KYUMIN \ FANFICTION | AFTER YOU GO | CHAPTER 6 / GENDER SWITCH

Kyuhyun memijat pelipisnya pelan saat memikirkan misi rahasia yang ketuanya beri. Misi ini berbeda dari misi sebelumnya dan Kyuhyun dilarang keras untuk membocorkan ke orang lain terlebih Siwon dan Donghae. Sepertinya misi ini benar-benar membuat Kyuhyun mendua. Ia tak tahu harus berbuat apa untuk menangani misi kali ini.

.

~oOo~

.

After You Go

.

Presented by Melani KyuminElfSha

.

FanFiction

.

Chapter :: 6

.

Genre :: Romance, Drama, Hurt.

.

Rate :: T

.

Warning :: GS, Tak sesuai EYD, OOC, Typo(s).

.

Disclaimer :: FanFict ini murni milik saya, walau cerita pasaran tetap mutlak milik saya jadi Jangan Salin Tanpa Izin.

.

~oOo~

.

 

Di balik itu sebenarnya Kyuhyun merasa heran dengan sang ketua. Pimpinannya bersikeras agar Kyuhyun mampu melakukan misi itu hingga berhasil dan Kyuhyun tak punya daya untuk membantah terlebih perintah itu datang langsung dari mulut ketuanya. Namun jika dilihat lagi siapa objek misi kali ini nyali Kyuhyun kembali goyah.

“Aish!” Kyuhyun mengusap wajahnya kasar dan berteriak cukup keras, membuat dua rekan kerjanya menoleh.

“Kenapa?” Tanya Siwon.

“Sejak kemarin, tepatnya setelah kau menemui ketua tampaknya kau semakin kacau. Apa ketua marah padamu? Ini jarang terjadi.” Sela Donghae.

Kyuhyun tak menjawab, ia memilih kembali memijat pelipisnya sebelum memutar kursi kerja hingga kini Kyuhyun bisa melihat pemandangan luar gedung. Lama Kyuhyun menatap kosong ke arah jendela hingga beberapa saat kemudian menghela napas kasar.

“Aku tak punya pilihan lain lagi.” Bisik Kyuhyun untuk dirinya sendiri.

Melihat reaksi Kyuhyun membuat Donghae hanya menggelengkan kepala sebelum menutup laptop dan beranjak dari duduk. “Aku memiliki janji hari ini. Aku pergi sebentar.” Ujarnya sebelum benar-benar beranjak dari ruangan.

“Tergesa-gesa sekali.” Siwon berujar saat melihat Donghae setengah berlari keluar dari ruangan.

 

***

 

Sungmin meremas tangannya saat sudah duduk di kursi tunggu sementara Jungmo menemui dokter pribadi mereka untuk mendiskusikan masalah aborsi. Tak ada dokter yang berani menyanggupi masalah aborsi hingga Jungmo rela membujuk dokter pribadi mereka.

Pikiran Sungmin berkecamuk. Sejak tahu dirinya hamil perempuan itu tak pernah sedikitpun bernapas lega. Ia selalu takut memandang perut sendiri hingga merasa cemas bukan main. Sebenarnya Sungmin belum percaya jika di dalam perutnya sudah tertanam kehidupan sosok yang bahkan belum memiliki wujud, namun melihat bagaimana paniknya Jungmo membuat Sungmin sedikit demi sedikit mempercayai keberadaan janin itu.

Sungmin melamun, menatap kosong ke satu arah hingga tak menyadari satu sosok tengah menatapnya heran. Sosok itu, Donghae yang ingin pergi ke salah satu ruang dokter mendadak menghentikan langkah lalu memilih mendekati Sungmin.

“Istri Kyuhyun, bukan?”

Pertanyaan itu menyentakkan Sungmin hingga ia tanpa sadar menatap sumber suara. Sungmin memicingkan mata, merasa asing dengan pria di depannya.

