Benar. Aku yakin guru Lee tak sakit sama sekali. Ada sesuatu yang terjadi padanya dan kita harus melihat dia, membujuknya agar kembali.” Sambung yang lain.

“Dan yang mempunyai kekuasaan penuh untuk perintah mutlak itu hanya yang berasal dari mulutmu Kyu, hanya kau. Jadi bujuk guru Lee untuk kami ya? Untuk kita semua.” Ketua kelas terus merayu Kyuhyun.

“Aku…”

“Kyuhyun sudah membujuk guru Lee.” Tiba-tiba Donghae berujar, membuat mata semua siswa yang tadi menghujam Kyuhyun kini perpindah pada Donghae.

“Guru Lee sepertinya sudah sehat, tapi saat kami menjenguknya, membujuknya untuk kembali mengajar dia malah tak mau mendengar.” Ujar Donghae santai, mengabaikan tatapan berbinar seluruh siswa mendengar kabar darinya.

“Benarkah itu?” Tanya ketua kelas.

“Jadi guru Lee benar sakit dan sekarang sudah sembuh?”

“Kalian tahu rumahnya?”

“Ini sungguh hebat. Bahkan pihak informasi sekolah tak mau membocorkan dimana alamat rumah guru Lee.”

“Tapi kenapa guru Lee tak mau kembali mengajar kita lagi jika dia sudah sembuh?”

Pertanyaan dan bentuk rasa kagum itu terus terdengar memenuhi kelas.

“Karena apa lagi dia tak mau mengajar kita? Kalian tahu jawabannya.” Ujar Donghae.

“Apa? Kami tak tahu.” Ketua kelas menyipitkan matanya.

“Tentu saja kita terlalu nakal untuk guru Lee. Dia bosan dan ya~ jadi malas kembali mengajar kita.” Jawab Donghae lagi.

“HAH! Benarkah begitu?”

“Tapi~ seingatku kita tak terlalu nakal, hanya saat penyambutan hari pertama guru Lee mengajar saja.” Ketua kelas meluruskan.

“Entahlah. Aku saja tak tahu.” Jawab Donghae lagi.

Kyuhyun hanya diam, sesekali matanya menatap meja guru di depan kelas.

“Bagaimana kalau kita membujuknya bersama-sama?”

Saran Kyuhyun yang tiba-tiba itu membuat seisi kelas kaget dan terdiam, mencerna pertanyaan Kyuhyun.

“Benarkah Kyu? Kau akan membawa kami ke rumah guru Lee?” Teman sekelas Kyuhyun bertanya antusias, seakan tak percaya akan saran Kyuhyun.

Kyuhyun mengangguk pasti. “Ayo kita pergi.” Tanpa pikir panjang Kyuhyun berdiri dari duduk dan menyambar tas sekolahnya, berjalan lebih dulu keluar kelas.

Donghae hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat ulah Kyuhyun. “Lelaki itu benar-benar gila.” Donghae mau tak mau ikut beranjak dan mengejar langkah Kyuhyun.

Tanpa diperintah dua kali, teman sekelas Kyuhyun mulai berkemas dan mengikuti langkah Kyuhyun sebelum tertinggal.

Ini kali pertamanya siswa kelas XII-1 membolos di saat jam pelajaran. Membolos masal dan mereka tak mempermasalahkan itu sama sekali.

 

***

 

“Haah~”

Eunhyuk menghempaskan tubuhnya di sofa ruang tamu saat baru sampai di rumah dan memejamkan mata seraya bersandar di kepala sofa, meregangkan otot-ototnya yang mengejang.

Sungmin yang tengah membaca buku setebal kamus itu segera menatap sofa tepat di sampingnya yang kini sudah dihuni Eunhyuk.

“Lelah sekali kelihatannya.” Ujar Sungmin.

“Sangat…” Eunhyuk menjawab tanpa mau membuka mata.

“Tapi ini jauh lebih awal dari jam pulangmu seperti biasa.” Koreksi Sungmin.

“Aku membolos eonnie. Aku tak tahan berada di neraka itu lebih lama.” Jawab Eunhyuk asal.

