FF \ KYUMIN | MIDNIGHT | CHAPTER 3 / GENDER SWITCH

Dengan kekasih pertamanya Sungmin sudah menjalani hubungan selama dua tahun. Dalam kurun waktu dua tahun pria itu tak pernah sekalipun menunjukkan gelagat buruk. Ia terlalu sabar saat Sungmin berlaku egois, merengek bahkan tak mengikuti kemauannya.

~~o~oo~oOo~oo~o~~

Melani KyuMinElfsha

MidNight

Romance, mystery, Drama & Hurt (T)

Three : Plan And Risk

~~o~oo~oOo~oo~o~~

Pria itu terlalu baik untuk ukuran manusia, Sungmin sempat mengira jika Tuhan mengirimkan Malaikat untuk pendamping hidupnya namun semua anggapan itu sirna seketika kala kekasihnya pergi tanpa pemberitahuan saat tahu matanya bermasalah.

“Kau benar-benar ingin menikahiku?”

“Hm. Tak ada yang bisa menghentikan niatku. Hujan, petir, gempa bumi, angin topan, kiamat bahkan Tuhan sekalipun tak bisa menghentikannya.”

Sungmin mendengus pelan saat mengingat ucapan pria itu. Dia bilang Tuhan sekalipun tak akan bisa menghentikan niatnya namun hanya karena mata Sungmin bermasalah pria itu sudah mundur dengan sangat cepat.

Intinya tak akan ada yang mau dengan orang cacat, itu saja. Bahkan saat Kyuhyun datang menawarkan tanggung jawab Sungmin jelas saja curiga. Namun semakin hari ia menganggap Kyuhyun pengganti malaikatnya yang hilang. Pria itu bagai malaikat penolong, pelindung bahkan penyelamatnya di kala terpuruk.

Namun semua anggapan Sungmin kembali sirna saat mendengar obrolan para pelayan itu. Kyuhyun tak pernah pulang sejak mereka menikah, jadi siapa yang datang ke kamarnya?

Sungmin jelas sudah ditipu habis-habisan. Sebagian orang memanfaatkan kebutaannya untuk kepentingan sebelah pihak, untuk kepuasan sosok asing yang bahkan Sungmin tak tahu siapa dia.

Mendadak Sungmin kembali merasa hina. Ia jijik dengan tubuhnya sendiri. Selama tiga bulan ini ia sudah menjelma bagai jalang yang mau saja disentuh pria asing.

Apa suaminya dan pria itu bekerja sama?

Jika iya berarti Kyuhyun tak lebih dari iblis jahanam yang tega menghancurkan hidupnya.

Sepuluh menit berlalu, dua puluh, tiga puluh lalu satu jam lebih namun Sungmin masih tenggelam dalam lamunan tanpa mau melakukan apapun. Pelayan Kang yang sejak tadi ada di sampingnya dan terus memantau hanya bisa menghela napas berat.

“Saya akan menghangatkan lagi makanannya nyonya…”

“Tidak perlu.” Sungmin segera tersadar lalu meraba meja kecil di depannya untuk mulai menyantap sarapan pagi yang sudah terlambat.

“Tapi makanannya sudah dingin nyonya.”

Kalimat itu tak mampu menghentikan Sungmin karena ia sudah makan dengan lahap. Pelayan Kang kembali menghela napas berat lalu mengamati Sungmin sebentar. “Apa ada sesuatu yang terjadi pada nyonya?” Tanya perempuan itu hati-hati.

Sungmin menggeleng cepat. “Terjadi apa?” Tanya Sungmin dengan mulut penuh, menatap kosong ke satu arah seraya menajamkan pendengaran.

“Nyonya terlihat… berbeda. Seperti tengah terpuruk.”

Sungmin tersenyum simpul, namun kesedihan ada di balik senyumannya. Pelayan Kang ini apa bagian dari rencana orang asing itu juga? Jika memang begitu Sungmin harus waspada. Ia sudah kecolongan satu kali jadi jangan sampai masuk perangkap untuk kedua kali.