“Kau tak mengenaliku?” Donghae tersenyum lalu duduk di samping Sungmin, membiarkan perempuan itu meneliti wajahnya dengan lekat.

“Kau teman Kyuhyun saat di bar?” Sungmin mendengus saat otaknya berhasil mengingat siapa pria di sampingnya. “Apa lagi yang kau mau dariku?” Tanya Sungmin ketus, ia sedang malas berurusan dengan Kyuhyun maupun kelompoknya.

“Hei sabar. Aku tak tahu kau ada di sini. Lagipula aku tengah mengantar kekasihku untuk menemui dokternya.” Jawab Donghae.

Sungmin menyandarkan punggung di kepala kursi dan masih enggan menatap Donghae. “Kekasih?” Tanya Sungmin malas.

“Ya~ kekasih yang bisa dimanfaatkan. Kebetulan dia kunci suksesnya misi kami.” Jelas Donghae tanpa canggung.

“Oh~” Sungmin hanya menanggapi seadanya sebelum kembali terdiam.

Donghae terus memperhatikan Sungmin dan dalam hati mengagumi kecantikan perempuan itu. “Kurasa Kyuhyun pandai memilih istri.”

“Jangan menyebut namanya. Aku benci pria itu.” Sungmin berujar seraya memalingkan wajah.

“Wajar jika kau membencinya dan dia membencimu, sejak awal yang tak jujur adalah kalian sendiri. Yang membuat masalah kalian, yang berbohong kalian dan sekarang yang tak mau mengalah kalian juga. Bukankah itu kekanakan?” Tanya Donghae seraya ikut menyandarkan punggungnya.

Sementara itu Sungmin hanya bisa diam memikirkan ucapan Donghae barusan. Walau konyol namun ucapan pria itu ada benarnya.

“Mau apa kau kemari?” Donghae kembali angkat bicara saat Sungmin tak kunjung menjawab. Pria itu menatap sekitar dan melihat ada beberapa perempuan berperut buncit tengah menunggu di kursi lain. “Oh~ jangan katakan kau tengah hamil.” Donghae menatap Sungmin kaget namun perempuan itu tak balas menatapnya, tetap betah dengan keheningan.

Otak Donghae bekerja dengan cepat. Sungmin yang terlihat murung lalu sejak tadi berdiam diri seolah menunggu seseorang membuat Donghae berpikiran buruk. “Kau ingin menggugurkan kandunganmu?” Kembali Donghae bertanya, kali ini ia menarik bahu Sungmin agar perempuan itu menatap kearahnya. Tanpa Donghae duga Sungmin mulai menitikkan air mata, ia kembali bimbang saat dihadapkan oleh pertanyaan Donghae tadi.

“Aku harus bagaimana? Anak ini muncul seenaknya bertepatan saat kami akan berpisah.” Sungmin mulai sesegukan, ia terlihat benar-benar kacau dan sungguh Sungmin bimbang sekarang.

“Hei.” Donghae segera memeluk Sungmin untuk membuat perempuan itu tenang. “Jangan bertindak gegabah nyonya Cho. Penyesalan datang selalu di akhir dan jika kau menghilangkan anakmu sekarang maka tak akan bisa lagi untuk mengembalikannya kapanpun.” Donghae mengusap punggung Sungmin beberapa kali sementara itu Sungmin tak menolak, ia malah semakin menangis dalam pelukan Donghae.

“Jadi aku harus bagaimana?” Kembali Sungmin bertanya dengan suara bergetar.

“Dengar.” Donghae melepas pelukan mereka dan mengenggam kedua bahu Sungmin. “Anakmu tak bersalah. Akan terlalu jahat jika kau merenggut kehidupan darah dagingmu sendiri. Kau boleh benci pada Kyuhyun namun tidak untuk keturunannya karena dia keturunanmu juga. Jika kau membunuh anakmu maka yakinlah, kedepannya kau merasa telah merenggut nyawamu sendiri.” Ucap Donghae panjang lebar.

