KYUMIN \ FANFICTION | KISS RADIO | CHAPTER 5 / GENDER SWITCH

Sungmin tahu jika kini sudah pagi. Angin segar yang masuk dari celah ventilasi dan suara kicau burung di balik jendela memberitahunya secara tidak langsung. Sungmin tak perlu membuka mata demi memuktikan hal itu dan sepertinya Sungmin merasa tak enak badan, sejak tadi kepalanya sangat sulit digerakkan, belum lagi tenggorokannya yang sakit. Namun saat perempuan itu tersadar jika ada sesuatu yang menghimpitnya, belum lagi helaan udara teratur dari arah depan yang mengenai wajahnya, Sungmin dengan perlahan mulai membuka kelopak matanya secara paksa demi melihat apa yang terjadi.

.
~oOo~
.
Kiss Radio
.
Presented by Melani KyuminElfSha
.
FanFiction
.
Chapter :: 5
.
Genre :: Romance, Family, Drama, Hurt.
.
Rate :: T
.
Warning :: GS For Sungmin, Tak sesuai EYD, OOC, Typo(s).
.
Disclaimer :: KyuMin milik Tuhan, Orang tua mereka, Super Junior, Elf, SparKyu, Pumpkins, Joyer. Dan Saya hanya pinjam nama mereka ^^
.
~oOo~
.

 

Roh Sungmin seperti dipaksa masuk dan matanya membulat sempurna saat melihat dengan jelas jika di depannya kini, Sungmin yakin benar yang terpampang tepat di depan matanya adalah wajah Kyuhyun, suaminya. Sungmin hampir tersedak mengetahui kebenaran itu dan sebelum batuknya terdengar kencang Sungmin segera mengatup mulutnya kuat-kuat seraya mata terus menatap wajah Kyuhyun. Semakin dipandang semakin membuat Sungmin sesak dan mendadak oksigen yang ia hirup tak mampu memuaskan keinginan paru-parunya dan bernafas lewat mulut sepertinya membantu memperlancar aliran oksigen itu.