Dia bukan keledai dungu!

“Kau terlalu mencemaskanku. Aku baik-baik saja. Hanya kurang tidur.” Jawab Sungmin seperlunya.

Pelayan Kang diam tak banyak bicara, ia terus memantau Sungmin.

“Setelah ini kau boleh keluar. Aku ingin tidur panjang.” Ujar Sungmin seraya meminum air mineralnya.

Pelayan Kang menunduk sekilas. ”Baik nyonya.”

Saat Sungmin sudah selesai pelayan Kang segera mengemasi sisa mangkuk dan piring di atas meja kecil itu lalu membawanya ke luar kamar. Ia menutup hati-hati pintu itu agar Sungmin tak terganggu. Setelah tertutup sempurna pelayan itu merogoh saku seragam pelayannya lalu menghubungi seseorang.

“Target sudah memakan sarapan juga obatnya. Bersiap tidur.” Setelah mendengar jawaban di seberang telepon pelayan Kang memutuskan panggilan. Ia perlahan meninggalkan kamar Sungmin dengan masih membawa meja keci, sementara di balik pintu kamar, Sungmin menutup mulutnya dengan sebelah tangan.

Kali ini ia tak salah dengar. Pelayan Kang sendiri yang ceroboh dengan menghubungi seseorang di depan kamarnya. Dan pelayan Kang tadi mengatakan dirinya target? Dan obat. Benar! Kenapa Sungmin bodoh sekali hingga tak mencurigai obat yang pelayan Kang bilang adalah Vitamin itu.

Apa ini rencana Kyuhyun untuk menyingkirkannya juga? Kyuhyun orang besar dan terpandang, menabrak orang merupakan skandal utama jadi pria itu bersandiwara untuk menikahinya sebagai pertanggung jawaban, dan karena merasa risih Kyuhyun mengutus orang lain untuk menodainya. Lalu dengan begitu suatu saat nanti Kyuhyun bisa menuntutnya berselingkuh dengan bukti-bukt yang ada, atau bahkan pria itu ingin membunuhnya secara perlahan menggunakan obat yang selalu pelayan Kang beri. Dengan begitu kematiannya akan terlihat wajar di mata masyarakat hingga Kyuhyun kembali mendapatkan nama baik.

Itu adalah tebakan awal Sungmin. Memang mengarang bebas namun ia yakin salah satu anggapannya ada yang benar. Iblis sekelas Kyuhyun mampu menjebaknya hingga sekeji ini.

Sungmin melepaskan bungkaman tangannya lalu berjalan pelan menuju ranjang. Ia terduduk di tepinya lalu kembali terdiam. Air mata mengalir dari sudut mata, dalam hati Sungmin terus bertanya mengapa kejadian kejam ini menimpanya lagi dan lagi. Tak cukupkah dengan matanya yang buta? Sekarang Tuhan mengujinya dengan mengirimkan iblis sekelas Kyuhyun.

Sungmin tak tahu akan bertahan hingga akhir atau tidak.

***

Sungmin terbangun tengah malam saat mendengar dentang jam di bawah sana. Sama seperti malam sebelumnya, dentang jam itu mampu membuat Sungmin merasa ketakutan, suara dentangnya seolah menghisap raga Sungmin hingga habis. Bedanya kemarin ada kedatangan Kyuhyun yang membuatnya tenang, namun sekarang tidak lagi. Suara jam itu seolah memeringatkannya jika Kyuhyun palsu akan datang, dan itu membuat ia cemas.

Saat Sungmin sibuk dengan pikirannya, kembali sisi kasur di belakang peremuan itu mendapat beban berat sebelum sebuah pelukan hangat memenjara perut Sungmin. Perempuan itu sontak memejamkan mata lebih rapat. Kali ini ia tak mau dibodohi, ia harus berpura-pura tidur jika tak ingin pria asing itu menyentuhnya lagi.