Sungmin tersentak namun selanjutnya ia kembali merenung hingga beberapa detik kemudian ia angkat bicara. “Sejak kecil aku sudah dibuang. Aku tak mengenal orang tua sama sekali. Kepala panti bilang mereka membuangku tanpa meninggalkan apapun sebagai kenangan. Hingga sekarang aku tak pernah sekalipun bertemu mereka. Dari sana aku benci pada orang tua dan entah kenapa aku jadi kurang suka dengan anak kecil. Aku merasa menjadi orang tua bukan pekerjaanku, maka dari itu aku tak pernah berpikir akan memiliki anak.” Sungmin berujar dengan tatapan kosong, ia nyaris menangis lagi namun tangannya yang bergetar mulai terulur menyentuh perutnya yang rata. “Tapi dia datang secara mendadak. Aku bahkan tak memiliki persiapan apapun untuk menyambutnya.” Sambung Sungmin lagi.

Donghae menatap Sungmin sedih seolah ia mengerti perasaan yang dirasakan perempuan itu. Dengan lembut ia merangkul bahu Sungmin dan mengusapnya pelan. “Menjadi seorang ibu tak harus memiliki persiapan apapun, cukup memiliki hati nurani.” Jawab Donghae. “Masalah dibuang orang tua bukan hanya kau. Aku bahkan Kyuhyun juga memiliki cerita yang sama. Malah Kyuhyun lebih tragis lagi, kurasa.” Ujar Donghae lagi.

Sungmin memicingkan mata seraya menatap Donghae. “Apa?” Tanya Sungmin kaget. “Bukankah dia bilang orang tuanya ada di Swiss?”

“Ah~” Donghae sedikit tersentak lalu melepas rangkulannya. “Kau ingin mengikat Kyuhyun? Atau kau ingin menjadikannya budakmu? Aku tahu cara mudah dan kau tak perlu mengeluarkan energi untuk itu.” Ujar Donghae setengah tersenyum miring, ia pandai mengalihkan pembicaraan hingga Sungmin tak menyadari itu.

“Ada hal yang membuatnya tunduk begitu mudah?” Tanya Sungmin kaget.

Donghae mengangguk. “Anakmu.” Donghae melirik ke arah perut datar Sungmin. “Dia lemah dengan anak kecil.”

Sungmin membulatkan matanya kaget namun beberapa detik kemudian ia tersadar akan satu hal. “Jangan katakan pada Kyuhyun jika aku tengah mengandung.” Ujar Sungmin cepat.

“Kenapa?” Donghae mengerutkan dahinya bingung.

Sungmin kembali lemas seraya menyandarkan punggung di kepala kursi. “Cukup jangan ceritakan saja.” Jawab Sungmin lemah.

 

***

 

Saat mobil Jungmo berhenti di halaman gedung besar itu Sungmin segera keluar dari sana. Jungmo tak mau kalah, ia ikut keluar dan mengejar Sungmin.

“Kau yakin dengan keputusanmu?” Jungmo menatap Sungmin dari samping saat perempuan itu tak menjawab apapun. “Sungmin.” Jungmo menarik lengan Sungmin agar langkah perempuan itu terhenti. “Jika kau tak menggugurkannya maka kau akan dipecat. Tak ada ibu hamil yang bekerja di sini.” Ujar Jungmo setengah berteriak. Ia tak peduli dimana mereka sekarang, yang jelas ia ingin menyadarkan Sungmin.

Sungmin terdiam sebentar, pikirannya kembali bercabang sebelum melepas cekalan tangan Jungmo. “Sepertinya cuti adalah sesuatu yang baik untukku sekarang.” Jawab Sungmin pelan. Ia mulai melangkah lagi namun baru beberapa meter berjalan sosok yang dikenal sebagai ketua mereka berdiri di hadapan Sungmin.