Sungmin masih dilanda gugup sebelum mengetahui jika posisi mereka sangat berbahaya, bagaimana tak berbahaya? Kini mereka tengah berpelukan dan parahnya lagi berpelukan di atas ranjang. Mendapati itu Sungmin makin dilanda pusing, tiba-tiba saja tubuhnya membeku dan Sungmin yakin benar jika sekarang ia tengah mengalami fase mati rasa. Diantara rasa gugupnya Sungmin mencoba tenang dan melirik lagi wajah pulas Kyuhyun. Pria itu tak terusik dan dengan tanpa dosanya terus tertidur di depan Sungmin.
‘Apakah kejadian tadi malam bukan mimpi?’ Tanya Sungmin membatin, baru teringat jika tadi malam ia mengira Kyuhyun di depannya adalah sosok khayalan dan beberapa detik kemudian Sungmin teringat akan hal lancangnya yang mencium kening Kyuhyun. ‘Omo! Gadis jalang kau Min. Bagaimana bisa kau… Ya Tuhan. Setan apa yang merasukiku tadi malam? Ya Tuhan, ya Tuhan, ya Tuhan.’ Batin Sungmin frustasi. Sungguh gadis itu malu mendapati kelakuan beraninya pada Kyuhyun. Mala petaka untuk Sungmin jika setelah ini Kyuhyun akan semakin memandangnya rendah.
Di saat Sungmin terus memaki diri sendiri, Kyuhyun yang tengah memeluknya mulai menunjukkan pergerakan. Sungmin terkesiap dan segera menatap hati-hati pria itu. Tampaknya ia mulai terusik dan hampir tersadar. Sebelum itu terjadi Sungmin segera menutup matanya. Sungmin belum ingin malu di depan Kyuhyun. Bagaimana ia harus bersikap setelah menyadari perbuatan beraninya tadi malam? Kyuhyun akan menganggapnya jalang jika begini.
Setelah pria itu menggeliat Sungmin tak merasakan pergerakan apapun. Ia tak tahu apa yang Kyuhyun tengah lakukan. Sudah bangunkah atau hanya menggeliat semata. Sungmin ingin mengintip namun ia urungkan saat merasa telapak tangan pria itu mendarat di dahinya.
“Hangat sekali.”
Sungmin mendengar suara serak lelaki itu dan tampaknya terdengar cukup seksi di pendengaran Sungmin. Apa begini suara suaminya setelah bangun tidur?
Tak lama Sungmin merasakan jika pria itu menariknya semakin dekat, sangat dekat hingga Sungmin yakin jika kini tak ada jarak diantara mereka. Kembali Sungmin merasa gugup. Tubuhnya memanas beberapa tingkat dan Sungmin masih belum mampu bernafas dengan hidung.
Sungmin tak tahu apa yang pria itu lakukan kini karena memang tak ada gerakan, tindakah bahkan ucapan pria itu. Sungmin setia menunggu dan menahan diri untuk sekedar mengintip.
Kesabaran Sungmin membuahkan hasil saat merasakan jika dahinya dimanjakan lagi, kali ini bukan telapak tangan pria itu, sesuatu yang lebih keras dan apa bisa Sungmin menyimpulkan jika itu dahi Kyuhyun? Jangan bilang jika sekarang Kyuhyunnya tengah mempertemukan dahi mereka. Apa yang dilakukan Kyuhyun? Jelas-jelas Sungmin demam dan bisa saja penyakit itu menular jika Kyuhyun terus berada di dekatnya.
“Kau benar-benar demam.”
Suara itu kembali terdengar dan kali ini Kyuhyun menjauhkan dahi mereka dan entah kenapa Sungmin merasa kehilangan padahal ia sendiri yang tak ingin Kyuhyun berdekatan dengannya.
Dengan lembut Kyuhyun menarik tangannya yang menjadi alas tidur Sungmin dan segera bangkit. Sungmin masih mempertahankan posisi tidurnya walau sebenarnya ia ingin sekali mencegah pria itu beranjak dari ranjang. Sungmin ingin menatap arah kepergian pria itu namun urung saat mendengar Kyuhyun sibuk dibelakangnya, tampak mengerjakan sesuatu dan Sungmin tak tahu itu. Ini susahnya jika berpura-pura tidur.
“Umma. Sepertinya Sungmin demam.”
Suara pria itu terdengar lagi dan barulah Sungmin sadar jika Kyuhyun tengah sibuk menghubungi ibunya.
“Aku tak tahu umma. Aku sudah berusaha mencegah demamnya masuk namun tetap saja pagi ini badannya hangat.”
Sungmin tersenyum mendengar ucapan pria itu di belakangnya dan sungguh Sungmin merasa bahagia bukan main.
“Tolong hubungi dokter Park umma. Jangan sampai terlambat.” Ujar Kyuhyun lagi dan tak lama menutup sambungan telepon.
Kembali hening, namun Sungmin bisa mendengar suara tuts ponsel pria itu. Tampaknya Kyuhyun akan menghubungi seseorang lagi.
“Ini aku. Tampaknya aku tak bisa masuk kerja, tolong kau urus pekerjaanku untuk beberapa hari kedepan.” Ujarnya.
Sungmin kaget mendengar percakapan itu. Kyuhyun memilih tak masuk kerja karena dirinya? Benarkah karena dirinya? Sungmin tak tahu harus senang atau sedih namun Sungmin merasa jika dirinya benar-benar istri yang menyusahkan. Bagaimana bisa ia membuat suaminya memilih tak pergi bekerja sedangkan ia sendiri tak pernah melakukan apapun untuk suaminya, malah terus merepotkan Kyuhyun seperti ini.

