KYUMIN \ FANFICTION | KISS RADIO | CHAPTER 7 / GENDER SWITCH

Sungmin mengeratkan genggaman tangan mereka saat merasakan deru nafas hangat Kyuhyun mengenai wajahnya. Jatung Sungmin kembali menggila di dalam sana dan tak dipungkiri jika tubuh gadis itu bergetar kuat. Mati-matian Sungmin menahannya agar Kyuhyun tak merasakan kegugupan tengah melandanya, namun gagal, Sungmin yakin tangan mereka yang bertaut itu memberitahu Kyuhyun semua.

.
~oOo~
.
Kiss Radio
.
Presented by Melani KyuminElfSha
.
FanFiction
.
Chapter :: 7
.
Genre :: Romance, Family, Drama, Hurt.
.
Rate :: T
.
Warning :: GS For Sungmin, Tak sesuai EYD, OOC, Typo(s).
.
Disclaimer :: KyuMin milik Tuhan, Orang tua mereka, Super Junior, Elf, SparKyu, Pumpkins, Joyer. Dan Saya hanya pinjam nama mereka ^^
.
~oOo~
.

Detik berlalu namun Sungmin belum juga merasakan sesuatu, membuat gadis itu mengerutkan dahi dan berniat membuka mata. Apa Kyuhyun tak ingin melanjutkan niatnya? Sungmin mengira jika pria itu hanya mempermainkannya dan sudah sampai sejauh ini Kyuhyun akan tersadar lalu menghentikan semua? Memikirkan itu Sungmin merasa jatuh kedalam jurang paling dalam. Kecewa seketika.
Baru saja Sungmin membuka matanya, wajah Kyuhyun terlihat sangat dekat. Dahi mereka tiba-tiba bertemu dan Kyuhyun tampak memejamkan matanya. Sungmin kaget merasakan panas dari dahi pria itu dan saat Kyuhyun ingin jatuh segera saja Sungmin tahan tubuh itu sekuat tenaga.
“Kyuhyun-ssi.” Sungmin panik dan tanpa sadar membimbing pria itu kearah ranjang, merebahkannya dengan hati-hati disana.
Kyuhyun tak menjawab, namun dahinya mengerut dan sesekali pria itu bernafas melalui mulut. Sungmin membulatkan mata melihat kejadian itu dan segera menyentuh dahi Kyuhyun. “Panas sekali.” Ujar Sungmin semakin panik. “Jangan bilang dia ikut terkena demam. Oh Tuhan, jika memang iya ini jelas salahku.” Sungmin memejamkan mata dan merutuki dirinya sendiri, namun setelah itu Sungmin kembali menatap Kyuhyun cemas yang masih terlihat bernafas menggunakan mulutnya.
“Apa yang harus kulakukan?” Ujar Sungmin dan tanpa sadar menggigit kuku ibu jari tangan kanannya. “Membangunkan eomeonim?” Tanya Sungmin dan langsung mendapat gelengan gadis itu sendiri. “Ini jam tiga dini hari Min, lancang sekali jika kau membangunkan mertuamu.” Rutuk Sungmin.
Sungmin kembali berpikir dan yang ia ingat hanya ibunya. “Jika umma tak akan masalah aku meneleponnya kapanpun.” Sungmin mendekati tas yang tadi ia lempar sembarangan dan mengeluarkan ponselnya. “Kenapa tak mau menyala?” Tanya Sungmin saat layar ponselnya tak bereaksi. “Oh sial. Jangan bilang baterai ponselku habis.” Sungmin kembali mendesah kecewa. “Ada apa dengan pagi ini?” Rutuk Sungmin lagi. Namun saat gadis itu tengah merutuk, matanya tak sengaja menangkap ponsel lain yang tergeletak di atas meja. Sungmin beranjak mendekati meja belajar itu dan mengambilnya.
Sungmin melirik Kyuhyun yang masih tertidur sebelum berkata. “Kyuhyun-ssi. Aku pinjam ponselmu.” Ujarnya setengah berbisik yang jelas saja Kyuhyun tak akan mampu mendengarnya.
Dengan cekatan Sungmin membuka kunci ponsel itu dan beruntung Kyuhyun tak menggunakan kata sandi. Saat ponsel menyala Sungmin langsung disuguhkan oleh menu panggilan. Sepertinya terakhir kali Kyuhyun melakukan panggilan dan lupa mengembalikannya ke menu awal.
Tanpa buang waktu Sungmin segera mengetikkan nomor ponsel ibunya yang sudah sangat ia hafal, lalu memanggilnya. Butuh waktu beberapa lama dan tiga kali mencoba akhirnya panggilan itu terhubung.
“Ya~ siapa ini? Kenapa menelepon tak ingat waktu?” Suara ibunya terdengar serak dari sana dan Sungmin tersenyum. Ibunya baru saja bangun dan itu karena dia.
“Umma.” Panggil Sungmin.
“Anak ini. Kau Min?” Suara ibunya mendadak berubah antusias.
“Iya. Maaf memanggil umma dini hari begini.” Ujar Sungmin sedikit merasa bersalah.
“Tak apa. Lalu mana ponselmu? Kau ganti nomor?” Tanya ibunya menyelidik.
“Tidak… ini nomor ponsel Kyuhyun.” Jawab Sungmin.
“Ah~ nomor ponsel menantuku ternyata.” Jawab ibunya.
Menantu? Sungmin tersenyum mendengar panggilan itu.
Sungmin ingat benar saat mereka berkenalan lewat acara kencan buta dan memilih melanjutkan ke jenjang perkenalan, orang tua mereka langsung setuju dan menyarankan menikah secepatnya. Sungmin tak tahu kenapa orang tua mereka sangat bersemangat dan cepat akrab, tapi yang jelas orang tua mereka sama-sama mendukung.
“Lalu ada masalah apa hingga anakku menelepon umma dini hari begini?” Tanya ibunya lagi.
“Ini umma. Kyuhyun-ssi sakit.” Sungmin melihat lagi keadaan Kyuhyun dan mulai duduk di samping pria itu. “Sepertinya demam.” Tangan Sungmin terulur dan mengusap dahi Kyuhyun beberapa kali. Masih panas.
“Demam? Sepagi ini? Kenapa bisa?” Tanya wanita itu lagi.
“Minnie tak tahu umma. Sepertinya demam akibat Minnie.” Jawab Sungmin sedih. “Jadi apa yang harus Minnie lakukan?” Tanya Sungmin lagi.
“Mudah nak. Ambil termometer, mangkuk, air dan handuk kecil. Untuk sementara dikompres saja agar panasnya tak terlalu hebat.” Ujar sang ibu.
“Baik. Sepertinya memang harus dikompres.” Sungmin mengangguk menyetujui ucapan sang ibu. “Jika begitu Minnie tutup dulu umma.” Ujarnya.
“Baik. Bekerja keraslah untuk merawat suamimu nak.”
Sungmin tersenyum mendengar ucapan itu. “Baik.” Jawab Sungmin.