Sudah cukup omong kosong ini Sungmin! Sekarang kau harus bangkit dan menyuarakan penolakanmu walau sepertinya mustahil.

“Sudah tidur?”

Suara berat itu mengalun indah dipendengarannya namun sekarang Sungmin tidak akan terpedaya lagi karena ia yakin suara itu hanya sandiwara, ejekan untuknya dan tentu saja hanya suara jebakan saja.

“Sepertinya kau sangat lelah. Tidur yang nyenyak istriku.”

Sungmin ingin muntah mendengarnya. Istri? Istri kepalamu! Ia ingin sekali menyuarakan makian itu namun untuk sekarang Sungmin harus diam dan juga tenang agar rencana yang ia susun bisa berjalan mulus. Hingga kecupan di puncak kepalanya Sungmin rasakan. Ia masih diam walau dalam hati benar-benar jijik mendapati semua sentuhan pria itu.

***

Sungmin mendapati dirinya sendiri lagi di atas ranjang pagi ini. Ia mendengus, mengejek dirinya yang masih saja mau terkurung dalam rencana busuk orang-orang asing di rumah layaknya neraka.

Ia masih memunggungi arah pintu masuk saat pelayan Kang masuk. Sungmin buru-buru memejamkan mata hingga pelayan itu menghentikan langkah di ujung ranjang.

“Nyonya?” Pelayan Kang tampaknya heran melihat Sungmin yang masih tidur, ini berbeda dari pagi-pagi sebelumnya karena Sungmin terbiasa bangun pagi. “Nyonya.” Pelayan Kang kembali memanggil, bermaksud membangunkan Sungmin namun perempuan itu bergeming.

Pelayan Kang mengalah, lebih memilih masuk kekamar mandi dan meninggalkan Sungmin yang masih setia berbaring menyamping.

Dalam mata terpejamnya Sungmin berpikir keras, memikirkan rencana bagus untuk lepas dari semua sandiwara ini. Target Sungmin dua minggu dari sekarang ia sudah keluar dari rumah Kyuhyun, atau lebih cepat dari dua minggu itu lebih baik. Karena terbatasnya penglihatan Sungmin harus bermain pelan dan hati-hati. Ia harus membuat keadaan senormal mungkin agar tak ada yang curiga, dan rencana yang rapi seperti itu harus Sungmin pikirkan matang-matang.

***

Suara bisk-bisik di belakangnya bisa Sungmin dengar saat ia memaksa makan di lantai dasar. Semua pelayan yang ada di sana sangat terkejut sekaligus terpesona akan Sungmin. Sejak datang ke rumah itu baru sekali mereka melihat dengan jelas paras nyonya besar di rumah mereka.

Pelayan Kang yang memang diutus menjadi pelayan pribadi Sungmin hanya bisa diam, padahal ia sudah menghalangi niat Sungmin yang ingin keluar kamar namun tampaknya perempuan itu bersikeras.

Kali ini Sungmin menang, dengan usahanya sendiri ia bisa lepas dari pelayan Kang.

Di saat Sungmin tengah menyatap makanannya bel rumah di pintu utama mendadak terdengar, lalu satu sosok dengan suara agak tinggi ikut terdengar.

“Kenapa kalian berkumpul disini semua…” Ucapan itu menggantung dan ikut menghentikan aktivitas Sungmin.

“Wow, Sungmin.”

Sosok itu mendekat sementara Sungmin mengingat-ingat dimana ia pernah mendengar suara ini.

“Kau lupa? Aku Eunhyuk istri sepupu Kyuhyun.”

“Ah~” Sungmin baru mengingatnya, benar ini adalah suara perempuan cerewet itu. “Hai Eunhyuk.” Sapa Sungmin kemudian.