***

Obat yang Sungmin minum menimbulkan reaksi kantuk dan membuat gadis itu kini tertidur nyaman di ranjangnya. Sejak tadi Kyuhyun serta ibunya, Heechul hanya diam seraya mata tak lepas dari dua orang itu.
Dokter pribadi yang tampak bijak itu menutup tas kerjanya dan tersenyum saat mendekati Heechul.
“Bagaimana dokter? Menantuku hamil ya?” Tanya Heechul penuh harap yang segera mendapat tatapan malas Kyuhyun.
“Dengar dulu apa kata dokter umma, jangan sembarangan menebak.” Ujar Kyuhyun.
Heechul mencebikkan mulutnya sebentar, tampaknya masih kesal dengan Kyuhyun.
“Saya harap juga begitu nyonya, tapi nyatanya nona Sungmin belum hamil. Dia kelelahan, belum lagi anemianya kambuh. Kurang tidur dan sedikit stress yang membuat imun tubuhnya menurun. Jadilah sekarang tubuhnya terserang demam.” Ujar dokter itu menjelaskan.
Heechul mendesah kecewa sebelum menatap marah pada anaknya, lalu memukul keras tepat di kepala belakang Kyuhyun yang menimbulkan suara tak main-main.
“Argh. Umma.” Kyuhyun meringis dan menatap ibunya tak mengerti.
“Dasar pria gila kerja.” Omel Heecul. “Menghamili Sungmin saja kau tak bisa. Ini sudah beberapa bulan dan umma butuh cucu. Kau tahu tidak?” Sembur Heechul tak main-main.
Dokter yang sejak tadi berdiri diantara mereka hanya bisa tersenyum, sudah terbiasa mendapati tingkah ibu dan anak itu.
Masih menggosok kepalanya yang terasa berdenyut Kyuhyun mencoba menjawab. “Umma kira mudah membuat anak. Perlu usaha dan…”
“Dan kau tak berusaha.” Potong Heechul. “Kau kira umma tak tahu jika kalian pisah ranjang. Benar-benar anak bodoh. Istri menggiurkan begini kau telantarkan dan jangan bilang keberanianmu yang meledak-ledak itu sirna di depannya. Cho Kyuhyun yang terbuat dari gen istimewa malah menciut di depan perempuan bernama Sungmin? Oh manis sekali.” Heechul mengejek dengan kalimat menusuknya, membuat Kyuhyun hanya bisa menghela nafas dan segera menatap dokter itu.
“Terima kasih sudah memeriksakannya dokter.” Ujar Kyuhyun mengabaikan tatapan tajam Heechul.
“Sama-sama. Mulai sekarang biarkan nona Sungmin istirahat dulu hingga kesehatannya kembali membaik.” Ujar dokter itu lagi.
“Baik.” Kyuhyun membungkuk sopan tanda terima kasih pada dokter itu.
“Jika begitu saya permisi. Harus segera ke rumah sakit.” Dokter itu memeriksa arlojinya sebelum melangkah. Heechul berinisiatif mengantar dokter itu dan membiarkan Kyuhyun berdua saja dengan menantunya.
Kyuhyun tak tahu harus berbuat apa saat melihat di ranjangnya Sungmin tengah terbaring lemah. Anemia bahkan stress, lalu sekarang istrinya demam. Apa yang bisa Kyuhyun lakukan selain menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang terjadi pada istrinya. Kyuhyun benar-benar menyesal.
“Aigoo~”
Suara Heechul kembali terdengar dan Kyuhyun segera menatap arah suaranya. Sang ibu tampak menggelengkan kepala seraya menatap Kyuhyun. “Kenapa kau jadi payah begini Kyu? Kau cinta tidak dengan Sungmin?” Tanya Heechul.
Kyuhyun kembali mendesah pelan mendengar pertanyaan ibunya. Selalu menanyakan itu jika mendapati dirinya tengah muram. “Umma ini berbicara apa?” Tanya Kyuhyun malas.
“Parah. Tingkah kepayahanmu dalam menghadapi Sungmin sudah di ambang batas. Umma cemas akan apa yang melandamu nak. Konsultasi saja dengan dokter agar kau memiliki keberanian untuk menghamili Sungmin, eoh?” Tanya Heechul seraya menatap Kyuhyun lekat.
Kyuhyun kembali menghela nafas dan menatap ibunya malas. “Kita hentikan perbincangan konyol ini umma. Sungmin butuh istirahat.”
“Sungmin yang butuh istirahat atau kau Kyu?” Tanya Heechul seraya tersenyum mengejek.
Kyuhyun frustasi mendengar ucapan ibunya dan mengusap wajah kasar. “Terserah umma saja. Asal umma bahagia.” Jawab Kyuhyun.
“Baik. Umma anggap kau yang butuh istirahat.” Heechul merasa menang dan jika beradu argumen dengan Kyuhyun tentang Sungmin maka selalu ia yang mendapat kemenangan telak. “Lagipula kau bilang tak pulang kemarin, kenapa bisa kau ada disini sekarang?” Tanya Heechul heran.
Kyuhyun terdiam sebentar sebelum menggeleng. “Saat pekerjaanku selesai aku malah ingin segera pulang. Tak tahunya Sungmin tengah sakit di rumah.” Ujar Kyuhyun, tanpa sadar membuka cerita yang jelas saja menguntungkan untuk Heechul.
“Kontak batin suami-istri, eoh? Oh manis sekali.” Ujar Heechul lagi dan jelas membuat Kyuhyun terperangah.
“Kontak batin? Umma ini ada-ada saja.” Ujar Kyuhyun seraya menggelengkan kepala.
“Baiklah. Sudah umma putuskan jika kau dan Sungmin harus tidur di rumah umma.” Putus Heechul.
Mata Kyuhyun membulat mendengar keputusan itu. “Kenapa bisa begitu umma?” Tanya Kyuhyun meminta jawaban.
“Tentu saja karena Sungmin sedang sakit. Jika dia disini bersamamu akan membuatnya semakin sakit. Bawa dia ke rumah, kita akan mengurusnya bersama-sama dan jangan lupa hubungi mertuamu. Mereka harus tahu keadaan tragis anaknya karena tak kau perhatikan.” Ujar Heechul dan masih dengan nada menyindir.
“Tapi… aku tak bisa menginap di rumah umma. Masalah Sungmin umma tak perlu cemas, aku akan menyewa orang untuk menjaganya.” Ujar Kyuhyun memberi solusi.
“Kau kira Sungmin apa yang untuk menjaganya saja harus menyewa orang? Tidak. Umma tak setuju. Kau harus tetap membawanya ke rumah dan tak ada penolakan.” Putus Heechul mutlak.
“Tapi bagaimana bisa? Sungmin tengah sakit dan jika diangkat kesana kemari akan membuatnya bertambah sakit umma. Tolong mengerti.” Ujar Kyuhyun lagi.
“Tidak.” Kali ini Heechul tersenyum menggoda kearah Kyuhyun. “Jika kau yang menggendongnya dia malah akan merasa nyaman, GaemGyu.” Sambung Heecul lagi.
“Aish.” Kyuhyun hanya bisa mengalah mendengar ucapan itu.