***

“40 derajat celcius? OMO!” Sungmin menatap Kyuhyun tak percaya. “Dia benar-benar demam.” Bisik Sungmin. Perempuan itu segera beranjak dari ranjang dan memeras handuk kecil yang tadi ia rendam dalam air. Setengah basah ia letakkan handuk kecil itu di dahi Kyuhyun. Sungmin melihat wajah Kyuhyun dengan pandangan sedih lalu tak lama memperbaiki letak selimut pria itu di tubuhnya.
“Kenapa kau bisa sakit begini?” Tanya Sungmin dengan suara pelan, kembali gadis itu mengusap kepala Kyuhyun dengan gerakan sepelan mungkin.
Hening sesaat. Sungmin lebih memilih menatap wajah pulas pria itu dan hanyut dalam dunianya sendiri hingga dering ponsel Kyuhyun yang Sungmin letakkan lagi diatas meja menyentakkannya.
Lama ponsel itu berdering namun Sungmin tak berniat menjawab. Itu ponsel Kyuhyun dan akan sangat lancang jika ia menerima panggilan suaminya. Beberapa saat dering itu hilang, lalu detik berikutnya kembali terdengar.
Sungmin mengerutkan dahi dan berpikir jika itu telepon penting untuk suaminya. Mungkin tak ada salahnya Sungmin menjawab telepon itu dan memberi tahu Kyuhyun nanti.
Tangan Sungmin menggapai ponsel itu dan dengan gugup menerima panggilan. “Ha…”
“Tuan. Sudah dibereskan. Masalah radio anda tak perlu cemas.”
Sungmin mengerutkan dahi mendengar suara pria di seberang sana.
“Saya sudah lakukan sesuai perintah anda.”
Sosok itu terus berujar, membuat Sungmin kembali bingung. Tuan? Siapa tuan pria di seberang telepon itu?
“Tuan?”
Karena tak kunjung mendengar panggilan sosok itu mulai memanggil.
“H-halo.” Jawab Sungmin.
Hening. Tak ada jawaban di seberang sana sebelum panggilan diputuskan secara sepihak.
Sungmin membulatkan mata dan segera menatap ponsel itu, memang sudah terputus dan Sungmin kembali membuka kunci ponsel Kyuhyun sekedar untuk mencari tahu siapa yang menelepon suaminya sepagi ini. Bisa saja telepon salah nomor atau malah peneror suaminya.
Namun kembali mata Sungmin melihat daftar obrolan dan nomor yang baru saja masuk tadi tak disimpan Kyuhyun, sedangkan di daftar nomor dua nomor ibunya. Sungmin mengerutkan dahi saat melihat daftar panggilan nomor ketiga.
“Sepertinya aku mengenal nomor ini.” Sungmin memiringkan kepalanya sedikit, pertanda berpikir. “Nomor siapa ini? Sepertinya sangat familiar.” Ujar Sungmin lagi. “Omo! Bukankah ini nomor telepon radio?” Tanya Sungmin tak percaya. Kembali gadis itu perhatikan dan benar, itu nomor radio yang kerap kali ia ulang-ulang agar pendengarnya bisa bergabung.
Sungmin mengerutkan dahi dan menatap Kyuhyun bingung sebelum kembali menatap layar ponsel. Sungmin memicingkan mata saat mendapati jam pemanggilan. “12:37” bisik Sungmin seraya mengingat kejadian apa yang tadi ia alami di radio pada pukul 12:37. Namun tanpa sadar jari Sungmin menyentuh tombol kembali dan menu awal tertera di depannya.
“OMO!” Sungmin tak sengaja menjatuhkan ponsel Kyuhyun keatas kasur dan kaget bukan main. “Sepertinya aku tengah bermimpi.” Gadis itu menepuk pipinya beberapa kali dan itu terasa panas di kedua pipinya. “Jika bukan mimpi berarti…” Sungmin menggantungkan kalimatnya dan dengan tangan bergetar kembali menggapai ponsel Kyuhyun.
Sungmin tertegun beberapa saat kala melihat dengan pasti jika foto yang diterapkan Kyuhyun untuk menu awalnya adalah foto dirinya sendiri.
“Apa-apaan ini?” Tanya Sungmin tak percaya. Kemudian dengan gerakan pelan Sungmin menatap Kyuhyun yang tertidur di sampingnnya. Pria itu masih tertidur pulas dengan sedikit helaan nafas berat melalui mulutnya.