“Canggung sekali sapaanmu.” Eunhyuk menarik kursi makan lalu melihat-lihat menu yang tersaji. “Wah ada sapi Koreanya. Boleh aku ikut makan?” Tanya Eunhyuk yang jelas saja membuat Sungmin nyaris tertawa.

“Silahkan.”

Terdengar suara mangkuk bertemu sumpit lalu perempuan itu sibuk menargetkan menu yang ada di meja. “Maaf jika aku seperti orang kampungan, bukan aku tak pernah makan daging sapi Korea ya, tapi suamiku itu paling pelit jika menyangkut makanan. Alasannya tubuhku nanti besar.”

Sungmin meneguk perlahan air mineralnya lalu mengangguk. “Iya aku percaya, sekarang makan saja.”

“Kau memang baik. Sudah cantik tidak pelit lagi.”

Sungmin hanya tersenyum mendengar pujian itu.

Setelah makan mereka berkeliling halaman dengan kaki telanjang. Lalu duduk di bangku tepat di bawah pohon tua yang rindang. Sementara beberapa pelayan masih setia mengekor.

Eunhyuk mengerutkan dahi mendapati situasi aneh seperti ini. “Kita seperti di Era Joseon.” Bisik Eunhyuk.

“Biarkan saja mereka.” Balas Sungmin.

“Kau diperlakukan seperti tawanan.”

Sungmin tersenyum sedih untuk ucapan Eunhyuk satu itu. Ya, dia memang tawanan di rumah ini.

“Ngomong-ngomong, maaf baru muncul setelah tiga bulan kau pindah ke Seoul. Aku mengkuti Donghae yang bertugas ke luar kota, suamimu itu benar-benar. Sepupu sendiri malah diutus ke Gwangju. Kau kesepian bukan? Hanya ditemani pelayan sementara suamimu tugas luar semenjak kalian menikah.”

Hati Sungmin berdetak cepat. Jadi tiga bulan ini Kyuhyun dinas luar?

Sungmin menenangkan diri lebih dulu sebelum menjawab. “Tak masalah, aku sudah terbiasa ditemani pelayan.”

Eunhyuk membenahi posisi duduknya. “Rumah ini memang besar, terlihat mewah dari luar namun jika ditinggal sendiri di dalam sana aku akan takut. Rumah ini seperti tak berpenghuni. Mungkin karena pembantaian itu ya, makanya perasaanku terus diliputi cemas.”

“Pembantaian?” Sungmin sontak bertanya, ini kabar yang baru ia dengar.

“Itu…”

“Nyonya Eunhyuk, tampaknya anda harus segera pulang. Langit mendung dan jika tak segera pulang mungkin anda akan kehujanan di jalan.” Pelayan Kang menginterupsi ucapan Eunhyuk dan seketika suasana mendadak hening beberapa saat.

“Ah kau benar. Sungmin aku pulang dulu. Lain waktu aku akan berkunjung lagi.” Eunhyuk bangkit lalu menabrakkan pipi kiri dan kanannya dengan pipi Sungmin, lalu perempuan itu buru-buru pergi tanpa mau mendengar balasan Sungmin.

Sungmin hanya bisa terdiam di tempat. Satu lagi misteri yang nyaris terungkap. Dan karena pelayan Kang penjelasan itu terhenti. Benar-benar sial! Tampaknya pelayan Kang memang mata-mata Kyuhyun.

***

Hening yang cukup mencekam saat Sungmin sengaja mematikan televisi dan radio yang sejak tadi menemani kesendiriannya. Sebelum jatuh ke ranjang Sungmin sengaja mengunci pintu kamar dan juga pintu geser balkon. Malam ini ia ingin sendiri dan semoga saja suami palsunya itu tidak datang.

Sungmin mendekati ranjang, lalu mengambil posisi yang biasa ia tempati untuk kemudian berbaring dengan nyaman. Sungmin hanya ingin tidur tenang tanpa diganggu siapapun, namun entah mengapa ucapan Eunhyuk tadi sore kembali terngiang.