“Kau ini.” Sungmin tersenyum dan mulai tenggelam lagi akan buku bacaannya.

“Eonnie.” Eunhyuk mengingat sesuatu dan mulai membuka mata, menatap wajah Sungmin perlahan.

“Hm…” Sungmin hanya bergumam tanpa mau mengalihkan matanya dari buku bacaan itu.

“Kau benar tak ingin ke Jepang?” Tanya Eunhyuk, membuat pergerakan mata Sungmin yang menyapu bacaan di buku itu terhenti. Sungmin diam, tetapi tangannya mengenggam kuat buku bacaan itu.

Eunhyuk menyadari perubahan sikap Sungmin dan mengabaikannya. “Kau tahu bukan? Dia mengatakan akan kemari lagi dan berpesan padaku agar kau tak pergi tapi apa maksudnya? Bukankah dia yang ingin berpisah. Kau sendiri yang mengatakannya.” Ujar Eunhyuk lagi.

“Entahlah Hyuk. Eonnie tak tahu, tapi jika eonnie pindah ke Jepang apa Heechul umma akan membiarkan? Bahkan eonnie tinggal disini saja eonnie yakin dia tahu, hanya saja dia enggan menyapa eonnie karena tahu eonnie butuh ketenangan.” Ujar Sungmin.

“Jadi jika pergi ke Jepang… eonnie rasa itu berlebihan.” Jawab Sungmin. “Apa lagi eonnie yakin Heechul umma akan marah besar, jadi eonnie hanya bisa pergi sejauh ini saja dan tak bisa lagi membuat Heechul umma cemas lebih dari ini.” Jawab Sungmin.

Eunhyuk mencibir. “Suamimu saja tak perduli padamu dan juga ummanya, kenapa kau malah mencemaskan ummanya lebih dari ini?” Tanya Eunhyuk ketus.

Sungmin tersenyum lembut. “Dia juga ummaku Hyuk. Umma yang sudah memberikan kasih sayang tanpa pandang bulu padaku dan Kyuhyun sejak kecil. Aku patut mencemaskannya lebih dari mencemaskan diriku sendiri.” Jawab Sungmin.

“Haaah~ benar juga.” Jawab Eunhyuk. Gadis itu mulai mendongak dan menatap langit-langit ruang tamu. “Aku melupakan kebaikannya.” Sambung Eunhyuk lagi.

“Ya sudah. Sana ganti bajumu. Setelah itu kita masak dan makan siang.” Ujarnya.

“Apa? Eonnie belum memasak?” Eunhyuk melotot kaget dan menghujam lagi wajah Sungmin.

Sungmin hanya mengendikkan bahu. “Malas bekerja sendiri. Salahmu meliburkan semua pelayan.” Jawab Sungmin santai.

“YA!! Kau ini benar-benar.” Geram Eunhyuk. “Aku akan mengadukan tindakan malasmu ini pada orangtuaku.” Ujar Eunhyuk sedikit cemberut, beranjak dari duduk seraya berjalan kesal menuju kamarnya.

“DASAR PENGADU!” Sungmin berteriak agar Eunhyuk mendengar ejekannya.

“DASAR JANDA!” Eunhyuk membalas tanpa menatap Sungmin, terus berjalan menyusuri anak tangga menuju kamarnya.

Sungmin terdiam, menatap punggung Eunhyuk sampai sosok itu hilang dari pandangannya.

“Jan…da?” Tanya Sungmin gugup. “Kenapa…” Sungmin menggantungkan kalimatnya. “…kenapa gelar itu rasanya sangat menyakitkan?” Sambung Sungmin sedih.

 

***

 

“Aku tahu dia masih mencintai lelaki tempramen gila itu. Aku tahu.” Ujar Eunhyuk ketus seraya memakaikan kaos putihnya cepat. Seragam yang tadi ia pakai sudah berubah menjadi baju santai.

“Apa dia tak bisa melupakan iblis itu barang sedetik saja? Bahkan hatinya sudah terlalu sakit.” Eunhyuk menggeram, menyayangkan tindakan Sungmin yang dirasa Eunhyuk begitu lemah.