***

Sungmin membuka matanya yang terasa berat saat merasakan tangan kanannya digenggam hangat. Pandangan gadis itu mulai mengarah pada tautan tangannya dan sontak tersadar. Siapa yang tengah mengenggam tangannya dan dimana dia sekarang? Kenapa posisi tubuhnya duduk begini?
Sungmin tak mengerti dengan apa yang terjadi sampai matanya menangkap wajah Kyuhyun di sampingnya. Pria itu tengah memejamkan mata dan tak mempermasalahkan jika tadi bahu kirinya menjadi bantal Sungmin.
Sungmin kaget dengan kelancangannya dan buru-buru menegakkan tubuh, menjauh dari Kyuhyun dan saat itu pula kepalanya kembali pusing. Sementara Kyuhyun yang mendapati pergerakan di sampingnya mulai membuka mata dan terdiam saat melihat Sungmin meringis pelan.
“Kau baik-baik saja?” Tanya Kyuhyun dan Sungmin tanpa sadar menatap kearah mata Kyuhyun. Butuh beberapa detik sebelum Kyuhyun membuang tatapannya kearah lain dan Sungmin hanya bisa tersenyum miris mendapati kelakuan pria itu yang tak mau menatap matanya.
“Kyuhyun-ssi. Kita ada dimana?” Suara parau gadis itu menembus gendang telinga Kyuhyun.
“Mobil. Umma menyuruh kita untuk menginap beberapa malam disana.” Ujar Kyuhyun dingin.
“Ah~” Sungmin mengangguk sekilas sebelum menyandarkan punggungnya ke belakang dan gadis itu tak mempermasalahkan tautan tangan mereka.
“Maaf membuatmu diposisi tak nyaman. Ummaku memaksa.” Ujar Kyuhyun lagi.
Tanpa Kyuhyun sadari Sungmin tersenyum sekilas dan menggeleng. “Tak masalah. Sepertinya aku merindukan eomeonim.” Jawabnya pelan.
Kyuhyun tersenyum sekilas mendengar jawaban itu. “Bertahan sebentar Lee Sungmin-ssi. Kita hampir tiba.” Ujar Kyuhyun kemudian.
“Hm.” Sungmin hanya menjawab dengan dengungan sebelum kembali mendekat, merebahkan kepalanya di bahu kiri Kyuhyun, jika tengah pusing begini Sungmin butuh sandaran kepala agar nyaman saat tertidur.
Kyuhyun tak melarang kelakuan Sungmin namun pria itu membuang tatapannya keluar jendela. Seolah enggan menatap Sungmin. Sementara itu Sungmin mendesah kecewa dalam hati melihat Kyuhyun yang membuang tatapan ke luar jendela. Sungmin merasa Kyuhyun tak nyaman dengan tindakan beraninya tapi Sungmin bisa apa jika tubuhnya bergerak sendiri seperti ini? Sungmin tak mempermasalahkan jika Kyuhyun semakin menganggapnya gadis rendah setelah ini.
Dengan perlahan Sungmin mengeratkan genggaman tangan mereka dan tanpa ia sadari Kyuhyun balas mengenggam erat tangan itu.