***

Sungmin mengawasi dokter pribadi keluarga suaminya dari ambang pintu, membiarkan ibu mertuanya berdiri di dekat ranjang.
“Jadi dia juga demam?” Tanya Heechul.
Dokter pribadi itu mengangguk. “Apa yang dilakukan Kyuhyun hingga membuatnya tumbang begini?” Tanya dokter itu kemudian.
“Sepertinya tak ada. Namun tadi malam dia lebih memilih duduk di teras rumah. Sudah kuminta untuk masuk namun ia tak mau.” Ujar Heechul mengingat.
Sungmin masih diam sebelum ingatannya kembali pada kejadian dimana mereka terjebak hujan dan basah kuyup bersama.
“Sebenarnya malam lalu Kyuhyun terkena hujan.” Jawab Sungmin dan sontak dua orang itu menatap kearahnya.
“Begitu?” Tanya Heechul. “Pantas wajahnya pucat dan dia cepat pulang kerja tadi malam. Sudah tahu tak enak badan kenapa dia malah duduk di teras berjam-jam hingga dini hari? Anak ini benar-benar mencari masalah.” Heechul berbalik dan menatap Kyuhyun, hampir saja wanita itu melayangkan pukulannya ke dahi Kyuhyun jika saja ia tak ingat kini anaknya tengah sakit.
Sungmin mengerutkan dahi mendengar penuturan ibu mertuanya. ‘Duduk di teras hingga dini hari?’ Sungmin makin mengerti kemana permainan ini akan berlanjut namun belum terlalu yakin, Sungmin belum ingin mengambil kesimpulan sepihak.
“Tapi berkat penanganan cepat dari Sungmin membuat demam anak ini tak semakin parah. Benar begitu kan dok?” Heechul menatap dokter pribadi keluarganya dan segera disetujui dokter itu dengan sebuah anggukan.
“Hal yang dilakukan nona Sungmin tepat sekali. Beruntung tadi malam Kyuhyun ada di dekat nona.” Jawab dokter itu.
Sungmin hanya tersenyum mendengar pujian itu walau sebenarnya ia tak terlalu menyimak.
“Tapi kenapa Minnie sudah rapi sekali? Mau ke kampus?” Tanya Heechul heran.
“Ah~” Sungmin mendadak salah tingkah mendapati pertanyaan itu. “Iya eomeonim. Jam sebelas Minnie ada kelas. Tapi…” Sungmin menatap Kyuhyun diatas ranjang yang masih tertidur pulas. “Jika Eomeonim tak mengizinkan dan meminta Minnie menjaga Kyuhyun akan Minnie lakukan.” Ujar Sungmin.
“Jam sebelas?” Mata Heechul sontak mengarah pada jam dinding di kamar itu. “Omo! Itu setengah jam lagi. Kenapa Minnie tak bilang dari tadi?” Heechul tampak panik dan segera mendekati Sungmin. “Minnie kuliah saja. masalah anak satu ini biar menjadi urusan umma. Sudah bisa?” Tanya Heechul.
Sungmin mengangguk seraya tersenyum. “Jika begitu Minnie pergi dulu eomeonim.” Sungmin mengecup pipi kiri dan kanan Heechul sebelum menyambar tasnya. Tanpa buang waktu gadis itu setengah berlari keluar dari kamar.
Heechul hanya diam seraya menatap punggung Sungmin yang semakin lama semakin menjauh, lalu hilang dari pandangan.
“Eomeonim? Kapan dia akan memanggilku umma?” ujar Heechul seraya kembali mendekat ke arah ranjang.
Dokter Park yang mendengar ucapan Heechul hanya bisa tersenyum seraya mulai menuliskan resep obat untuk Kyuhyun. “Saya akan memberikan beberapa obat, jika demam Kyuhyun belum turun anda bisa menebusnya ke apotek.” Ujar dokter itu seraya memberikan secarik kertas pada Heechul.
“Terima kasih dokter Park.” Heechul tersenyum dan tampak tengah mencari sesuatu. “Mana dia?” Heechul mencari di atas meja dan sela-sela laci namun tak menemukan benda yang dicarinya.
“Apa nyonya?” Tanya dokter Park.
“Kyuhyun tak akan masuk kerja beberapa hari ini jadi harus memberitahukan bawahannya dulu agar mereka tak membicarakan Kyuhyun macam-macam di belakang. Tapi mana ponsel anakku?” Tanya Heechul masih mencari.

