KYUMIN \ FANFICTION | MEMORIES / GENDER SWITCH

Sungmin duduk di atas kursi tunggu dalam diam, sejak tadi sibuk membaca majalah yang ada dipangkuannya. Perempuan itu sepertinya benar-benar membaca, terlihat dari gerakan matanya menyapu bacaan pada majalah itu.

“Tak ada lagi berita yang bermutu.” Perempuan itu akhirnya membuka suara, kepalanya menggeleng beberapa kali seraya membalikkan lembar majalah itu. “Isinya hanya trend zaman sekarang. Miris sekali.” Komentar Sungmin lagi.

.

~oOo~

.

Memories

.

Presented by Melani KyuminElfSha

.

FanFiction

.

Genre :: Romance, Drama, Hurt.

.

Rate :: T

.

Warning :: GS, Tak sesuai EYD, OOC, Typo(s).

.

Disclaimer :: FanFict ini murni milik saya, walau cerita pasaran tetap mutlak milik saya jadi Jangan Salin Tanpa Izin.

.

~oOo~

.

 

Pandangan gadis itu berhenti pada salah satu objek foto di halaman berikutnya. “Tsk! Apa pakaian minim begini bisa dibilang trend? Tak becus sekali.” Cibirnya.

Mendadak dering ponsel Sungmin dari dalam tas terdengar, membuat omelan yang ingin ia keluarkan terpaksa ditahan. Sungmin merogoh isi dalam tas dan segera mengangkat panggilan.

“Iya.” Sapa Sungmin.

“Apa anda tak masuk kerja?” Suara di seberang sana terdengar.

“Tidak. Aku ada janji pagi ini, bahkan sampai nanti malam. Tolong kau alihkan semua jadwalku, apa bisa?” Tanya Sungmin.

“Baik. Saya akan usahakan. Semoga berhasil.” Ujar sosok itu.

Sungmin tersenyum. “Terima kasih doanya.” Ujar Sungmin, setelah itu menutup sambungan telepon secara sepihak.

Sungmin kembali memasukkan ponselnya kedalam tas dan menatap majalah yang sejak tadi masih berada dipangkuan.

“Berapa lama lagi aku harus menunggu?” Ujarnya seraya membalikkan halaman demi halaman.

Hampir setengah jam Sungmin duduk dan hampir setengah jam pula dirinya menyantap bacaan, habis lima majalah sejak tadi tetapi dirinya belum juga dipanggil.

“Apa yang harus ditunggu lagi, bahkan yang menunggu sejak tadi hanya aku disini.” Ujar Sungmin, sedikit kesal namun masih bisa ia tahan.

Belum selesai dirinya berkomentar, pintu yang ada di depannya terbuka, menampilkan pegawai cantik disana dengan dandanan rapi. “Nyonya Lee Sungmin.” Ujarnya seraya tersenyum.

Sungmin segera meletakkan majalah tepat disampingnya dan berdiri, tak lupa membawa tasnya. “Iya.” Jawab Sungmin.

Pegawai itu tersenyum ramah, sama seperti tadi. “Silahkan masuk.” Ujarnya.

Sungmin balas tersenyum dan mengangguk, segera berjalan dan masuk kedalam ruangan.

***

Lelaki paruh baya itu membaca lembar yang ada ditangannya cukup lama, membuat Sungmin sedikit bosan. Seharian ini dirinya penuh dengan aktivitas menunggu.

“Nyonya Lee Sungmin.” Lelaki paruh baya itu mulai meletakkan lembar yang sejak tadi ia baca diatas meja dan menatap Sungmin dengan serius.

“Iya.” Sungmin balas menatap lelaki paruh baya itu.

“Anda yakin?” Tanya lelaki itu.

Sungmin mengangguk. “Jika tak yakin, saya tak akan mengurus semua dalam tiga bulan terakhir ini.” Jawab Sungmin.

Lelaki paruh baya itu terdiam, tampak bergulat dalam pikirannya. “Saya tahu. Anda berusaha keras tiga bulan ini, tapi apa anda yakin?” Tanya lelaki itu lagi.

Sungmin mengangguk pasti. “Yakin. Keputusan saya sudah bulat. Saya yakin sepenuh hati mengambil jalan ini.” Jawab Sungmin.

Lelaki paruh baya itu tampak terdiam lagi. “Mau saya beri waktu beberapa minggu untuk meyakinkan keputusan anda?” Tanya lelaki paruh baya itu.

“Tidak. Jangan menunda lagi. Saya sudah cukup berusaha tiga bulan ini dan jika gagal akan membuat saya gila sendiri.” Jawab Sungmin.

“Tapi ini perceraian dan…”

“Karena ini perceraian makanya saya bersikeras.” Jawab Sungmin cepat, tak membiarkan lelaki paruh baya itu berkomentar lagi.