“Menyebalkan! Lalu kenapa iblis itu mendadak datang kemari? Bukankah dia yang menginginkan perpisahan? Dia maunya apa?” Eunhyuk uring-uringan sendiri.

“Eh? Ada apa ini?” Saat mata Eunhyuk menatap pemandangan di luar pagarnya melalui kaca jendela, gadis itu mengerutkan dahi lalu mendekat untuk memperjelas penglihatan.

Eunhyuk menyingkap sedikit gorden putih miliknya agar bisa melihat dengan jelas pemandangan di luar pagar.

“Apa-apaan ini?” Tanya Eunhyuk. “Apa ada yang berdemo?” Sambungnya seraya berpikir. “Tapi mendemokan apa?” Tanya Eunhyuk lagi.

Di luar pagarnya begitu ramai dan jujur membuat Eunhyuk merasa heran. “Ah~ mungkin tetangga sebelah sedang ada acara.” Eunhyuk mengendikkan kedua bahu lalu menjauh dari kaca, memilih turun untuk membantu Sungmin memasak.

Saat sudah sampai di dapur, Eunhyuk melihat Sungmin yang sepertinya sudah lebih dulu tenggelam dengan bahan makanan yang akan ia olah.

“Kau mau memasak apa?”

“Astaga!” Sungmin yang kaget mendengar suara Eunhyuk segera mengusap dadanya. “Kau ini makhluk apa sampai tak terdengar langkah kakimu.” Ujar Sungmin.

“Apa? Bahkan aku berlari kesini. Kau saja yang melamun sampai tak menyadari aku datang.” Jawab Eunhyuk. “Aneh sekali derap langkah kakiku sampai tak terdengar olehmu.” Ketus Eunhyuk lagi seraya menggapai daging sapi yang sudah Sungmin potong kecil-kecil dan mencucinya. “Apa gara-gara kau melamunkan Kyuhyun?”

“UHUK!” Sungmin terbatuk, mendengar ucapan Eunhyuk membuatnya tersedak udara.

“Aku tahu kau memikirkan dia. Memikirkan kenapa dia mendadak datang kesini mengejarmu. Aku tahu.” Ujar Eunhyuk, mengabaikan batuk protes Sungmin tadi.

“Kau ini berbicara apa?” Tanya Sungmin seraya menunduk. “Aku… aku tak begitu.” Sambungnya.

“Ya, ya, ya.” Eunhyuk berujar dekat telinga Sungmin. “Dasar jandanya Kyuhyun.” Ujarnya lagi.

“Hyukkie.” Sungmin merengek. “Tolong jangan sebut namanya. Hatiku kacau.” Ujar Sungmin.

“Kyuhyun, Kyuhyun, Kyuhyun.” Eunhyuk makin gencar mengejek gadis itu.

“Hyukkie.” Sungmin sedikit berteriak.

Eunhyuk mengendikkan kedua bahunya. “Aku sudah menyelesaikan ini Kyu, kau sudah memasak nasi?” Tanya Eunhyuk.

“Hyukkie. Tolong hentikan.” Omel Sungmin. “Dan namaku Sungmin bukan Kyuhyun.” Tegas Sungmin.

“Biar aku lihat.” Eunyuk tak menggubris teriakan Sungmin dan dengan santai menghampiri penanak nasinya. “Waah. Kyuhyun begitu malas.” Cibir Eunhyuk. “Kau masak makanannya Kyu, sementara aku nasinya.” Putus Eunhyuk sepihak.

“Aish! Terserah kau saja.” Sungmin merengut kesal dan segera memotong bawang merah itu dengan brutal, membuat Eunhyuk tersenyum geli melihatnya.

“Oh ayolah Kyu. Jangan bertindak gegabah dengan pisau, itu akan melukai dirimu.” Eunhyuk masih menggoda Sungmin yang sudah mengerucutkan bibirnya.

“Terserah kau Hyukkie, terserah!!” Jawab Sungmin.

Ucapan itu makin membuat Eunhyuk tersenyum geli bahkan tertawa keras karenanya.