***

“Menantu tersayangku.” Saat melihat Sungmin di ambang pintu Heechul segera berlari dan memeluk tubuh Sungmin.
Sungmin tersenyum dan balas memeluk wanita itu. Sementara Kyuhyun yang tak mau larut dalam drama ibunya lebih memilih membawa tas mereka menuju lantai dua dimana kamarnya dulu berada.
“Bagaimana keadaanmu?” Heechul teringat akan demam Sungmin dan segera bertanya.
“Sudah membaik eomeonim. Hanya butuh tidur yang cukup.” Jawab Sungmin.
“Syukurlah, tapi kau juga harus banyak istirahat.” Heechul berujar seraya membimbing Sungmin untuk melangkah menuju sofa dengan hati-hati.
Sungmin tersenyum dan segera menangguk.
“Adik iparku sudah datang?” Suara lembut dari arah tangga menyapa pendengaran Sungmin dan sontak membuatnya menatap sumber suara. Di tangga itu kakak iparnya tak sendiri, ada Kyuhyun yang mengekor.
Sungmin tersenyum saat melihat Ahra duduk di depan mereka diikuti Kyuhyun yang segera menyandarkan punggung di kepala sofa sebelum menutup matanya, tampak pria itu tengah kelelahan dan membuat Sungmin merasa bersalah.
“Bagaimana keadaanmu? Unni dengar kau kelelahan karena melayani Kyuhyun.” Ujar Ahra dan segera Heechul tertawa mendengar nada menggoda dari anak pertamanya.
Sungmin membulatkan mata mendengar ucapan itu sementara Kyuhyun hanya mendengus sekilas tanpa membuka mata.
“Dia hanya kelelahan dan anemianya kambuh.” Jawab Heechul setelah meredakan tawa. “Dan kau tak mau memberikan selamat atas kehamilan unnimu Min?” Tanya Heechul.
Sungmin kembali kaget dan tanpa sadar menatap perut rata Ahra.
“Nuna hamil?” Kyuhyun yang tadi berlagak tidur mulai menatap kakaknya lekat.
“Baru delapan minggu.” Jawab Ahra seraya mengusap sekilas perutnya.
“Selamat unni.” Ujar Sungmin tulus dan Ahra segera tersenyum melihatnya.
“Terima kasih.” Jawab Ahra. “Dan kenapa Sungmin tak hamil juga? Akan sangat menyenangkan jika kita hamil dalam jangka waktu sama.” Ujar Ahra.
Sungmin tak menjawab dan lebih memilih melirik Kyuhyun sekilas. Ekspresi pria itu hanya datar dan Sungmin kembali mendesah kecewa. Sepertinya Kyuhyun memang tak ingin membicarakan seputar kehamilan, apalagi menyangkut dirinya.
“Bagaiman mau hamil jika Kyuhyun…” Heechul menggantungkan kalimatnya dan melirik kearah Kyuhyun yang menatapnya dengan mata menyipit. “… jika Kyuhyun dan Sungmin sama-sama sibuk.” Ujar Heechul kemudian.
“Unni dengar Sungmin menjadi penyiar radio tengah malam. Penyiar bernama Minnie itu ‘kan?” Tanya Ahra.
“Ah. Iya unni.” Sungmin tersenyum sekilas, mendadak tak enak hati mengetahui Ahra mengetahui pekerjaan tengah malamnya.
“Unni sering tak bisa tidur gara-gara hamil muda ini dan mendengar siaran Minnie membuat unni terhibur. Bahkan unni ikut menangis saat insiden Lee Eunhyuk itu.” Ujar Ahra.
Sungmin membulatkan matanya mendengar ucapan Ahra, kakak iparnya mengetahui semua aktivitasnya saat tengah mengudara.
“Tapi unni lebih suka Gaem yang menelepon. Tak tahu kenapa, mungkin karena Gaem sial itu pria misterius dan bertindak suka seenaknya.” Ujar Ahra lagi.
Sungmin tersenyum dan mengangguk sebentar, membenarkan komentar Ahra mengenai Gaem.
“Tapi kenapa akhir-akhir ini Gaem tak meneleponmu Min?” Tanya Ahra.
“Tak tahu unni.” Jawab Sungmin jujur.
“Sudah tak perlu membahas seputar radio. Mulai sekarang Sungmin akan berhenti menjadi penyiar.” Ujar Heechul.
“Eh. Kenapa berhenti?” Tampak tak setuju, Ahra segera menyuarakan pertanyaan.
“Adik iparmu sengsara pulang pagi. Kau malah enak-enakan merasa terhibur mendengar siarannya.” Sungut Heechul.
“Tak bisa begitu umma. Aku tahu Sungmin tak ingin berhenti dan jikapun berhenti harus Kyuhyun yang memintanya. Benarkan Kyu?” Ahra menatap adiknya yang sejak tadi diam.
“Katakan jika kau juga ingin Sungmin berhenti Kyu. Katakan atau umma buat kau menyesal.” Ada nada ancaman dari suara Heechul dan membuat Kyuhyun mengkerut seketika.
“Umma jangan mengamcam Kyuhyun. Bagaimanapun hal ini harus diputuskan dengan kepala dingin.” Ujar Ahra lagi.
Kyuhyun mengusap tengkuknya sekilas sebelum menatap Sungmin yang ternyata sudah lebih dulu menatapnya. Kyuhyun membulatkan mata dan beberapa detik kemudian mengalihkan tatapan.
“Ya~ aku terserah Lee Sungmin-ssi saja.” Ujarnya datar.
“Cih! Dasar payah.” Ejek Heechul lalu segera menatap Sungmin. “Kau mau kan jika umma minta berhenti?” Tanya Heechul penuh pengharapan.
“Itu…” Sungmin kehilangan kata-kata sementara Ahra tak mau kalah saat melihat Sungmin tersudut.
“Kau bisa menyuarakan penolakanmu Min, kau bebas berpendapat.” Seru Ahra dan segera mendapat tatapan membunuh Heechul. Ahra tak peduli dan terus saja meyakinkan Sungmin.
“Itu…” Sungmin mengusap tengkuknya sebentar. “Aku akan mengikuti keputusan Kyuhyun-ssi saja.” Ujarnya kemudian.
Kyuhyun kaget mendengar jawaban itu dan sontak menatap Sungmin. Beberapa detik pandangan mereka bertemu sebelum Kyuhyun kembali mengalihkan tatapannya. “Ya~ aku tak pernah melarangmu, Sungmin-ssi.” Jawab Kyuhyun yang segera mendapat sorakan bahagia Ahra dan desahan kecewa Heechul.
“Tapi sebentar.” Heechul menginterupsi teriakan Ahra dan membuat ruangan itu sunyi sebentar. “Ada apa dengan panggilan sok formal kalian sejak tadi?” Tanya Heechul heran.