Lelaki paruh baya itu sekali lagi terdiam, cukup lama menatap Sungmin. “Anda sedang mengurus perceraian dan itu bukan langkah tepat. Brcerai juga bukan hal yang mudah.”

“Saya tahu. Ini bukan jalan yang mudah hingga membuat saya harus mengurusnya tiga bulan tanpa jeda.” Ujar Sungmin lagi.

“Benar. Tapi lebih baik anda memikirkan lagi, perceraian itu bukan jalan keluar, malah memperburuk keadaan.” Jawabnya.

“Tapi perceraian ini menyelesaikan masalah saya. Kami sudah sepakat untuk bercerai.” Ujar Sungmin lagi.

“Bahkan anda tak datang kemari dengan suami anda.” Lelaki paruh baya itu masih mengulur waktu, berharap Sungmin tak segera mengurus surat perceraiannya.

“Dia menyerahkan semua pada saya. Dan karena kami sudah sepakat untuk berpisah jadi tak masalah selama ini saya yang mengurus semua perpisahan itu sendiri.” Ujar Sungmin lagi.

“Perceraian bukan suatu jalan. Mungkin sekarang anda berkata itu yang terbaik, tapi suatu saat akan ada penyesalan yang menimpa anda berdua, makanya dari sekarang maafkan dan lupakan kesalahan. Mulai belajar lagi menata kehidupan dari awal itu tak buruk.” Saran lelaki paruh baya itu.

Sungmin terdiam, ia tampak berpikir beberaa saat. “Tak akan ada penyesalan. Malah jika kami belajar menata kehidupan dari awal maka akan menyakiti hati masing-masing.” Jawab Sungmin kemudian, kali ini dengan suara pelan namun dapat didengar pria paruh baya di depannya.

“Pikirkan semua kenangan yang sudah anda lewati dengan suami anda. Jika anda mengingat itu semua maka anda akan melupakan perceraian.” Kembali perkataan sarat akan saran itu terdengar.

Sungmin kembali menerawang, sorot matanya memancarkan kesedihan yang mendalam. “Cerita masa lalu hanya sebuah kenangan, tak harus diingat-ingat lagi. Semua tak akan berjalan seperti dulu sekalipun kami rujuk.” Jawab Sungmin.

Lelaki paruh baya itu terdiam untuk kesekian kalinya, benar-benar tak menyangka akan ucapan Sungmin yang cukup keras kepala.

***

Sungmin duduk di tepi ranjangnya dan menatap lembar yang tadi diberikan lelaki paruh baya itu, menatapnya lekat. Perlahan senyum puas tergambar di bibir Sungmin, melengkung indah dan ini pertama kalinya ia tersenyum tulus seperti ini sejak tiga bulan terakhir.

Di kertas itu terdapat dua kolom tanda tangan dan dirinya sudah lebih dulu menandatangani kolom miliknya.

“Tinggal menunggu tanda tangan dia dan selebihnya penderitaan ini akan berakhir.” Ujar Sungmin masih tersenyum. “Aku tak sabar menunggu hari kebebasanku tiba.” Ujarnya lagi.

Dengan perlahan Sungmin menyimpan kertas itu di dalam laci nakas miliknya dan mulai berjalan ke kamar mandi. Hari ini dirinya penuh dengan janji yang tak mungkin bisa dia tinggalkan begitu saja, janji bukan untuk pekerjaan tentunya melainkan janji pribadi. Hari ini dia bebas dari pekerjaan.

***

Sungmin menghentikan mobilnya tepat didepan bangunan megah dan berkelas yang mirip hotel bintang lima. Saat dirinya keluar dari mobil, petugas yang bekerja untuk memarkirkan mobil tamu segera mengambil alih mobil Sungmin.

Malam ini acara reuni sekolah mereka, reuni yang diadakan besar-besaran setelah lima tahun mereka tak bertemu, Sungmin yakin banyak perubahan yang terjadi pada teman-temannya dulu. Lima tahun tak bertemu membuat Sungmin begitu merindukan mereka.

Sungmin tersenyum menatap pintu besar bangunan yang sengaja mereka sewa untuk acara malam ini dan mulai berjalan anggun mendekati pintu, mendorongnya perlahan.

“Sungmin-ah!”

Baru saja dirinya masuk, panggilan heboh itu menyapa Sungmin.

Sungmin tersenyum dan melambaikan tangannya pada orang-orang yang duduk dimeja tepat di ujung ruangan, mulai berjalan setengah berlari menghampiri mereka.

“Astaga, kau tambah cantik saja.” Perempuan yang tadi memanggil Sungmin segera menjabat tangannya.

“Kau juga.” Sungmin membalas jabatan tangan itu seraya tersenyum hangat.

“Sudah. Kalian berdua duduklah, acaran melepas rindunya nanti saja.” Suara lelaki tepat didepan mereka -Siwon terdengar, membuat Sungmin dan perempuan tadi, Kibum tersenyum.