Saat hening mencekam seperti ini kenapa Sungmin malah memikirkan pembantaian yang Eunhyuk sebutkan tadi. Seketika Sungmin bergidik. Jika benar di rumah ini terjadi pembantaian bisa saja arwah korban pembantaian itu tak tenang hingga  sekarang tengah mengamatinya.

Sungmin segera menggeleng. Ia tak boleh takut begitu saja karena Sungmin sudah memiliki rencana matang agar bisa terlepas dari rumah kutukan ini.

Sungmin memejamkan mata namun otaknya sibuk memikirkan kemungkinan berhasilnya rencana itu, namun semua buyar saat ranjang di sebelahnya kembali mendapat beban besar sebelum pelukan bersarang di perut.

Sungmin nyaris berteriak namun segera ia urungkan saat tahu Kyuhyunlah dalangnya. Bagaimana bisa pria itu masuk? Padahal Sungmin sudah mengunci semua pintu kamar.

“Sudah tidur lagi?” Suaranya terdengar pelan dan mendadak tengkuk Sungmin meremang. Dipeluk pria ini kenapa Sungmin bukannya merasa hangat, malah merasa dingin. “Padahal aku merindukanmu, tapi karena kau tampak lelah aku membiarkannya.”

Sungmin mendengus dalam hati mendengar ucapan itu. Peduli sekali pria ini hingga mau melepaskannya begitu saja.

Malam ini masih Sungmin abaikan, mulai malam besok ia tak akan mau dipeluk pria bajingan ini lagi. Membuat dirinya merasa kotor saja.

***

Semenjak insiden salah ucap itu Eunhyuk tak pernah lagi berkunjung padahal Sungmin ingin mengetahui tentang banyak hal. Mungkin pelayan Kang mengancamnya hingga Eunhyuk takut kemari. Semakin hari semakin tak ada celah bagi Sungmin untuk menguak informasi. Jika begini terus Sungmin bisa mati sebelum berperang.

“Sebaiknya nyonya masuk, udara semakin dingin mengingat sebentar lagi masuk musim dingin.”

Sura pelayan Kang terdengar saat lagi-lagi Sungmin menghabiskan sore di balkon. Sungmin tahu itu adalah ucapan omong kosong namun benar juga, sejak kemarin udaranya jadi semakin dingin. Biasanya Sungmin akan melihat salju pertama di halaman rumah namun tampaknya tahun ini ia tak akan bisa melihat salju.

Sungmin menghela napas berat sebelum masuk ke dalam kamar disusul pelayan Kang yang membawa nampan berisi cangkir tehnya.

Sungmin duduk di tepi ranjang lalu menyalakan televisi. “Apa rencana Kyuhyun jika musim dingin tiba?” Tanya Sungmin basa-basi.

“Bekerja nyonya. Tuan itu gila kerja. Tapi sepertinya musim dingin kali ini berbeda karena ada keluarga yang menunggunya di rumah.”

Sungmin mendengus daalam hati, bagus sekali sandiwara pelayan Kang ini.

Hening sesaat memenjara mereka dan Sungmin mendadak ingin menanyakan hal seputar pembantaian itu ada pelayan Kang. “Apa pembantaian yang dibilang Eunhyuk benar?”

“Nyonya. Mohon jangan katakan hal ini lagi.”

“Jadi itu benar?”

“Anda belum mengenal bagaimana nyonya Eunhyuk, ia sering mengucapkan omong kosong.”

Sungmin menghela napas, ia tahu akan begini jadinya. Bertanya pada pelayan Kang sama saja bertanya pada mayat. “Siapkan air hangat, aku ingin berendam.”

“Baik nyonya.” Pelayan Kang bergegas ke kamar mandi sebelum Sungmin kembali bertanya yang tidak-tidak.