“Ketua Jung.” Jungmo segera mendekat dan berdiri di depan Sungmin seolah melindungi perempuan itu. “Aku bisa jelaskan…”

“Tidak Jungmo. Jangan sekarang karena aku ingin bicara dengan Sungmin. ayo Min.” Sosok itu berbalik lalu melangkah tanpa menunggu jawaban Sungmin.

“Aku bisa menangani ini.” Sungmin segera berujar saat Jungmo ingin menghalanginya. Menurut Sungmin sekarang dia harus mengurusi masalah sendiri tanpa bantuan orang lain.

 

***

 

Eunhyuk mondar-mandir seraya sesekali menatap arah pintu. “Kenapa lama sekali? Apa yang ketua bicarakan pada Sungmin?” Eunhyuk berhenti melangkah lalu menatap Kibum dan Jungmo lekat seolah meminta jawaban. “Dia tak dipecat bukan?” Tanya Eunhyuk lagi.

“Sepertinya begitu.” Jawab Kibum pelan, ia sedikit ragu dengan jawabannya tadi.

“Lagipula tak ada dalam sejarah ibu hamil menggeluti pekerjaan ini.” Kali ini Jungmo yang menjawab dan terang saja membuat Eunhyuk serta Kibum terdiam.

“aku senang dia membatalkan niat awal namun aku tak ingin dia keluar dari pekerjaan. Kalian tahu sendiri bagaimana menyedihkannya perempuan itu dan hanya di sini dia bisa terlihat bersemangat.” Ujar Eunhyuk lagi.

“Ya. Aku tahu.” Kibum mengangguk singkat.

“Maka dari itu kusarankan untuk menggugurkan kandungannya. Aku tahu akan jadi seperti ini. Selalu Sungmin yang menderita. Tak cukup orang tua yang membuangnya di tengah laut sekarang malah pria kurang ajar yang sudah ia anggap suami itu kembali menorehkan luka lama. Sialan!” Dari suara Jungmo jelas ia tengah menahan amarah.

Eunhyuk dan Kibum kembali terdiam. Mereka membenarkan ucapan Jungmo barusan. Beberapa menit hening sebelum pintu ruangan terbuka dan dari sana Sungmin terlihat.

“Apa yang terjadi?” Eunhyuk bergegas mendekati Sungmin saat melihat perempuan itu melangkah gontai menuju meja. “Kau dipecat?” Eunhyuk kembali bertanya saat Sungmin hanya bisa bungkam.

“Aku harus pulang.” Sungmin bersiap dan memasukkan beberapa barangnya ke dalam tas.

“Pulang?” Kibum mengerutkan dahi, heran dengan pernyataan Sungmin tadi.

“Ke rumahku. Setidaknya hanya itu tempat tinggal yang kupunya.” Jawab Sungmin.

“Kau masih menganggap rumah itu adalah tempat tinggalmu?” Jungmo menatap Sungmin tak percaya namun Sungmin hanya diam sebelum menjinjing tasnya.

“Kalian bekerja keraslah di sini, maaf jika aku tak bisa banyak membantu mulai sekarang hingga beberapa bulan kedepan.” Ucapan itu bagai pesan terakhir Sungmin sebelum ia berjalan keluar dari ruang kerja. Tiga sahabatnya terdiam, tak berniat menghalangi Sungmin setelah apa yang ia ucapkan tadi.

 

***

 

Sungmin tiba di depan rumahnya setelah kurang lebih setengah jam menempuh perjalanan menggunakan jasa taksi, ia bersyukur matahari masih terik bersinar di atas sana, setidaknya ia tak perlu bertingkah seperti maling di kegelapan demi mengunjungi rumah sendiri. Setelah menghela napas berat beberapa kali ia mulai melangkah menyusuri halaman rumah, tak ada yang berubah pikir Sungmin. Rumah itu terlalu rapi padahal Sungmin tak pernah mengurusnya beberapa bulan terakhir.