“Kau iri, ‘kan Won?” Kibum mengerling pada Siwon dan membuat lelaki itu tersenyum.

“Minum dulu. Kau pasti lelah.” Eunhyuk yang duduk di sampingnya mulai menuangkan air mineral itu pada Sungmin.

“Terima kasih.” Ujar Sungmin masih tersenyum sebelum menerima uluran gelas dari Eunhyuk.

“Membawa mobil sendiri dari rumah kesini itu melelahkan.” Donghae ikut berujar.

“Kalian ini terlalu mengkhawatirkan aku. Menyetir bukan hal yang melelakan. Tinggal duduk saja.”

“Berkonsentrasi juga.” Yesung ikut menimpali.

“Dan berkonsentrasi merupakan hal yang berat, menguras energi.” Ryeowook yang duduk disamping Yesung ikut berbicara.

Sungmin semakin tersenyum, sungguh merindukan saat-saat kebersamaan seperti ini dengan teman-temannya. Sudah lama sekali hal itu terjadi, wajar jika sekarang teman-temannya begitu cerewet dan peduli saat mereka bertemu.

“Kalian begitu mencemaskan aku, aku sangat terharu. Sungguh.” Ujar Sungmin sebelum meminum air mineral itu, seolah menghindari cibiran yang akan teman-temannya lontarkan nanti.

“Kau ini terlalu percaya diri.” Cibiran itu mulai terdengar, Eunhyuk memajukan bibirnya seolah kesal.

“Sejak menjadi C.E.O dia semakin menyebalkan.” Donghae menatap Sungmin yang sudah selesai dengan minumannya, menyeka sudut bibirnya seraya tersenyum.

“Jika C.E.O tak percaya diri maka perusahaannya akan hancur dalam sekejap.” Jawab Sungmin. “Lagipula aku sudah belajar cukup lama untuk berujar sombong didepan kalian seperti ini.” Sambungnya.

“Kau ini benar-benar.” Mereka hanya bisa menggelengkan kepalanya mendengar ucapan Sungmin.

“Kau ingin makan apa?” Kibum mengalihkan pembicaraan mereka dengan sangat ahli.

“Tidak perlu, aku belum lapar. Minum ini saja sudah cukup.” Jawab Sungmin.

“Bagus. Setidaknya kau sudah seperti perempuan berkelas sekarang.” Yesung berujar.

“Ya! Aku memang perempuan berkelas. Lihat saja dandananku sekarang, glamor namun sopan.” Sungmin berujar sungguh-sungguh, membuat mata teman-temannya mengarah padanya.

“Ya. Mirip dandanan ahjumma.” Jawab Siwon.

“Ya!” Sungmin berteriak tak terima.

“Ahjumma penjaga kedai kopi.” Jawab Ryeowook.

“Ya!!”

“Kedai kopi yang tak laku sampai penjaganya harus berdandan wah begini.” Sambung Yesung.

“Ya!! Aku marah sungguhan.” Sungmin berteriak lantang, mengerucutkan bibirnya kesal.

Namun bukan bujukan yang Sungmin dapat, malah tawaan renyah dari teman-temannya.

“Jangan merajuk begitu. Sudah mengenakan baju bagus begini, seorang C.E.O tapi masih saja suka mengerucutkan bibir.” Kibum mencubit sekilas pipi berisi Sungmin, makin membuat perempuan itu kesal.

“Aku dengar Kim Jungmo akan menghadiri reuni ini. Kau tahu?” Pertanyaan Eunhyuk membuat Sungmin terkesiap, menatap Eunhyuk lekat.

“Yang benar?” Tanya Sungmin.

“Benar. Malah aku dengar dia menyempatkan diri datang kesini ditengah jadwal sibuknya, menjalankan perusahaan ayahnya sama sepertimu.” Siwon yang menjawab.

Sungmin mengangguk sekilas. “Apa pekerjaan kalian?” Tanya Sungmin, menatap temannya bergantian.

“Aku meneruskan perusahaan keluarga.” Jawab Siwon.

“Aku bergabung dengan rumah produksi, bagian pelatihan vocal bersama Ryeowook.” Jawab Yesung.

“Kami dibagian tari.” Jawab Donghae.

“Oh~ kalian satu tempat kerja?” Tanya Sungmin kaget.

Eunhyuk mengangguk. “Setiap hari kami bertemu dan melatih artis baru, melelahkan sekali.” Ujar Eunhyuk.

“Tapi menyenangkan.” Sambung Ryeowook.

“Kalau aku…”

“Aku sudah tahu, tak harus kau beritahu wajahmu selalu menghiasi layar televisiku.” Ujar Sungmin cepat, memutuskan penjelasan Kibum.