***

Semakin beranjak malam udara semakin dingin. Itu hal wajar karena memang sebentar lagi memasuki musim dingin. Di dalam selimut Sungmin sudah bergulung sejak tadi demi mencari kehangatan dan tidurnya juga sudah pulas.

Tak lama satu sosok menyelinap masuk ke selimutnya lalu kembali memeluk Sungmin. Perempuan itu bergeming karena kali ini tak berpura-pura tidur.

“Tidur lagi?” Sosok itu bertanya seraya menghela napas berat. “Awalnya aku mengira kau kelelahan namun sudah beberapa malam kau begini, aku jadi berpikir jika kau menghindariku.” Pria itu memberanikan diri merubah posisi tidur Sungmin agar mereka berhadapan namun saat melihat wajah pucat dan bibirnya yang tampak mengering membuat Kyuhyun mengerutkan dahi. “Sungmin!” Ia tak sengaja menyibak selimut dan melihat dengan jelas darah segar mengalir di pergelangan tangan perempuan itu.

“SUNGMIN!!!”

***

Waktu terasa lama berputar, Sungmin akhirnya membuka mata setelah tak sadarkan diri selama satu hari penuh. Saat mencium aromaterapi yang hangat Sungmin baru menyadari jika sekarang ia sudah di rumah sakit lagi. Pergelangan tangannya juga sudah diperban dan andai saja ia tak cepat dibawa ke rumah sakit mungkin Sungmin sudah dijemput maut.

Gadis itu tersenyum sesaat dan tak menyesali perbuatanya. Rencana Sungmin memang harus berakhir di rumah sakit lalu orang tuanya datang, dengan begitu ia akan merengek minta pulang lalu tak akan pernah lagi menginjak Seoul.

Mungkin sekarang dikediaman Kyuhyun tegah heboh membicarakan nyonya mereka yang mengiris nadi sendiri. Entah apa yang para pelayan bicarakan dan Sungmin tak peduli karena mulai detik ini ia tak akan kembali ke rumah itu.

Suara pintu geser terdengar lalu derap langkah tergesa-gesa mendekati ranjangnya juga ikut terdengar. “Nyonya, anda sudah siuman?”

Sungmin menghela napas kesal, kenapa malah pelayan Kang yang datang. “Mana orang tuaku?” Tanya Sungmin langsung.

“Nyonya saya akan memanggil dokter dulu.”

Mungkin ada masalah dipendengaran pelayan Kang. Sungmin bertanya apa malah dijawab hal lain. Sungmin hanya bisa mnghela napas pelan dan membiarkan perempuan itu pergi keluar ruangan.

***

Dokter selesai memeriksa dan mengatakan jika Sungmin baik-baik saja, namun untuk kelanjutannya Dokter tersebut akan berbicara langsung dengan wali Sungmin jika sudah datang nanti.

“Kyuhyun tak datang?” Sungmin bertanya saat Dokter itu sudah pergi.

“Tuan mendadak memiliki rapat yang tak bisa ditinggal, namun sejak semalam beliau yang menunggui nyonya.”

OMONG KOSONG!

Sungmin ingin sekali meneriakkan kalimat itu tepat di depan wajah pelayan Kang namun ia masih memiliki kesabaran.

“Nyonya, kenapa anda berpikiran pendek begitu? Anda nyaris membuat seisi rumah mati berdiri dengan tindakan tak waras anda.”

Sungmin hanya menjawab dengan senyum, sengaja tak menjawab dengan ucapan agar pelayan Kang semakin penasaran.

“Apa anda tertekan karena belum bisa melihat?”

Sungmin terkesiap, darimana datangnya pemikiran itu? Asal tahu saja, Sungmin lebih memilih buta seumur hidup daripada harus menjadi budak nafsu orang yang tak jelas identitasnya.

“Istirahatlah nyonya, jika ada apa-apa saya di luar.”