Tapi tawaan itu segera terhenti saat Eunhyuk mendengar bel rumahnya berbunyi. “Tamu.” Ujar Eunhyuk seraya berjalan menghampiri monitor di dekat pintu utamanya.

“Siapa?” Eunhyuk menatap layar monitor itu dan wajah Donghae ada disana, membuat Eunhyuk kaget beberapa saat. “Lee Donghae?” Tanya Eunhyuk.

“Hai Hyukkie. Bisa buka pagarnya?” Tanya Donghae disana.

“Ah~ iya.” Eunhyuk mengangguk gugup dan dengan segera menekan tombol otomatis pagar miliknya.

Dengan perlahan Eunhyuk mendekati pintu utama dan dan memutar kunci pintunya. “Ya Tuhan. Kenapa dia kemari?” Tanya Eunhyuk seraya menahan panas di wajahnya entah sejak kapan mulai memanas, tapi saat melihat baju apa yang tengah ia kenakan mendadak Eunhyuk mengumpati dirinya sendiri. “Bagaimana bisa aku memakai baju kelewat santai begini?” Tanya Eunhyuk frustasi seraya berdiri diambang pintu yang tak sengaja sudah ia buka.

“Hai Hyukkie.”

‘Oh sial. Suara Donghae.’ Eunhyuk membatin seraya memejamkan mata sesaat untuk mengumpulkan keberanian dan setelah keberanian itu terkumpul, Eunhyuk mencoba tersenyum lalu mendongak. “Hai Hae… eh?” Senyuman Eunhyuk memudar saat melihat barisan di belakang Donghae, begitu banyak seperti kawalan yang ingin berdemo.

“Apa maksudnya ini?” Tanya Eunhyuk kaget.

“Hai noona.” Kyuhyun muncul dari barisan belakang dan tersenyum manis pada Eunhyuk.

“Hai Hyukkie.” Dan sapaan dari orang-prang di belakang Donghae itu terdengar ramah. “Boleh kami masuk?” Ucap mereka lagi, hampir bersamaan.

‘Ya Tuhan. Jadi… mereka berdemo ke rumahku?’ Tanya Eunhyuk dalam hati. ‘Ini masalah besar.’

 

***

 

Eunhyuk melangkah mundur, masuk kedalam rumahnya sementara Kyuhyun dan rombongannya berjalan maju, ikut masuk ke rumah.

“Eonnie. Suamimu gila!” Eunhyuk berteriak dan sontak berlari menuju dapur, memeluk Sungmin erat dari belakang.

“Hyukkie, ada apa?” Sungmin menghentikan aktivitasnya saat merasakan getaran dari pelukan Eunhyuk di perutnya.

“Apa kabar guru Lee.”

Sungmin mengerutkan dahi mendengar suara kompak itu, tubuh Sungmin memutar untuk melihat sumber suara.

“Ya ampun.” Sungmin hampir terjatuh saat matanya menatap sekumpulan siswa itu sudah berbaris disana, tersenyum manis padanya. Untung ada Eunhyuk yang menyangga tubuh Sungmin dan menggagalkan jatuhnya tubuh gadis itu.

“Guru Lee.”

Semua siswa disana memanggil Sungmin haru, lalu tanpa dikomando segera berlari mendekati Sungmin dan memeluk Sungmin bersamaan.

“Ya ampun. Kalian kenapa bisa kemari.” Sungmin sedikit kewalahan menerima pelukan itu, tapi dia tak bisa menolaknya.

“YA. Bisakah kalian menjauh? Eonnieku sesak, tahu!!” Eunhyuk yang sejak tadi memeluk Sungmin dari belakang sekaligus dihimpit gerombolan itu mulai menuai protes.

Mendadak hening, tapi beberapa detik kemudian mereka tersenyum. “Ayolah Hyukkie. Guru Lee ini tak akan pernah sesak didekat kami.” Ujar salah satu dari mereka.

“Hyukkie, Hyukkie. Sejak kapan kita kenal dekat?” Eunhyuk mulai bertanya sinis.

“Sejak Donghae memperkenalkan kau sebagai pacarnya pada kami.” Celetuk yang lain.