Kibum tersenyum. “Kau ini. Biarkan aku memberitahumu secara langsung.” Ujar Kibum.

“Tak perlu, tak perlu. Wajahmu yang selalu memenuhi layar televisiku memberitahu semua.” Jawab Sungmin lagi membuat Kibum dan yang lain tersenyum.

“Kau tak cemburu?” Sungmin menatap siwon dan sontak senyuman Siwon terhenti.

“Kenapa dia harus cemburu?” Kibum yang buka suara.

“Tentu saja. Kau mencium semua lawan mainmu dan aku sudah bisa menebak bagaimana terbakarnya hati Siwon.” Jawab Sungmin.

“Ya! Tak semua lawan main. Kau pikir aku apa?” Tanya Kibum.

“Yang jelas kau mencium lawan mainmu.” Sungmin mengangkat kedua bahunya. “Won-ah, bagaimana kau menghukum gadis nakal ini?” Sungmin kembali bertanya.

“Aku mengurungnya seharian di apartemenku.” Jawab Siwon tanpa sadar, membuat hening meja mereka untuk beberapa saat.

“Apa?” Teriakan itu disusul beberapa saat kemudian, disuarakan hampir bersamaan seraya mata mereka menatap Siwon dan Kibum bergantian.

Kibum tersenyum salah tingkah. “Jangan dengarkan dia.” Jawab Kibum seraya menahan gugup.

“Ah~ iya. Aku hanya ingin membuat kalian terkejut saja.” Ujar Siwon saat menyadari kecerobohan ucapannya.

“Hm…” Sungmin mengangguk tapi tatapan matanya menggoda Kibum dan Siwon.

“Kami sering menggoda mereka, kau lagi sekarang Min.” Ujar Yesung menyemangati.

“Siap. Goda-menggoda aku paling suka.” Jawab Sungmin.

“Kau ini.” Kibum hanya bisa pasrah. “Ngomong-ngomong masalah menggoda, apa lelaki kuno itu akan datang?” Kibum teringat dan segera bertanya.

Siwon menggeleng. “Entahlah. Sampai sekarang aku tak berhasil menemukannya.”

“Aku juga.” Jawab Yesung.

“Aku apa lagi. Lelaki itu hilang bagai ditelan bumi.” Donghae ikut berujar.

“Siapa?” Sungmin bertanya seraya meminum lagi air mineralnya.

“Lelaki kuno itu Min, yang dulu sering jadi bahan taruhan dan akhirnya kau goda sampai kita lulus.” Jawab Eunhyuk.

“Uhuk!” Sungmin terbatuk, hampir menyemburkan air yang ia minum tetapi untung segera ditahannya.

“Benar. Sejak kelulusan dia tak pernah terlihat, terakhir dia membacakan pidato perpisahan mewakili kita.” Ujar Ryeowook.

“Dan sekarang dia tak bisa ditemukan dimanapun, bagaimana mau mengundangnya datang kesini.” Jawab Yesung.

Sungmin diam, memainkan bibir gelas miliknya dan membiarkan mereka berbicara tanpa mau ikut membuka suara.

Lelaki kuno itu…

“Jungmo-yah!”

Panggilan Ryeowook membuyarkan lamunan Sungmin, membuat mereka semua menatap arah pandangan Ryeowook.

Pemuda yang dipanggil Jungmo tadi segera melambai, tersenyum pada mereka seraya mendekat.

“Kalian sudah datang?” Ujarnya, duduk dikursi Eunhyuk karena gadis itu mengalah, beralih duduk di sebelah Donghae. Jadilah Jungmo duduk berdampingan dengan Sungmin.

Sungmin kembali memainkan bibir gelasnya dalam diam, entah mengapa suasana hatinya mendadak aneh.

“Kau semakin tampan saja memakai dasi itu.” Puji Siwon.

“Kau juga. Sungguh C.E.O yang sangat diidamkan perempuan.” Balas Jungmo.

“Kami bagaimana?” Tanya Donghae, tak mau kalah tentunya.

Jungmo tersenyum dan memandang bergantian teman-temannya. “Kalian juga sangat memukau, tak kalah dengan Siwon.” Ujar Jungmo, membuat mereka tersenyum. “Terlebih C.E.O muda kita, Lee Sungmin.” Jungmo menyambung ucapannya seraya menatap Sungmin.

Sungmin tersentak, lalu balas menatap Jungmo. “Terima kasih. Kau juga begitu.” Jawab Sungmin, lalu memutuskan kontak matanya dengan Jungmo.

“Apa yang kalian bicarakan tadi?” Tanya Jungmo mengalihkan topik pembicaraan, ia tahu Sungmin tengah salah tingkah sekarang.

“Hm… membicarakan lelaki kuno dari kelas kita.” Jawab Ryeowook.