Saat mendapati pintu garasi yang terkunci rapat membuat Sungmin sadar jika mobilnya masih terparkir indah di sana kecuali mobil Kyuhyun, mungkin pria itu sudah lebih dulu mengamankan mobilnya.

Perempuan itu melanjutkan langkah dan mengabaikan perihal mobil lalu bergerak mengambil kunci saat berada di depan pintu, namun baru saja Sungmin meraih kunci ia baru menyadari pintu rumahnya tak tertutup rapat. Sungmin mengerutkan dahi saat mendorong pintu itu dan entah kenapa pikirannya melayang pada sosok Kyuhyun, ia menyangka jika pria itu ada di sini, atau paling tidak pria itu sering berkunjung tanpa sepengetahuannya dan lupa mengunci pintu. Walaupun harus dipertemukan sekarang Sungmin tak takut sama sekali dengan Kyuhyun, malah ia berniat menantang suaminya.

Semakin Sungmin masuk dan meneliti semakin ia tak menemukan sosok Kyuhyun. Mungkin pria itu memang tak ada di sini mengingat mobilnya juga tak terparkir di dekat rumah, pemikiran itu membuat Sungmin menghela napas lega.

“Ada yang bisa saya bantu nyonya?”

Suara ramah itu terdengar di belakang Sungmin dan sontak ia berbalik. Sungmin mengerutkan dahi saat melihat satu sosok lebih tua darinya dan mengenakan pakaian pelayan tengah tersenyum seraya terus menatapnya.

“Apa yang anda lakukan di sini?” Sungmin balas bertanya, ia heran kenapa wanita asing bisa masuk ke rumahnya. Apa ia adalah pencuri? Memikirkan itu membuat Sungmin refleks bersiaga.

“Maaf nyonya. Saya adalah pelayan di sini. Saya menjaga dan membersihkan rumah ini bersama pelayan yang lain selama nyonya dan tuan tak ada.” Wanita itu membungkuk hormat beberapa detik pada Sungmin dan Sungmin kembali dibuat bingung, darimana wanita ini tahu ia adalah nyonya besar pemilik rumah?

“Baiklah. Aku ingin sendiri jadi anda dan seluruh teman anda bisa meninggalkan rumah ini secepatnya.” Sungmin berbalik dan berniat mendekati tangga penghubung.

“Tapi nyonya.” Ucapan pelayan itu mengurungkan niat Sungmin dan kembali ia menatap pelayannya. “Tuan berpesan jika kami tak boleh meninggalkan rumah.”

“Mana tuanmu? Dia tak ada di sini jadi akulah tuanmu sekarang. Cepat pergi sebelum aku mengusir kalian.” Kali ini Sungmin berujar kasar, entah kenapa emosinya naik mendapati penolakan. Bisa dibilang Sungmin tersinggung.

 

***

 

Kyuhyun tengah mencocokkan data buronannya sebelum teringat akan sesuatu hal. “Kau mengunjungi rumah sakit tadi hyung?”

Pertanyaan itu jelas untuk Donghae dan ia tersentak kaget mendengar pertanyaan Kyuhyun. “Darimana kau tahu?” Tanya Donghae setengah gugup. Apa Kyuhyun tahu jika ia bertemu istrinya tadi? Tak heran Kyuhyun mengetahui semua gerak-gerik tanpa sepengetahuannya karena pria itu memiliki banyak mata-mata bahkan detektif pribadi.

“Tentu saja hal itu ada dalam rencana.” Kyuhyun beralih menatap Donghae yang ternyata tengah menghela napas lega. “Kau kenapa hyung? Seperti tengah membuat penghianatan saja.” Ujar Kyuhyun lagi.

“Tidak.” Donghae buru-buru menggeleng.

Kyuhyun memicingkan mata saat melihat Donghae kembali menatap layar laptop dengan pandangan salah tingkah, saat ia ingin bertanya lagi dering ponsel menginterupsi niat Kyuhyun.