“Apa?” Eunhyuk terkaget dan sontak menatap Donghae yang masih berdiri disana, tak ikut memeluk Sungmin, malah berdiri sok acuh bersama Kyuhyun disebelahnya. “Lelaki itu benar-benar.” Geram Eunhyuk.

 

***

 

“Apa enak guru?” Minji yang duduk disamping Sungmin bertanya.

“Eum.” Sungmin mengangguk dan tersenyum pada gadis itu.

Karena siswanya membawakan Jajangmyeon, Sungmin batal memasak dan lebih memilih makan bersama mereka.

“Guru. Kami rela membolos demi menjenguk guru.” Ketua kelas yang sejak tadi makan dalam diam mulai mengadu.

“Hah! Kenapa kalian melakukan itu?” Sungmin sedikit kaget.

“Habisnya kami tak bisa tanpa guru yang mengajar.” Mendadak semua siswa menunduk, terlihat begitu terpukul.

“Guru. Kembalilah mengajar jika sudah sembuh ya?” Siswi yang duduk disamping Sungmin berujar sedih dan memohon pada Sungmin.

“Iya guru. Kami tak dianggap manusia disana. Mereka hanya memberikan tugas saja sampai otak dan tangan kami lelah. Kami ingin guru kembali mengajar.” Jawab yang lain.

“Jika guru masih sakit tak masalah, asal guru berjanji akan kembali.” Kali ini Donghae yang berujar.

Sungmin terdiam, menatap wajah siswanya yang tertunduk lesu dengan tatapan tak mengerti, lalu tak sengaja mata Sungmin mengarah pada sosok yang sejak tadi ternyata sudah menatapnya, menatapnya dengan tak kalah penuh harap.

Sungmin memejamkan mata lalu menggelengkan kepala sekilas. ‘Tak mungkin Kyuhyun menatapku dengan pandangan memohon.’ Ujar Sungmin membatin.

“Guru. Kami mohon~”

Semua menatap Sungmin, berujar memohon dan pancaran mata penuh pengharapan itu tak bisa Sungmin tolak. Akan sangat kejam dia jika menolak permohonan siswa yang sudah dianggapnya adik itu.

“Guru…” Sungmin memberi jeda. “Guru akan memikirkannya.” Jawab Sungmin.

“Ya Tuhan!! Terima kasih guru.” Dan kembali pelukan hangat itu mereka lancarkan sampai membuat Sungmin kembali kewalahan.

Diantara pelukan itu, Sungmin menatap Kyuhyun yang duduk agak jauh darinya. Lelaki itu… dia tersenyum hangat pada Sungmin, seakan lega mendengar jawaban itu.

‘Tidak mungkin.’ Sungmin kembali membatin dan menggelengkan kepalanya, memejamkan mata agar tak lagi melihat Kyuhyun.

 

***

 

“Aku ingin berbicara.”

 

Suara dengan tertutupnya pintu kamar itu membuat Sungmin yang tengah mencari buku paketnya tersentak, menatap arah pintu dan benar saja, Kyuhyun ada disana, tampak menatapnya tanpa kedip.

Sungmin terbelalak mendapati tangan lelaki itu memutar kunci pintu dan bergerak melangkah mendekatinya.

“M-mau bicara apa?” Tanya Sungmin gugup seraya mengenggam kuat buku paket di tangannya.

“Duduklah dulu.” Kyuhyun tanpa basa-basi duduk di tepi ranjang Sungmin, masih menatap gadis itu. “Kemarilah.” Ujarnya lagi seraya menepuk pelan permukaan kasur tepat disampingnya.

Sungmin melirik permukaan kasur itu sekilas dan menelan saliva susah. ‘Apa yang tengah ia rencanakan?’ Batin Sungmin.

“Noona. Ayolah.” Kyuhyun bangkit dengan cepat dan menyambar tangan kanan Sungmin, membuat buku paket itu terlepas dari tangannya dan secepat itu juga Sungmin sudah duduk disampingnya.

Mendadak kecanggungan itu merayap di sekitar mereka. Perang batinpun tak terelakkan.