“Ah~ dia sudah datang?” Jungmo mengedarkan pandangan pada meja-meja disekeliling mereka, meneliti satu per satu teman-teman satu angkatannya.

“Jangan dilihat lagi, dia tak aka nada diantara mereka.” Jawab Eunhyuk.

“Kenapa?” Jungmo mengerutkan dahi.

“Kami tak berhasil menemukannya, dia menghilang begitu saja.” Jawab Yesung.

“Benarkah?” Jungmo kembali mengerutkan dahi.

“Iya. Kami sudah berusaha menemukannya tetapi tak berhasil.” Jawab Donghae.

Jungmo terdiam, sedikit menerawang. “Tiga bulan lalu aku bertemu dengannya secara tak sengaja.” Jawab Jungmo.

“Benarkah?” Kibum segera bertanya dengan suara antusias.

Jungmo mengangguk. “Dia sedang bekerja di sebuah proyek pembangunan jembatan, menjadi kuli bangunan mungkin.” Ujar Jungmo lagi.

“Apa? Kuli?” Tanya Ryeowook tak percaya.

Jungmo kembali mengangguk. “Tak salah lagi, dia menjadi kuli saat itu. Tapi aku tak berhasil menyapanya.” Jawab Jungmo lagi.

“Ah~ sayang sekali.” Eunhyuk berujar lemas.

“Padahal aku berharap bisa menemuinya disini.” Ujar Kibum.

“Kenapa?” Tanya Siwon.

“Tak ada.” Kibum tersenyum. “Hanya ingin meminta maaf karena selama ini sudah berpikir jahat tentangnya.” Sambung Kibum.

Mereka semua terdiam, membenarkan ucapan Kibum dalam hati.

Sementara itu, Sungmin yang sejak tadi diam mulai mengepalkan tangannya kuat, hatinya seperti tengah tersiksa.

“Itu…”

Ucapan Sungmin terputus saat mendengar dering ponselnya berbunyi, satu pesan masuk, dengan cepat Sungmin mengambil ponselnya dan membaca pesan itu.

 

| Dari: Jungmo

Kau yakin? |

 

Sungmin kaget, Jungmo yang duduk disampingnya mengirimi pesan. Lelaki itu benar-benar keras kepala.

 

| Kepada: Jungmo

Aku yakin. | Sungmin segera membalas walau singkat.

 

| Dari: Jungmo

Mohon pikirkan lagi. Perceraian bukan sebuah jalan. |

 

| Kepada: Jungmo

Maaf, aku tak bisa. Dan mohon jangan buka rahasia ini pada mereka, biarkan mereka tak mengetahui masalah ini hingga akhir. | Balas Sungmin.

Jungmo menghela napas saat membaca pesan itu dan mengalah, tak lagi membalas pesan Sungmin.

“Sebenarnya yang harus minta maaf itu Sungmin. Dia yang sudah menggodanya dengan sangat keterlaluan.” Ucapan Kibum terdengar.

“Hah! Kenapa aku? Kalian yang memulai.” Protes Sungmin.

“Tapi kau tak menolak saat itu.” Cibir Eunhyuk.

“Menyanggupi taruhan dengan lapang dada, itu lebih kejam Min.” Donghae ikut berujar.

“Kalian akan mengatakan aku pengecut jika aku tak menyanggupinya. Kalian yang lebih kejam.” Balas Sungmin.

“Mengingat masalah dulu membuat kenangan itu kembali terukir, aku ingin merasakan lagi masa dimana kita semua masih bersama.” Jungmo berujar, membuat meja mereka kembali hening.

“Benar. Aku menyukai kenangan yang pernah kita ukir dulu, bersama lelaki kuno itu tentunya.” Jawab Kibum.

Sungmin terdiam, membenarkan ucapan Kibum. Bagaimanapun dia masih mengingat dengan jelas kenangan itu, kenangan mereka bersama sampai dirinya mengenal lelaki itu, lelaki kuno yang pendiam, yang selalu menjauhi keramaian, lelaki yang… mencuri hati Sungmin.

“Sudah jangan mengingat masa menyedihkan itu. Kudengar teman seangkatan kita banyak yang menikah, bahkan sampai becerai. Bagaimana dengan kalian? Apa ada yang sudah menikah diam-diam tanpa mengundang kami?”

Mendadak Jungmo kembali buka suara yang kali ini menyentakkan Sungmin. Gadis itu menatap Jungmo dengan tatapan tajam seolah ingin membunuhnya. Apa Jungmo berniat membuka rahasia mereka di depan teman-teman? Jika iya maka Sungmin tak akan segan-segan membunuhnya.

“Kurasa tak ada. Seperti yang kau lihat kami masih betah bekerja dan menjalin hubungan seperti ini.” Jawab Donghae.