Sungmin tak menjawab, membiarkan pelayan Kang keluar dari ruangan. Dalam hati Sungmin menunggu dengan cemas. Kenapa ibu dan ayahnya belum datang juga? Atau mereka sengaja tak menghubungi orang tua Sungmin? Jika memang iya, berarti mereka benar-benar keji.

***

Sungmin terkesiap saat mendengar suara dentangan jam. Ia sempat merutuk, apa sekarang ia sudah kembali ke rumah? Namun aromaterapi masih memenuhi penciumannya jadi Sungmin menebak jika ia masih di rumah sakit. Tak di rumah kutukan, tak di rumah sakit kenapa ia selalu diganggu suara jam?

Saat ia ingin kembali tidur genggaman di tangannya mengerat. Sungmin baru sadar jika ia tak sendiri di ruangan itu.

“Kau bangun?” Suara itu agak canggung dan entah mengapa Sungmin dibuat sedih mendengarnya.

Andai saja kau Kyuhyun suamiku maka aku akan senang dengan perhatianmu. Batin Sungmin.

“Kenapa disini? Kau harus istirahat.” Sungmin menjawab seadanya.

“Aku mencemaskanmu.” Suara itu kembali terdengar canggung. “Boleh aku tidur di sampingmu?”

Sungmin nyaris tertawa mendengar permintaan itu. Sangat bukan Kyuhyun –Palsu- sekali, biasanya ia main masuk ke dalam selimut Sungmin.

“Jika ranjangnya besar, silahkan saja.” Jawab Sungmin.

Pria itu tertawa pelan lalu mulai bergabung dengan Sungmin. “Tenang saja, aku meminta ruang VVIP pada mereka.”

Kaya sekali hingga rumah sakit saja minta di ruang VVIP, pikir Sungmin.

Mereka terjebak dalam keheningan saat Sungmin tak menjawab ucapan Kyuhyun, lalu kembali pelukan melingkupi tubuh Sungmin sebelum ia merasakan basah di bagian bahu.

“Menangis?” Tanya Sungmin malas, untuk apa pula pria ini bersandiwara menangis? Dia pikir Sungmin akan luluh?

“Maaf. Aku  merasa gagal menjadi suamimu.”

Sungmin tersenyum. Terima kasih Tuhan akhirnya pria ini sadar.

“Maaf juga karena lama menepati janjiku.”

Kali ini Sungmin mengerutkan dahi. “Janji apa?”

“Pendonor mata, aku sudah mendapatkannya.”

“Apa?” Sungmin nyaris bertariak. Kenapa di saat seperti ini Kyuhyun malah membahas pendonor mata yang sebenarnya tak Sungmin perlukan. Ia hanya ingin  pulang ke rumahnya di Ilsan.

“Kau akan dioperasi lusa. Jadi kumohon jangan melukai dirimu lagi.”

Kenapa malah jadi seperti ini? Sungmin mengambil resiko besar dengan mengiris nadinya dan berharap dengan begitu ia bisa pulang namun Kyuhyun dengan ucapan omong kosong malah membuat rencana Sungmin nyaris gagal.

“Darimana kau mendaatkan pendonornya?” Tanya Sungmin sengit. Walau ada rasa bahagia karena ia akan kembali melihat namun bukan itu ambisi Sungmin sekarang.

“Ada.” Jawabnya singkat.

“Iya, dimana kau menemukan orang itu dan siapa dia? Apa korban tabrak lari yang sudah tewas?” Tanya Sungmin menuntut namun Kyuhyun diam saja seolah tak mau menjawab.

“Jawab Kyuhyun…”

“Aku.”

“Hah?!”

“Aku akan mendonorkan mataku.”

Sungmin terdiam sebentar. Ia masih mencerna ucapan Kyuhyun yang menurutnya cukup tak waras. Bagaimana bisa pria itu mendonorkan mata untuknya.

Ini benar-benar situasi tak masuk akal.

.

~oOo~

.

Plan And Risk End