***

Sungmin duduk di rerumputan dekat pohon rindang taman kampusnya dan tak melakukan apapun beberapa menit terakhir. Perempuan itu tampak berpikir sebelum merogoh saku celananya untuk mengeluarkan ponsel hitam yang sejak tadi ia sembunyikan.
Sungmin memandang ponsel itu beberapa detik sebelum memutuskan untuk membuka kunci ponsel dan memeriksa galeri yang ada disana. Hanya ada satu folder foto dan saat Sungmin buka folder itu hanya berisi beberapa foto dirinya.
Sungmin kembali membeku dalam duduk sebelum melihat foto yang lain. “Apa… apa benar ini ponsel Kyuhyun?” Tanya Sungmin lirih. “Sepertinya bukan ponsel Kyuhyun. Atau jangan-jangan ponsel yang Kyuhyun temukan di jalan dan membuat Kyuhyun bersikap aneh seperti tadi malam. Bisa jadi begitu.” Ujar Sungmin berargumen.
“Bisa jadi.”
Suara itu mengejutkan Sungmin dan sontak membuatnya menatap sumber suara. “Hae.” Panggil Sungmin seraya tersenyum, tak lupa tangannya dengan perlahan memasukkan ponsel ke dalam tas sebelum Donghae menyadarinya.
“Kau datang ke kampus lagi? Bahkan kau juga tak ada jadwal hari ini.” Ujar Donghae seraya duduk di sampingnya.
Sungmin tersenyum sekilas mendengar pertanyaan itu. Ia sengaja ingin ke kampus karena tak tahu lagi harus melakukan apa jika di rumah. “Kau sendiri kenapa ke kampus?” Tanya Sungmin.
“Rapat organisasi, sebentar lagi dimulai tapi aku malas menunggu di ruangan.” Ujar Donghae.
“Ah~” Sungmin menganggukkan kepalanya tanda mengerti.
“Dan kau? Jangan bilang ingin menghindari Kyuhyun.” Tebak Donghae seraya mulai menatap Sungmin.
“Apa? Menghindar? Untuk apa aku menghindarinya jika aku malah ingin berdekatan dengannya? Ucapanmu tak masuk akal Hae.” Cibir Sungmin.
“Siapa tahu kau sudah mulai bosan mencintainya sepihak.” Ujar Donghae lagi.
Sungmin menggelengkan kepala dan berdecak beberapa kali sebelum mereka terdiam beberapa saat, tampaknya dua orang itu kehabisan topik pembicaraan.
“Hae.” Sungmin memanggil lirih nama itu dan segera direspon pemiliknya.
“Kenapa?” Tanya Donghae.
“Jika…” Sungmin menggantungkan kalimatnya, bingung harus memberitahu Donghae atau tidak, namun setelah dipikir-pikir tak ada salahnya Donghae tahu.
“Jika?” Tanya Donghae agar Sungmin segera menyambung kalimatnya.
“Jika kubilang Kyuhyun menyimpan fotoku di ponselnya dan menjadikan fotoku gambar menu utama ponselnya akankah kau percaya?” Tanya Sungmin.
Donghae membulatkan mata dan untuk sesaat tak ada ucapan dari pria itu. Namun tak butuh waktu lama tawa keras Donghae menguar dan Sungmin yakin jika pria itu menganggapnya gila sudah menanyakan hal konyol tadi.
“Kau masih demam?” Donghae mengukur dahi Sungmin seolah mengejek gadis itu.
“Aish! Bukan aku yang demam, aku sudah sembuh sekarang gantian Kyuhyun yang terbaring sakit.” Ujarnya.
“Oh? Kyuhyun demam? Ada apa ini dengan kalian. Kenapa sakit saja harus terjadi bersamaan?” Tanya Donghae lagi. “Tapi bukan itu titik utamanya? Kenapa kau tiba-tiba berpikir seperti tadi? Kyuhyun menyimpan fotomu di ponselnya? Jika kau tak demam maka kepalamu terbentur keras hingga mengeluarkan pertanyaan tak masuk akal begini.” Kembali Donghae berujar dan sukses membuat Sungmin kesal.
Namun Sungmin berpikir sejenak sebelum menyetujui ucapan Donghae. “Benar. Mana mungkin dia menyimpan fotoku di ponselnya.” Jawab Sungmin tanpa sadar.