“Benar. Jikapun kami ingin menikah maka orang pertama yang kami beritahu adalah kalian.” Yesung angkat bicara

“Menikah adalah perkara penting dan kabar gembira, jadi kenapa kami harus ditutupi? Jika kami menikah nanti kalian akan kami undang dengan undangan mewah.” Ujar Siwon.

“Lagipula kau mengemukakan pertanyaan aneh. Tak mungkin kami menikah tanpa mengundang kalian. Atau jangan-jangan kau yang seperti itu, Jungmo-yah.” Kibum memicingkan mata, menatap Jungmo dengan pandangan ingin tahu.

“Bisa jadi. Jangan-jangan kau dan Sungmin sudah menikah diam-diam di belakang kami.” Kali ini Eunhyuk yang menatap tajam ke arah Jungmo serta Sungmin yang sejak tadi diam, memandang gelas di depannya.

“Benar. Yang tak ada kabarnya diantara kita hanya Sungmin dan Jungmo. Bisa saja mereka sudah melangsungkan pernikahan.” Kali ini Ryeowook yang angkat bicara hingga membuat Sungmin menghela napas.

“Apa pria kuno itu juga sudah menikah?” Mendadak pertanyaan Kibum menyentakkan mereka.

“Benar juga. Pria kuno itu bukannya tipe-tipe pria yang ingin cepat menikah. Dari wajahnya saja sudah mencerminkan sosok suami setia.” Timpal Ryeowook.

Sungmin kembali terdiam sementara temannya kembali membicarakan pria kuno dari kelas mereka dulu. Pria itu… entah mengapa membuat hati Sungmin kembali merasa aneh.

***

Lima tahun lalu mereka masih menyandang gelar siswa, bermain sepuasnya dan tak pernah menuruti ucapan guru bahkan orang tua. Mereka anak yang pintar, tetapi sifat nakal mereka yang membuat mereka terlempar sampai menduduki kelas diurutan terakhir, F. kelas yang paling anti dimasuki siswa lain.

Dan saat itu, pelajaran ketiga hampir berlangsung, waktu istirahat sebentar lagi selesai. Mereka berdelapan menghabiskan waktu jika tidak di kantin maka di dalam kelas, bermain kartu sampai ada yang mengaku kalah. Dan yang kalah harus mau menuruti perintah sang pemenang.

Semua sudah dan terkena hukuman kecuali Sungmin. Gadis itu entah kenapa tak pernah kalah, membuat yang lain begitu berambisi untuk menjatuhkannya.

“Bagaimanapun caranya, Sungmin harus kalah hari ini.” Eunhyuk berujar geram, sungguh begitu ingin menjatuhkan Sungmin.

Sungmin tersenyum. “Coba saja sayang.” Ujar Sungmin santai.

“Baik. Kita lihat saja.” Eunhyuk tersenyum licik, merencanakan sesuatu dalam otaknya. Dan sepertinya Sungmin tak tahu rencana itu, salahkan saja otak polosnya yang tak menaruh curiga sama sekali.

Siwon menang pertama kali, disusul Jungmo, lalu Ryeowook, Donghae, Kibum dan terakhir Yesung, menyisakan Sungmin dan Eunhyuk untuk berduel langsung.

“Pertarungan terakhir.” Ujar Eunhyuk.

“Aku tahu.” Balas Sungmin seraya tersenyum.

“Aku akan menjatuhkanmu nona.” Geram Eunhyuk.

“Aku tak mengerti ucapanmu, lawan saja aku.” Ujar Sungmin sombong.

Eunhyuk tersenyum licik dan mulai membalas kartu yang Sungmin keluarkan.

Bel masuk berbunyi, tapi Sungmin dan Eunhyuk masih saja bermain, tak menghiraukan sekitar.

“Kalah kau!” Eunhyuk membanting kartu terakhir yang dia punya, membuat Sungmin kalah telak. “Akhirnya!” Eunhyuk tersenyum licik, lagi.

Sungmin mengangkat bahu. “Baru pertama kali. Tak masalah.” Jawab Sungmin.

“Terima hukumanmu.” Sambung Eunhyuk berapi-api.

“Tak takut.” Jawab Sungmin.

Eunhyuk menatap Sungmin lekat. “Biarkan aku yang memberikannya hukuman.” Ujar Eunhyuk.

“Silahkan.” Jawab Sungmin.

Eunhyuk menatap sekitar, sedikit kaget saat tahu teman sekelas mereka sudah duduk dengan tenang di kursi masing-masing. Ide itu segera menyapa Eunhyuk, membuat gadis itu tersenyum. “Ini dia.” Eunhyuk kembali menatap Sungmin.

“Apa?” Tantang Sungmin.

“Menyatakan cinta pada orang yang masuk ke kelas kita setelah ini.”

“Apa?” Mata Sungmin membulat. “Kau gila? Jika guru Im yang masuk bagaimana?” Tanya Sungmin yang mulai panik.