***

Sungmin masuk ke kamar dimana Kyuhyun selama ini di besarkan. Sungmin menatap kagum isi kamar itu sementara Kyuhyun yang sejak tadi di belakangnya mulai menutup pintu kamar.
“Beginilah kamarku. Memang tak sebesar kamar kita.” Ujar Kyuhyun seraya menyalakan lampu.
Sungmin mengangguk dan melangkah mendekati ranjang unik berbentuk bulat yang dialasi sprei biru bermotif bintang. Sungmin duduk dan menyamankan dirinya di ranjang itu sementara Kyuhyun tampak sibuk dengan dunianya sendiri.
“Aku sudah meminta izin dan malam ini kau tak perlu bekerja.” Ujar Kyuhyun dengan nada datar dan jelas membuat Sungmin kaget. “Jika masih sakit kau juga tak perlu ke kampus besok. Lagipula umma tak akan memperbolehkanmu keluar dari rumah.” Ujar Kyuhyun menjelaskan. Ia tahu Sungmin tak setuju dengan keputusannya namun Kyuhyun tak bisa berbuat apapun selain ini.
Kyuhyun tersadar dan segera mengedarkan pandangan ke sekeliling. Dahi Kyuhyun mengerut saat mengetahui kamarnya sedikit berbeda. Tak ada sofa di ujung ruang dan tak ada tikar permadani di dekat ranjang, yang ada hanya ranjang bulat itu, lemari serta meja belajarnya yang bahkan tak ada kursi. Kyuhyun memijat pelipisnya saat tahu ini semua ulah sang ibu.
“Sungmin-ssi harus segera tidur.” Ujar Kyuhyun seraya mendekat, mau tak mau iya akan tidur berdua dengan Sungmin d iatas ranjang karena tak mungkin ia tidur di lantai yang dingin apa lagi tidur di luar hanya demi sebuah sofa, bisa diamuk ibunya jika ketahuan tidur di ruang tamu.
Sungmin mengangguk dan mulai berbaring, gadis itu tak banyak kata karena sejak tadi dirinya memang sudah mengantuk, mungkin karena efek obat yang tadi diminumnya setelah makan malam bersama.