Donghae tersenyum dan mengusap kepala Sungmin beberapa kali. “Sepertinya aku harus segera pergi. Rapatnya tak akan dimulai tanpa aku.” Ujar Donghae seraya bangkit, menepuk celananya beberapa kali.
Sungmin tersenyum dan mengangguk. “Baiklah. Pergi sana.” Usir Sungmin namun tentu saja hanya berupa candaan.
“Baiklah. Segera pulang jika suasana hatimu sudah membaik, eoh? Tak baik gadis sepertimu sendiri saja di sini.” Ujar Donghae lagi.
Sungmin menganggukkan kepala dan membiarkan Donghae melangkah menjauhinya. Sungmin terus memperhatikan punggung itu hingga menghilang dari pandangan. Sungmin menghela nafas sebelum kembali mengeluarkan ponsel Kyuhyun yang dengan lancang dibawanya.
“Jangan-jangan benar ini bukan ponsel Kyuhyun.” Lirih Sungmin seraya menatap sedih ponsel yang ada di tangannya.
“Lee Sungmin-ssi.”
Suara itu… Sungmin mengerutkan dahi dan sontak menatap kesamping. Betapa kagetnya Sungmin kala melihat Eunhyuk sudah berdiri disana.
“Iya?” Sungmin menggantikan kekagetannya dengan senyuman ramah yang selalu ia ukir untuk orang lain.
Eunhyuk balas tersenyum dan dengan sedikit canggung duduk di samping Sungmin. Jeda sesaat karena tak ada yang membuka suara namun Sungmin dengan berani meneliti wajah samping Eunhyuk dari dekat.
“Kita belum berkenalan sebelumnya.” Eunhyuk tiba-tiba berucap dan membuat Sungmin menghentikan aktivitasnya.
“Ya.” Jawab Sungmin, ada kesedihan dibalik suara gadis itu.
“Aku Lee Eunhyuk.” Eunhyuk mengulurkan tangannya tepat ke hadapan Sungmin dan Sungmin menatap uluran terbuka tangan itu sebelum menyambutnya.
“Lee Sungmin.” Jawab Sungmin singkat.
Eunhyuk mengangguk kikuk dan melepaskan tautan tangan mereka. “Jadi… Bagaimana sakitmu?” Tanya gadis itu membuka obrolan.
Sungmin kembali tersenyum. “Baik.” Jawabnya masih singkat.
Mendengar jawaban itu membuat Eunhyuk tertunduk sebentar. “Maafkan aku. Aku… tak bermaksud melukaimu. Tanganku terangkat secara refleks dan sungguh aku tak bermaksud menamparmu.” Lirihnya.
Sungmin tersenyum sekilas mendengar ucapan itu. “Ya~ aku tak mempermasalahkan itu sama sekali. Jarang ada yang mengajakku berdebat secara langsung seperti yang kau lakukan, kebanyakan dari mereka membicarakanku di belakang.” Jawab Sungmin.
Eunhyuk tampak kaget dan menatap Sungmin tak percaya. “Kau banyak dibenci orang?” Tanya Eunhyuk.
Sungmin mengangguk. “Kebanyakan dari mereka membenciku karena sesuatu hal yang tak kutahu tapi saat kami berpapasan mereka selalu memasang topeng baik, tersenyum padaku dan itu cukup membingungkan karena aku tak bisa melihat dengan jelas mana lawan dan mana teman.” Jelas Sungmin seraya tersenyum miris.
Eunhyuk mengusap tengkuknya salah tingkah. “Maaf. Aku tak tahu jika kau mendapati kelakuan seperti ini dari orang-orang.” Ujarnya.
Sungmin menggeleng. “Tak masalah. Aku sudah terbiasa. Namun bukan ini yang harusnya kita bahas.” Sungmin menatap Eunhyuk lagi. “Donghae, eh?” Tanya Sungmin.
“Ah~ itu…” Eunhyuk kembali mengusap tengkuknya salah tingkah.
Sungmin kembali tersenyum sebelum memulai pengakuannya. “Salah satu penyebab para gadis tak suka padaku karena hal ini, aku berdekatan dengan Donghae. Tapi perlu kau tahu, aku tak mungkin memiliki hubungan istimewa dengannya lebih dari sahabat. Kecuali aku bercerai, mungkin bisa dipertimbangkan.” Ujar Sungmin.
Dahi Eunhyuk mengerut mendengar ucapan akhir Sungmin. “Bercerai?” Tanya Eunhyuk.
Sekali lagi Sungmin tersenyum menatap gadis itu. “Aku sudah menikah, Hyuk-ah.”
“Apa?” Eunhyuk nyaris berteriak nyaring.