“Ya.” Kyuhyun segera menerima panggilan saat tahu panggilan itu berasal dari pelayannya. “Apa?” Kyuhyun sedikit tersentak saat mendengar penuturan pelayan itu. “Aku akan kembali.” Kyuhyun memutuskan panggilan sebelum menutup laptopnya sembarangan. “Hyung aku pulang lebih dulu.” Kyuhyun mengucapkan kalimat itu setengah berlari keluar ruangan.

 

***

 

Setelah mengganti bajunya dengan gaun tidur Sungmin benar-benar tergeletak tak berdaya di atas kasur hingga beberapa jam kemudian berhasil memasuki alam mimpi. Ia terlihat sangat lelah dan wajahnya juga memucat. Mungkin tidur memang jalan satu-satunya agar Sungmin kembali segar.

Sungmin sebenarnya masih ingin memejamkan mata, waktu beberapa jam terakhir belum mampu membuatnya merasa terpuaskan namun entah kenapa mata Sungmin tak ingin diajak bekerja sama karena dengan perlahan ia mulai membuka mata tanpa merubah posisi tidur. Pemandangan luar kamar menyambut mata Sungmin. Sudah hampir gelap namun Sungmin masih bisa melihat bias cahaya matahari yang berwarna jingga di ujung langit sana.

Hingga beberapa detik kemudian Sungmin merasakan sesuatu menerpa tengkuknya. Sebenarnya Sungmin merasakan itu sejak membuka mata tadi namun baru sadar jika sesuatu yang menggelitik itu bukan sekedar angin lalu. Dengan cepat Sungmin menatap kebelakang dan mendapati wajah Kyuhyun dengan mata terpejam kini sangat dekat dengan wajahnya. Sungmin tercekat, sejak kapan pria tak tahu diri itu datang lalu tidur di belakangnya, malah Sungmin yakin benda berat yang melilit perutnya adalah tangan pria sial itu.

Sungmin ingin melepaskan diri namun entah kenapa hati kecilnya melarang hingga Sungmin hanya bisa mengalah seraya kembali menatap arah jendela. Beberapa saat kemudian Sungmin tak melakukan hal apapun hingga suara Kyuhyun terdengar.

“Sudah bangun?”

Pertanyaan itu jujur saja membuat Sungmin kembali menegang kaget namun ia tak mau menjawab pertanyaan Kyuhyun tadi.

“Tak kusangka kau hanya diam dalam pelukanku. Apa ini artinya kau benar-benar menyerah?” Kembali Kyuhyun bersuara dan kali ini Sungmin mendengus kasar seraya menyentak pelukan Kyuhyun hingga terlepas.

“Berpikir saja sesuka hatimu.” Jawabnya seraya bangkit, tanpa menoleh Sungmin segera keluar dari kamar. Ia tak tahu jika di belakangnya Kyuhyun menyungingkan senyum puas sebelum bergerak mengekori Sungmin.

Ternyata perempuan itu menghampiri dapur untuk mengambil botol mineral di lemari pendingin. Saat ia melihat pelayan wanita tadi ada di dekat kompor, mungkin tengah memasak makan malam membuat Sungmin urung meneguk air.

“Masih di sini? Sudah kukatakan…”

“Aku yang memintanya bertahan.” Kyuhyun memutuskan ucapan Sungmin.

“Apa?” Sungmin mengerutkan dahinya seraya menatap Kyuhyun. “Aku tak suka keramaian dan lebih baik kau ikut enyah dari rumah ini.” Sungmin berujar kasar sebelum membanting botol air mineralnya sembarangan.

“Kau lupa? Ini rumahku juga.” Kyuhyun berujar saat Sungmin melewatinya.