“Apa yang ingin kau katakan?” Akhirnya Sungmin mengalah dan bertanya lagi. “Dan mereka… kau membawa mereka kesini juga?” Tanya Sungmin tak mengerti.

Kyuhyun mengangguk. “Mereka merengek sepanjang hari dan memintaku membujukmu.” Jelas Kyuhyun. “Jika aku saja yang datang kesini mungkin akan berakhir seperti kemarin malam jadi sekalian saja aku membawa mereka.” Sambung Kyuhyun.

“Harusnya kau tak melakukan itu. Hyukkie benci keramaian.” Lirih Sungmin.

“Tenang saja. Dia sudah bisa tertawa lepas dengan teman-temanku.” Ujar Kyuhyun.

Hening lagi. Sungmin yang tak menanggapi ucapan Kyuhyun dan Kyuhyun sendiri yang sibuk merangkai kalimat dalam hatinya.

“Kembalilah…”

Sungmin mengerutkan dahi dan sontak menatap wajah Kyuhyun. “Maksudmu?” Tanya Sungmin tak mengerti.

“Anggap bukan aku yang meminta. Kembalilah mengajar untuk mereka. Kau tak tahu bagaimana frustasinya mereka tanpa kau. Kaku dan sangat menyiksa. Jarang mereka begini dan merengek padaku.” Jelas Kyuhyun lagi.

Sungmin kembali terdiam, sedikit tersentuh mendengar penjelasan Kyuhyun.

“Kesampingkan dulu masalah kita dan coba kau pikirkan tentang mereka juga.” Ujar Kyuhyun lagi, sedikit melirik Sungmin yang masih terdiam dalam duduknya.

“Kita… kita tak mempunyai masalah.” Lirih Sungmin. “Jadi apa yang harus aku kesampingkan?” Tanya Sungmin.

“Baiklah. Tak ada masalah diantara kita dan sebaiknya kau pikirkan lagi tentang pengunduran dirimu itu.” Ujar Kyuhyun sedikit mengalah.

“Kenapa kau melakukan ini?” Tanya Sungmin, menatap lagi wajah Kyuhyun.

Sesaat pandangan mereka bertemu dan tak ada yang mau mengalah untuk memutuskan pandangan itu untuk beberapa saat.

“Aku memikirkan mereka.” Jawab Kyuhyun, menatap lurus akan mata Sungmin. “Dan akan sangat tidak adil jika mereka terkena dampak karena masalah kita.” Sambung Kyuhyun.

Sungmin diam sesaat, tanpa takut terus saja menatap mata Kyuhyun, masuk lebih dalam kedasar lelaki itu seolah mencari kebenarannya.

Sungmin tahu dan setuju dengan ucapan Kyuhyun. Akan sangat tak adil jika melibatkan siswanya hanya karena masalah yang tengah mereka hadapi.

“Dari sana kau bisa memikirkannya bukan? Mereka membutuhkanmu.” Kyuhyun masih berbicara, seolah menguatkan Sungmin agar gadis itu tak jadi pergi. “Sungguh ini tak pernah terjadi sebelumnya dengan mereka. Tak pernah mereka merasa kehilangan begini dan jujur aku merasa bersalah pada mereka.” Kyuhyun menatap Sungmin, membaca ekspresi yang gadis itu keluarkan. “Anggap mereka adikmu bahkan jika kau mau anggap mereka anakmu yang sangat rentan terkena penyakit jika kau tinggalkan.” Jelas Kyuhyun lagi saat Sungmin tak kunjung menjawab ucapannya.

Sungmin sedikit berpikir, masih menatap lekat wajah tampan itu tanpa mau menanggapi ucapan Kyuhyun. Ada yang lebih ingin Sungmin sampaikan kepada lelaki itu.

“Aku sudah mendengar permohonan mereka.” Ujar Sungmin lirih, menggantungkan ucapannya sesaat. “Karena aku sudah mendengarkan permohonan mereka, maka…” Sungmin menggantungkan kalimatnya lagi.

“…sekarang aku ingin.. kau yang memohon padaku.”

 

.

~oOo~

.

 

 

T. B. C