***

Sebelum malam datang Sungmin memilih ke studio demi mencari sedikit informasi mengenai penelepon tengah malamnya, ia berdoa dalam hati semoga Shindong bisa membantu.
“Kau datang? Cepat sekali.” Shindong yang kaget melihat Sungmin masuk ke studio segera menanyainya.
“Hanya ingin mencari informasi. Apa kau bisa membantuku?” Tanya Sungmin.
“Masalah apa? Tapi sepertinya jangan sekarang Min.” Ujar Shindong.
Sungmin mengerutkan dahi. “Kenapa?” Tanya gadis itu heran.
“Radio kita sedang bermasalah. Tiba-tiba saja tadi siang terjadi sesuatu dan mengalami gangguan jaringan. Semua sibuk menangani masalah ini dan aku diminta untuk membantu memecahkan masalah ini.” Ujar Shindong.
“Begitu. Aneh juga. Kenapa tiba-tiba gangguan?” Tanya Sungmin.
“Aku juga tak tahu. Radio kita jarang mengalami gangguan namun jika sudah terjadi tak akan bisa diselesaikan dengan cepat. Bisa saja acaramu dan acara yang lain tak akan mengudara nanti.” Ujar Shindong.
“Ah~” Sungmin mengangguk. “Jadi aku libur nanti malam?” Tanya Sungmin seraya tersenyum pada Shindong.
Shindong mengangguk. “Libur masal. Biarkan teknisi yang bekerja keras. Jika sudah tak dibutuhkan aku juga segera pulang.” Ujar Shindong.
“Baiklah. Aku mengerti. Aku pulang dulu jika begitu.” Sungmin menepuk bahu Shindong sebelum meninggalkannya.
Shindong mengerutkan dahi melihat ulah Sungmin. “Dia bilang butuh bantuanku, kenapa langsung pulang?”