“Ah~” Sungmin menghentikan langkah dan beralih menatap Kyuhyun. Kini mereka berdiri berhadapan dengan mata yang bertemu pandang. “Aku lupa jika rumah ini dibeli dengan tabungan sial itu.” Ujar Sungmin lagi. “Tapi aku tak perlu orangmu. Aku tahu mereka sama jahatnya denganmu.” Sambung Sungmin.

“Mereka hanya pelayan biasa. Lagipula sudah cukup. Aku menggaji mereka untuk memasak karena tak ingin lagi menyantap masakanmu yang berkutat antara sup dan omelet saja.”

Sungmin tersentak kaget. Ia tak percaya Kyuhyun sekarang terang-terangan mengejek masakannya. Sungmin sadar ia hanyalah perempuan yang hanya tahu bagaimana menarik pelatuk pistol, panah maupun berkelahi. Memasak bukan keahliannya namun ia mau belajar dan Kyuhyun malah mengejek masakan yang ia buat dengan susah payah? Lelaki kurang ajar macam apa Kyuhyun itu?

Bukan hanya Sungmin, Kyuhyunpun tampaknya kaget setelah sadar apa yang barusan ia katakan, namun selanjutnya pria itu bersikap normal. “Lagipula jika tak ada pelayan-pelayan ini kita hanya berdua saja. Kau mau? Atau jangan katakan maksudmu kemari untuk menggodaku lagi, memohon padaku untuk memuaskanmu setiap malamnya.” Kyuhyun tersenyum sensual seolah tengah merayu Sungmin.

Sementara itu Sungmin mendengus lagi. “Setidaknya aku bisa membunuhmu jika hanya berdua saja.” Ujarnya datar sebelum berbalik lalu menaiki anak tangga.

“Coba saja.” Jawab Kyuhyun setengah berteriak saat melihat Sungmin terus saja melangkah.

“Tuan. Nyonya daritadi siang belum makan.” Pelayan itu memberitahu saat Sungmin benar-benar sudah menghilang.

Kyuhyun hanya mengangguk singkat namun tatapannya terus terarah ke depan, tepat dimana punggung Sungmin menghilang beberapa detik yang lalu. “Aku yang akan memaksanya makan.”

 

***

 

Sungmin duduk bersandar di kepala ranjang sembari menikmati tontonan layar televisi di depannya. Beruntung kamar itu memiliki segala yang diinginkan, bahkan untuk mengganjal perut Sungmin bisa mendapatkannya dari lemari kecil dekat ranjang. Lemari itu bagai keajaiban karena tempat Sungmin menabung makanan ringannya tanpa diketahui Kyuhyun.

Saat tengah menikmati tontonan tak lama Sungmin mendapati knop pintu kamar ditekan namun pintu itu tak kunjung terbuka. Jelas saja karena Sungmin sudah menguncinya dari dalam. Sungmin tersenyum menang, ia berhasil menyingkirkan pria itu dari kamar mengingat Sungmin tak ingin lagi tidur dengan Kyuhyun.

Sejak Sungmin memutuskan pulang ia sudah tahu Kyuhyun akan menyusulnya kemari namun tetap saja Sungmin malas berhubungan lagi dengan pria itu.

“Sungmin buka pintunya.”

Suara pria itu terdengar samar dari balik pintu namun Sungmin menulikan telinga. Penghalang besi di atas dan bawah pintu juga sudah Sungmin pasang hingga menggunakan kunci cadanganpun Kyuhyun tak akan bisa membukanya. Mendapati bagaimana pintarnya dia membuat Sungmin tertawa kecil sebelum membesarkan volume suara televisi hingga suara Kyuhyun benar-benar tak terdengar lagi. Selanjutnya Sungmin berbaring di dalam selimut, ia tetap menikmati tontonan hingga tiba saatnya nanti ia tertidur sendiri.

Sudah lama Sungmin tak menikmati kedamaian penuh santai begini. Sebenarnya ia bosan jika harus meninggalkan pekerjaan, namun mau bagaimana lagi? Sungmin harus membiasakan diri mulai sekarang.