Eunhyuk mengendikkan bahunya. “Aku tak mau tahu. Satu hal lagi, kau harus menyeret orang itu ke lapangan dan menyatakan cinta disana.” Ujarnya dan mulai duduk di kursi.

“Semangat Min.” Siwon menepuk bahu Sungmin dan kembali ke kursinya.

“Berdoa saja bukan guru Im.” Kibum ikut menepuk bahu Sungmin sebelum duduk.

“Tapi aku lebih senang jika orang itu adalah guru Im.” Ujar Donghae sedikit terkekeh.

“Ya!” Sungmin menatap Donghae tajam, membuat Donghae makin terkekeh seraya duduk di kursinya.

“Sesekali menyatakan cinta pada guru.” Goda Ryeowook, segera menghindar sebelum Sungmin memukul kepalanya.

“Jangan ikut-ikutan mereka.” Sungmin menatap Yesung tajam.

“Aku tidak.” Jawab Yesung, segera duduk di kursinya.

“Aish!” Sungmin berujar kesal, duduk dengan benar di kursinya seraya mata menatap arah pintu, berdoa dalam hati agar bukan guru Im yang masuk pertama kali.

Perlahan derap langkah kaki terdengar di ujung koridor, membuat Sungmin gugup bukan main.

“Oh~ guru Song.” Mata Kibum membulat saat melihat sosok itu.

“Untung hanya lewat.” Sungmin menghela napas lega, bisa sangat aneh jika dia menyatakan cinta pada guru perempuannya.

Derap langkah itu kembali terdengar, kegugupan kembali mendera Sungmin. Guru Im terlihat dan Sungmin makin lemas di kursinya.

“Habis sudah.” Bisik Sungmin.

“Guru.”

Saat guru Im ingin masuk seorang siswa memanggilnya dan menggagalkan langkah guru Im untuk masuk ke kelas.

“Iya.” Guru Im membalikkan tubuh dan menatap siswanya.

“Ini masalah olimpiade itu guru. Kami…”

Sungmin bernapas lega, siswa dari kelas lain yang menghentikan langkah guru Im itu sangat menolongnya, Sungmin sangat berterima kasih dan akan Sungmin ingat wajah lelaki itu, mentraktirnya makan nanti.

“Terselamatkan ya.” Ejek Eunhyuk, Sungmin hanya mencibir tanpa mau menatap kebelakang. Bertepatan dengan itu, sosok lelaki masuk dan segera duduk di kursi deretan paling depan.

“Astaga!” Kekagetan itu segera menyelimuti mereka.

“Ya Tuhan. Kenapa harus lelaki itu?” Bisik Sungmin tanpa sadar.

“Mengerikan sekali jika berurusan dengan Cho Kyuhyun. Lebih baik guru Im yang masuk lebih dulu.” Siwon segera berujar.

Sungmin membenarkan ucapan Siwon dan nyaris menangis. Lebih baik guru Im daripada pria yang menurut Sungmin benar-benar membosankan, terlebih pria itu sulit didekati. Sungmin tak mengenal Cho Kyuhyun, yang ia tahu pria itu memiliki aura bagai neraka.

“Selamat bersenang-senang sayang. Kau harus bisa menyeret Cho Kyuhyun ke tengah lapangan dan menyatakan cintamu.” Ujar Eunhyuk memberi semangat namun terdengar bagai ejekan di telinga Sungmin.

“Berharap saja kau tak dipermalukannya Min.” Timpal Kibum yang semakin membuat Sungmin sulit.

“Aish!”

***

“Bagaimana kita ke bioskop saja?” Eunhyuk bergelayut manja di lengan Donghae saat mereka menyusuri koridor sekolah, kelas sudah berakhir dan mereka tak mau melewatkan kebersamaan begitu saja.

“Boleh juga. Aku juga malas di rumah sendiri.” Jawab Donghae.

“Kalian bagaimana?” eunhyuk menatap kebelakang, meminta jawaban dua pasangan itu ditambah Sungmin.

“Boleh.” Ryeowook mengangguk.

“Dan aku sebagai anti nyamuk di antara kalian. Maaf sekali aku tak tertarik.” Sungmin menjawab kesal.

“Siapa suruh membiarkan Jungmo pulang duluan tadi.” Siwon berujar.

“Aish! Aku tetap tak mau ikut kalian, langsung pulang saja.” Sungmin segera melewati tiga pasangan itu dan berjalan mendahului mereka.

“Ya~ kami hanya bercanda, kembali kau.” Teriak kibum.

“Terserah kalian.” Sungmin balas berteriak tanpa mau menatap teman-temannya.

“Merajuk lagi.” Eunhyuk menggelengkan kepalanya melihat punggung Sungmin yang semakin menjauh.

***

“Berhenti disini paman.” Sungmin berujar pada sopir pribadinya.