***

Sungmin membuka pintu utama itu dan segera melepaskan sepatu kala sudah berada di dalam. Namun saat Sungmin ingin melangkah masuk dahi gadis itu mengerut kala melihat dua pasang sepatu asing yang ada di dalam rumah.
“Ada tamu?” Tanya Sungmin seraya mulai melangkah menuju tangga penghubung. “Kenapa sepi sekali?” Tanya Sungmin seraya mulai menapaki tangga. “Tak biasanya. Bahkan Ahra unni tak terlihat.” Ujar Sungmin terus bermonolog. “Omo. Apa mereka pergi ke rumah sakit? Jangan-jangan aku ditinggal sendiri disini.” Sungmin sontak panik dan segera berlari menuju kamar Kyuhyun. Tanpa menunggu lama gadis itu segera membuka pintu untuk sekedar memeriksa.
“Hai. Baru pulang?” Baru saja Sungmin berdiri di ambang pintu, wajah ayah dan ibunya terlihat.
“Umma, appa.” Ujar Sungmin tak percaya.
“Kau lama sekali pulangnya. Kemari.” Sang ibu yang duduk di tepi ranjang dimana Kyuhyun masih tertidur mulai memanggil Sungmin.
Sungmin menurut dan masuk ke dalam kamar. Disana ibu dan ayahnya tak sendiri, sudah ada ibu mertua bahkan kakak iparnya.
“Kapan umma dan appa datang? Sudah Minnie bilang jangan kemari.” Ujar Sungmin seraya mengecup pipi kanan dan kiri ibunya sekilas.
“Omo. Jangan bilang kau mengusir umma dan appa.” Ibunya mendelik tajam kearah Sungmin, membuat gadis itu tersenyum mendengarnya.
“Bukan. Minnie tak mau appa dan umma lelah. Perjalanan kesini membutuhkan waktu lama bukan?” Tanya Sungmin.
“Benar, namun tak masalah karena kami ingin menjenguk menantu kami.” Kali ini ayahnya yang membuka mulut.
Ibunya mengangguk. “Jika kemarin kau yang sakit dan melarang kami datang kami terpaksa menuruti, namun sekarang lain ceritanya jika menantu kami yang sakit.” Jawab sang ibu.
“Baiklah, baiklah. Kemesraan kalian bertiga harus kuhentikan sekarang. Sebentar lagi malam dan sepertinya kita harus menyiapkan makan malam. Ada yang mau membantu?” Tanya Heechul seraya menatap Sungmin dan Leeteuk bergantian.
“Tentu.” Leeteuk tersenyum dan segera bangkit.
“Ahra juga akan membantu.” Anaknya yang tengah hamil muda itu ikut berucap.
“Bagus. Sekarang mari kita ke dapur.” Heechul ikut bangkit dan tanpa kata mengaitkan lengannya di lengan Ahra serta Heechul, membimbing dua orang itu agar keluar dari kamar.
Sungmin dan ayahnya tersenyum melihat aksi kekanakan tiga perempuan itu.
“Baiklah. Sepertinya appa akan menunggu appa mertuamu di ruang tamu saja.” Ayahnya mulai melangkah dan meninggalkan Sungmin berdua dengan Kyuhyun.
Hening menyergap mereka dan Sungmin lebih memilih menatap Kyuhyun yang tertidur di sampingnya. Tangan Sungmin terulur dan berhenti tepat di dahi Kyuhyun.
“Kenapa panasnya belum turun juga?” Ujar gadis itu setengah berbisik. Sebelum menarik tangannya Sungmin menghela nafas berat dan mulai beranjak dari duduk. Tampaknya Sungmin ingin mandi terlebih dahulu sebelum ikut bergabung dengan trio perempuan hebat yang tengah bergelut dengan dapur mereka.