***

Eunhyuk meremas tangannya beberapa kali saat melangkah mendekati Donghae yang duduk sendiri di meja pojok kantin. Gadis itu semakin gugup saat mengetahui jarak mereka sekarang bisa dikatakan dekat.
Donghae tak menyadari kedatangan gadis itu dan terus saja sibuk dengan buku bacaannya.
“Donghae-ssi.” Suara Eunhyuk mengalihkan perhatian Donghae dan sontak pria itu mengalihkan tatapannya kearah Eunhyuk.
“Ah~ nona baik hati. Silahkan duduk.” Donghae tersenyum ramah dan dengan sopan mempersilahkan Eunhyuk duduk di kursi kosong tepat di depannya.
Eunhyuk meringis dalam hati mendengar panggilan terhormat Donghae untuknya. Nona baik hati? Harusnya Donghae memanggilnya nona berhati jahat.
Dengan gugup Eunhyuk duduk dan menatap Donghae dengan segala keberanian yang ia punya.
“Ada apa?” Tanya Donghae. “Tapi sebelumnya kita belum berkenalan. Orang yang menjaga Sungmin berarti temanku juga.” Donghae mengulurkan tangan tepat kearah Eunhyuk dan sekali lagi gadis itu meringis sakit mendengar ucapan Donghae. Tapi mau tak mau Eunhyuk menyambut uluran tangan itu dan mereka berjabat tangan.
“Lee Donghae.” Ujarnya.
“Lee Eunhyuk.” Jawab eunhyuk dengan suara pelan.
Donghae tersenyum dan mereka melepaskan jabatan tangan kemudian. “Nah Eunhyuk-ssi. Ada apa menemuiku?” Tanya Donghae masih tak melepaskan tatapan dari wajah gadis itu.
Eunhyuk menelan ludahnya susah payah sebelum membuka suara. “Kulihat kau sendiri saja beberapa hari ini. Apa Sungmin tak masuk?” Tanya Eunhyuk.
Donghae mengangguk. “Dia sakit. Dari berita yang kudengar tubuhnya melemah karena anemia.” Jawab Donghae.
Eunhyuk kembali merutuki dirinya dalam hati dan benar-benar menyesal. Sakitnya Sungmin jelas karena ulahnya.
“Donghae-ssi.” Panggil Eunhyuk parau.
“Iya?” Tanya Donghae.
“Sebenarnya…” Eunhyuk kembali gugup, lidahnya terasa kelu namun Eunhyuk sudah bertekad untuk mengaku. “Sebenarnya yang menyiksa dan menampar Sungmin itu aku.” Akhirnya pengakuan itu mengalir, perlu waktu empat hari bagi Eunhyuk mempersiapkan diri dan sepertinya mengaku di depan Donghae adalah hal terpenting walau nanti pria itu berbalik membencinya.
Donghae terperangah dan semakin menatap Eunhyuk lekat.
“Aku menyesal. Sungguh tak menyangka jika Sungmin begitu baik dan melindungiku. Aku merasa menjadi manusia paling jahat setelah mendengar pembelaannya dan aku juga merasa tak enak hati jika kau terus menganggapku telah menolongnya.” Ujar Eunhyuk lagi.
Donghae terus diam, tak menanggapi ucapan gadis itu selain mendengarkan penjelasannya.
“Aku ingin meminta maaf pada Sungmin namun sejak beberapa terakhir dia tak terlihat, membuatku memilih menemuimu lebih dulu. Maafkan aku.” Eunhyuk bangkit dan membungkuk dalam di depan Donghae, beberapa detik setelah itu Eunhyuk pergi tanpa mau mendengar jawaban Donghae.

***

Setelah istirahat memakan waktu seminggu, akhirnya malam ini Sungmin kembali masuk kerja. Baru saja dirinya tiba di studio namun Shindong dan Ryeowook sudah menyambutnya dengan suka cita.
“Aku merindukanmu unni.” Ryeowook segera memeluk gadis itu erat sementara Shindong melihat kelakuan dua gadis itu dari tempatnya duduk.
“Aku juga.” Balas Sungmin sebelum mereka melepas pelukan.
“Kau tahu? Semua Kisser menanyakanmu dan tampaknya jika kau tak segera hadir maka tamatlah sejarah radio kita.” Ujar Ryeowook.
Sungmin tersenyum mendengar ucapan itu dan menggelengkan kepala. “Jangan terlalu memujiku.” Balas Sungmin.
“Dan Min apa kau tahu?” Shindong tiba-tiba berujar memecah candaan dua gadis itu. “Acaramu masa tayangnya menjadi sabtu dan minggu mulai minggu depan.” Ujar Shindong.
Sungmin membulatkan mata. “Apa?” Tanya perempuan itu kaget.