“Ada apa nona?” Sopir itu tampak bingung namun menuruti permintaan Sungmin.

“Aku haus, ingin minum air dingin. Tunggu ya.” Sungmin melepaskan sabuk pengamannya dan segera keluar, masuk ke mini market di seberang jalan.

“Bagaimana bisa mereka melupakan aku begitu saja? Bahkan mereka tahu aku tak akan bisa berpacaran dengan Jungmo.” Ujar Sungmin saat membuka lemari pendingin, mengambil sebotol air mineral dari sana.

“Benar-benar teman yang tak peka.” Ujar Sungmin, berjalan menuju kasir dengan mulut komat-kamit.

“Hanya ini?” Tanya penjaga kasir pada Sungmin.

“Iya.” Sungmin tersenyum dan segera mengeluarkan uangnya.

“Ini. Terima kasih.” Ujar pelayan itu.

“Iya.” Sungmin kembali tersenyum sebelum melangkah, tak lupa membawa botol air mineralnya. “Ya Tuhan. Ini sungguh melelahkan.” Sungmin segera meminum air mineral itu tanpa menunggu dirinya sampai di mobil.

“Eh?” Sungmin segera memicingkan mata saat melihat sosok yang baru sajamelewatinya. “Cho Kyuhyun?” Tanya Sungmin. “Benar. Itu target utamaku. Mungkin ini cara agar aku bisa membujuknya untuk bekerja sama.” Ujarnya, tanpa pikir panjang segera mengejar langkah Kyuhyun.

 ***

 “Hei.” Entah mendapat keberanian dari mana Sungmin memperkeras suara dan membuat langkah lelaki itu terhenti, beralih membalikkan tubuh dan menatapnya.

Sungmin tersenyum, dengan perlahan mendekati sosok yang tampak bingung itu dengan napas sedikit memburu karena habis berlari.

“Cho Kyuhyun?” Tanya Sungmin, masih sibuk menormalkan deru napas dan detak jantungnya.

Sosok itu mengerutkan dahi, tak ingin menjawab dan malah beberapa detik kemudian membalikkan tubuh, berjalan menjauhi Sungmin.

“Ya! Aku berbicara denganmu.” Ujar Sungmin cepat, tak ingin tertinggal lagi langkah sosok itu.

“Aku tak ingin berbicara dengan orang asing.” Jawab Kyuhyun tanpa menghentikan langkah.

“Oh~ suaramu indah juga.” Sungmin sedikit tersenyum, membuat Kyuhyun kembali membalikkan tubuhuntuk sekedar menatap Sungmin tajam.

Sungmin menghentikan senyumannya dan berdiri dengan benar. “Aku bukan orang asing, aku teman sekelasmu.” Ujar Sungmin seraya menahan gugup. Entah kenapa ditatap tajam oleh pria di depannya membuat Sungmin salah tingkah.

“Teman sekelasku?” Tanya Kyuhyun, mengerutkan dahi dan segera menatap Sungmin dari kaki sampai wajah gadis itu. “Mau menipu ya?” Ujar Kyuhyun. “Aku tak ada waktu untuk bermain dengan anak Sekolah Dasar sepertimu. Pulanglah.” Kyuhyun kembali ingin membalikkan tubuh.

“Aku teman sekelasmu, bodoh!” Interupsi Sungmin. “Kau tak kenal aku?” Sungmin kembali bertanya saat Kyuhyun menatapnya. “Bahkan aku sangat terkenal di sekolah.” Sambung Sungmin.

“Aku tak mengenalmu, dan sebaiknya kau jangan sok kenal denganku.” Ujar Kyuhyun, kali ini benar-benar membalikkan tubuh, berjalan menjauhi Sungmin. Tanpa gadis itu sadari ternyata Kyuhyun tersenyum miring, memperlihatkan senyuman khasnya yang selama ini ia tutupi dari orang-orang.

‘Perangkap~’ Bisik Kyuhyun, masih menyungingkan senyuman miringnya.

Sungmin mengepalkan tangannya kuat, sungguh kesal dengan ucapan lelaki itu. “Sombong sekali kau.” Ujar Sungmin, nyaris berteriak kala melihat punggung Kyuhyun menghilang di persimpangan gang.

“Lihat saja.” Sungmin masih saja menatap jalan yang dilalui Kyuhyun tadi walau sosok itu sudah menghilang. “Kau akan memohon bahkan merangkak hanya untuk sekedar berbicara denganku nanti.” Tekad Sungmin sungguh-sungguh.

.

~oOo~

.

 

Fanfict baru, semoga masih ada yang mau baca ya.

Karena saya menyempatkan post di saat sibuk begini jadi saya harap teman-teman juga menyempatkan komen setelah baca, hitung-hitung sebagai penyemangat saya mengetik lanjutan cerita jika fanfict ini memang layak untuk dilanjutkan.