***

Sungmin mengikat rambutnya kebelakang saat menuruni tangga, bermaksud menghampiri tiga orang itu sebelum mendengar teriakan kencang Heechul dari arah dapur.
“Berhenti disana!!” Teriakan itu sukses membuat langkah Sungmin terhenti di ambang pintu dan menatap mertuanya bingung. “Pengantin baru disana saja, jangan mendekat.” Ujar Heechul yang membuat tawa Ahra dan Leeteuk terdengar.
Sungmin memajukan bibirnya setengah merajuk namun mengikuti ucapan ibu mertuanya.
“Ini.” Heechul membawa nampan berisi mangkuk bubur pada Sungmin. “Sejak tadi suamimu belum makan. Bangunkan dia dan suapkan bubur ini dengan penuh cinta agar Cho Kyuhyun itu langsung sembuh. Mengerti?” Tanya Heechul.
“Eomeonim.” Sungmin hanya bisa merengek mendengar godaan itu sebelum menerima uluran nampannya.
Heechul tersenyum dan segera membalikkan tubuh Sungmin. “Nah! Sana temui suamimu.” Ujarnya seraya mendorong punggung Sungmin lembut agar segera melangkah.
Sungmin menurut, tanpa banyak kata kembali menapaki anak tangga menuju kamar Kyuhyun. Saat tiba disana dengan hati-hati Sungmin masuk lalu meletakkan nampan itu di atas meja belajar.
Sungmin menatap Kyuhyun yang masih tertidur pulas dan entah kenapa Sungmin tak tega untuk membangunkannya. Mendadak kegugupan itu melandanya dan Sungmin memilih menyibukkan diri sebelum nanti membangunkan Kyuhyun. Gadis itu mendekati pintu kaca penghubung balkon dan menarik gordennya kala melihat malam sudah menyambut. Sungmin kembali mendekati ranjang dan menyalakankan lampu yang kebetulan berada di atas nakas kecil tepat di samping ranjang, sepertinya pencahayaan yang tak terlalu terang bisa membantu Kyuhyun agar semakin pulas dalam tidur.
Sungmin duduk di pinggir ranjang dan masih setia menatap wajah Kyuhyun. Sungmin tersenyum melihat mata terpejam pria itu dan entah kenapa membuat Sungmin tertarik untuk menyentuhnya.
Dengan gerakan pelan jari telunjuk Sungmin bermain di kelopak mata tertutup Kyuhyun dan sontak membuat pria itu mengerutkan dahi. Sungmin kaget dan menghentikan tindakan beraninya sebelum membeku di tempat, mengamati dengan seksama hal apa yang selanjutnya terjadi pada Kyuhyun namun pria itu hanya mengerutkan dahi, menggeliat saja tidak.
Sungmin kembali tersenyum dan kali ini mengukur lagi panas dari dahi Kyuhyun. “Kenapa masih hangat? Apa terlalu bahaya demam yang kutularkan?” Lirih Sungmin seraya berniat menarik tangannya dari sana. Namun niat itu terhenti saat tangan Kyuhyun tiba-tiba mencengkeram pergelangan tangannya, membuat Sungmin tak bisa bergerak dan membuat tangannya tetap berada di dahi pria itu.
Sungmin mengerutkan dahi, menatap bingung pada Kyuhyun yang masih memejamkan mata. Detik berikutnya pria itu membuka matanya dan sontak Sungmin tergagap. Apa yang harus ia lakukan sekarang? Kyuhyun terbangun dan itu karena ulahnya. Sungmin ingin sekali memaki dirinya sendiri mendapati kelakuan itu.
Kyuhyun menatapnya dengan pandangan sayu dan detik itu juga Sungmin merasa keadaan Kyuhyun benar-benar kacau.
“Kyuhyun-ssi lapar?” Tanya Sungmin seraya menarik tangannya lembut dari cekalan Kyuhyun dan berhasil, pria itu melepaskannya.
Kyuhyun tak menjawab, malah terus melihatnya dengan pandangan yang sulit Sungmin artikan.
“Sebentar. Aku membawakan bubur untukmu dan kau harus…” Saat Sungmin ingin beranjak kembali Kyuhyun mencekal pergelangan tangannya. Sungmin menatap pria itu tak mengerti namun Kyuhyun tak melakukan apapun sebelum bangkit dengan susah payah dan duduk diatas kasur. Pandangannya masih setia menatap Sungmin serta cekalan tangannya yang terus mengerat di lengan gadis itu.
“Kyuhyun-ssi…”
Sungmin membulatkan mata saat tahu-tahu pria itu memeluknya erat, menenggelamkan wajah di ceruk lehernya yang jelas saja membuat Sungmin semakin gugup.
“Lee Sungmin…” Kyuhyun memanggilnya tanpa mau menjauhkan wajah dari lehernya.
“O-oh.” Jawab Sungmin seadanya, ia tak bisa berpikir jernih lagi menerima kelakuan Kyuhyun.
“Disini saja.” Kyuhyun kembali berbisik tepat di ceruk leher Sungmin. “Jangan pergi.”

.
~oOo~
.
T. B. C