***

Setelah mengudara hampir dua jam, akhirnya siaran itu tiba di penghujung acara. “Tapi sebelum itu Minnie menerima satu penelepon lagi. Satu saja.” Ujarnya kemudian. Dan tak menunggu waktu lama perempuan itu sudah mendengar nada dering telepon.
“Kiss radio. Dengan siapa disana.” Sapa Sungmin setelah sambungan terhubung.
“Senang mendengar suaramu. Kukira kau sudah menghilang.”
Sungmin terdiam sesaat mendengar suara itu namun selanjutnya tersenyum. “Gaem-ssi. Kau baru bergabung?” Ujar Sungmin seraya menatap arloji. “Jangan bercerita terlalu panjang, eoh? Sebentar lagi waktunya habis.” Ujar Sungmin.
“Tidak akan panjang. Aku hanya ingin menyapamu.” Ujar suara di seberang sana.
Sungmin kembali tersenyum. “Merindukanku ya?” Goda Sungmin. “Dan kau kemana saja?” Tanya Sungmin lagi. Tak dipungkiri jika ia merindukan suara pria itu di pendengarannya dan juga Eunhyuk. Eunhyuk tak menelepon malam ini padahal Sungmin ingin sekali mendengar suaranya.
“Aku selalu mendengarmu mengudara akhir-akhir ini namun tak ingin menghubungimu.” Jawab suara itu lagi.
Sungmin mengerutkan dahi mendengar ucapan Gaem. “Kau seperti bersembunyi di belakang layar jika berbicara begitu.” Ujar Sungmin.
“Anggap saja begitu.” Jawabnya. “Dan apa disana hujan?” Tanya Gaem lagi.
Sungmin menatap jendela studio yang cukup jauh darinya. “Tak tahu. Aku masih di dalam studio.” Jawab Sungmin.
“Bodoh. Harusnya kau membawa payung.” Ujar pria itu sebelum menutup panggilan secara sepihak.
Sungmin kaget mendapati suara telepon yang terputus. Lagi-lagi pria itu berbuat sesukanya.
“Baiklah Kisser. Sepertinya Gaem-ssi tadi penelepon terakhir untuk sesi ini. Minnie undur pamit dan jika Minnie ada salah kata Minnie minta maaf. Selamat pagi dan selamat tidur.” Ujar Sungmin seraya melepaskan earphonenya, sementara itu lagu mulai mengalun.
Dengan segera Sungmin membawa tasnya keluar studio. “Aku harus cepat pulang.” Ujar Sungmin saat melewati Shindong.
“Baik.” Jawab Shindong tanpa mau menghentikan langkah Sungmin.

***

Sungmin tiba di lobi studio dan cukup heran melihat lobi yang biasanya sepi di jam tiga subuh itu masih dihuni beberapa orang perempuan. Perempuan-perempuan itu membicarakan sesuatu yang membuat Sungmin penasaran namun gadis itu tak memiliki kesempatan untuk mencari tahu. Yang ada dipikirannya hanya rumah mertua. Sungmin takut mertuanya marah jika mengetahui ia pulang terlambat, sangat terlambat.
Sungmin segera mendorong pintu kaca itu dan terkejut melihat hujan menghadang di depan sana. “Hujan?” Sungmin terdiam beberapa saat dan berpikir untuk menerobos hujan. Namun saat menyadari jika ia akan demam lagi jika nekad menerjang hujan membuat Sungmin mengurungkan niatnya.
Tapi di saat Sungmin ingin menyerah matanya malah mendapati sosok pria yang bersandar di tiang teras studio radionya.
Sungmin membeku dalam berdiri saat tahu jika dia adalah Kyuhyun. Pria yang tengah bersandar dan memainkan ponselnya tanpa mempedulikan sekitar itu jelas Kyuhyun. Sungmin jadi sadar mengapa sebagian perempuan di lobi tadi berbisik seraya menatap keluar ruangan, ternyata mereka membicarakan Kyuhyun.
Tak berapa lama Kyuhyun menyadari keberadaan Sungmin dan segera pria itu memasukkan ponselnya ke saku celana. Kyuhyun segera berdiri dengan benar dan tak berapa lama mulai melangkah mendekatinya.
“Sudah selesai?” Tanya Kyuhyun.
“Ye?” Tanya Sungmin kaget mendengar pertanyaan itu.
“Jika sudah kita pulang sekarang.” Ujar Kyuhyun.
Sungmin semakin membeku dalam berdiri. Apa yang suaminya katakan? Kyuhyun menjemputnya? Apa benar ini berarti Kyuhyun menjemputnya? Memikirkan itu saja Sungmin bahagia bukan main.

.
~oOo~
.

T. B. C