Suara pintu balkon yang digeser kasar membuat fokus Sungmin buyar. Ia menatap sumber suara dan kaget saat Kyuhyun masuk dari sana. Mata Sungmin melebar hebat, apa-apaan pria itu? Kenapa gigih sekali ingin masuk ke kamar.

Kyuhyun menatapnya datar namun penuh ancaman saat mendekati ranjang sementara itu Sungmin berniat bangkit dari tidur. “Apa yang kau…” Sungmin terlambat saat tahu-tahu pria itu lebih dulu mengunci pergerakan mulutnya, bahkan dengan cekatan Kyuhyun memeluk tubuh Sungmin agar tak memberontak.

Bagai kesetanan pria itu tak membiarkan Sungmin lepas, terus menyandera bibirnya hingga Sungmin merasa sesak bukan main. Sungmin belum ingin mati, jadi saat ada kesempatan ia segera menggigit bibir Kyuhyun kuat saat kembali pria itu ingin menggerakkannya.

Kyuhyun berteriak tertahan saat merasakan bibir bawahnya terluka, Sungmin tak main-main ternyata. “Kenapa kau menggigit bibirku?” Kyuhyun kembali mendekatkan wajah mereka saat Sungmin susah payah menetralkan napas. “Ingin bermain kasar?” Tanya Kyuhyun dengan suara menggoda.

“Bodoh.” Sungmin mendorong dada Kyuhyun hingga pelukannya terlepas lalu ia beralih duduk di atas ranjang. Masih menetralkan napas Sungmin bisa melihat Kyuhyun tersenyum geli sebelum ikut duduk di atas kasur. Pria itu mengusap bibirnya dan noda darah itu terlihat.

“Kau terlalu bersemangat sweetheart.”

“Tutup mulutmu.” Sungmin segera menginterupsi. “Dengar. Aku hanya ingin mencari ketenangan di sini karena tak ada tempat lain yang harus kukunjungi…”

“Kau dipecat dari organisasimu?” Kyuhyun mendadak meninggikan suara dan menatap Sungmin lekat.

“Kenapa aku harus dipecat?” Sungmin menjawab kasar sebelum memalingkan wajahnya. “Menjauhlah dariku. Aku tak main-main mulai sekarang karena…”

“Kenapa aku harus menjauhimu jika nyatanya misiku harus mendekatimu.”

Sungmin membulatkan mata lalu kembali menatap Kyuhyun. “Apa?”

Kyuhyun mengangguk. “Ketua menyuruhku menggodamu agar kau jatuh cinta padaku, lalu kau tunduk di bawah kakiku selanjutnya kau akan mudah kuperintah sesuka hati.”

Sungmin membulatkan matanya mendengar penuturan Kyuhyun, lagi. Tak tahu benar atau tidak namun tak seharusnya Kyuhyun berujar seperti tadi.

“Kenapa? Apa kau sudah mulai jatuh cinta padaku?”

“Bermimpi saja.” Jawab Sungmin cepat. “Asal kau tahu. Ketuaku juga memberikan misi yang sama. Membuatmu tunduk hingga tak mampu melepaskanku sedetikpun.” Ujar Sungmin cepat.

“Oh~ menarik.” Kyuhyun menganggukkan kepalanya beberapa kali. “Lalu kenapa tidak kita coba saja? Aku penasaran setelah ini, kau atau aku yang tunduk lebih dulu.” Pria itu menatap Sungmin dengan senyum yang tak sampai menyentuh matanya. “Bukankah ini menarik?” Tanya Kyuhyun lagi.

Sungmin menatap Kyuhyun lekat dan dalam otaknya tengah memikirkan sesuatu. “Sangat menarik.” Bisik Sungmin namun Kyuhyun bisa mendengarnya. Pria itu tersenyum miring seolah benar-benar puas dengan jawaban Sungmin tadi.

.

~oOo~

.

T. B. C