FF \ KYUMIN |QUEEN DEVIL | DRABBLE / GENDER SWITCH

Pandangan Sungmin menerawang ke atas, samar-samar apa yang ada di depannya mendadak terlihat putih. Sekelilingnya juga perlahan-lahan mulai sunyi. Di saat seperti ini ia malah teringat akan kenangan masa kecil dulu. Sudah berapa tahun ya? Sepertinya lebih dari lima belas tahun sejak Sungmin tak mau mengingat kejadian masa kecil itu lagi. Sudah lama juga.

~~o~oo~oOo~oo~o~~

Melani KyuMinElfsha

Queen Devil

Drabble

Romance, Drama, & Hurt

M

~~o~oo~oOo~oo~o~~

Hal yang sangat ingin ia lupakan malah di saat seperti ini mendadak muncul dengan sendirinya. Sungmin ingat jika dulu ia selalu menyendiri. Anak-anak panti tak ada yang mau berteman dengannya. Padahal status mereka sama, yaitu tak memiliki orang tua. Namun mereka tak ada yang sudi berteman dengan Sungmin, bahkan ia selalu menjadi pusat ejekan di panti maupun di sekolah.

Sungmin sering tidur dengan kasur dan selimut yang basah. Ia juga sering makan di lantai karena jatah nasinya dibuang oleh mereka. Saat itu pihak panti tak mau ambil pusing, mereka memiliki pekerjaan lain yang lebih penting ketimbang mengurusi anak tak jelas yang selalu menumpahkan nasinya ke lantai.

Jika diingat-ingat tak ada hal membahagiakan dalam hidup Sungmin. Sejak ia dilahirkan hingga sekarang, ia belum pernah merasakan yang namanya kebahagiaan. Orang tuanya mencampakkan Sungmin sejak lahir. Mereka bilang Sungmin ditemukan di tempat sampah, kurang rendah apa lagi dia jika orang tuanya saja mencampakkan Sungmin di tempat kotor sejenis sampah?

Setelah semua yang ia dapatkan 25 tahun ini Sungmin menyadari satu hal, ia dilahirkan hanya untuk menanggung kesialan. Mungkin dia jelmaan iblis betina paling berdosa yang dicampakkan Tuhan ke bumi hingga harus menanggung semua kesialan di alam semesta. Itu yang Sungmin pikirkan selama ini.

Hingga sekarang, ia yang sedang meregang nyawa harus kembali disadarkan jika ia lahir hanya untuk menanggung kesialan semua orang.

Sungmin bernapas putus-putus. Pandangannya masih memutih namun cekikan di lehernya terus menguat, tampaknya leher Sungmin akan memerah bekas cekikan setelah ia mati nanti. Tubuhnya juga mulai mati rasa. Semua indra yang ada di tubuh Sungmin mulai melemah. Bahkan makian seperti “MATI KAU!” dari tersangka yang terus mencekiknya sudah tak terdengar lagi.

Sungmin terbatuk untuk kesekian kalinya. Ia merasa paru-paru di dalam sana sudah pecah karena kekurangan Oksigen. Di antara rasa sakit meregang nyawa seperti sekarang Sungmin masih bersyukur, setidaknya semua penyiksaan ini akan berakhir, semua kesialan ini akhirnya menemui ujung. Sungmin tanpa sadar tersenyum. Akhirnya… semua yang ia dambakan selama ini terkabul. Sungmin juga sudah muak diperlakukan buruk oleh orang-orang, oleh dunia bahkan oleh Tuhan dengan cara paling rendah seperti yang sering ia terima selama hidup. Sungmin sudah sangat muak. Jadi mati adalah solusi utama.

Dunia akan indah tanpa pendosa seperti dia.

***

“Dia itu anak pelacur. Jangan mendekatinya.”

“Hei anak pelacur, jangan bermain di tempat kami.”

“Aku tak sudi menikahi anak pembawa sial itu bu. Keluarganya buruk, dia anak pelacur.”

“Ini hanya sementara nak, jika tujuan kita tercapai maka anak pelacur itu akan kita campakkan.”

“Anak pelacur tak pantas hidup.”

“Menjijikkan. Enyah kau…”

“Jangan menyentuhku, dasar kotor. Menjijikkan!”

“Kau lebih baik mati.”

“Mati!

“Mati Kau!”

“MATI!!”

“Haaah~” Sungmin membuka mata saat suara-suara mengerikan itu terus masuk ke pikirannya. Keringan dingin mengalir dari pelipis Sungmin, ia bernapas memburu namun sesaat kemudian baru menyadari di mana ia sekarang.

Rumah sakit.

Ternyata ia masih hidup. Lucu sekali, Sungmin nyaris tertawa memikirkan jika Tuhan masih ingin menghancurkan hidupnya sehancur-hancurnya dengan menyelamatkan nyawa Sungmin. Kurang menderita apa lagi dia? Sudah dicekik begitu keras bukannya mati malah selamat. Tidak ada manusia dengan nyawa ganda seperti Sungmin.

“Anak pelacur itu belum siuman juga. Ini sudah lima belas hari.”

Sungmin menajamkan pendengaran, itu suara ibu mertuanya. Terima kasih Tuhan, kau mengembalikan indra pendengaran Sungmin hingga ia bisa kembali mendengar hinaan ibu mertuanya pada saat ia siuman pertama kali.

“Ini gawat. Kita membutuhkan dia untuk meyakinkan kakekmu.”

Sungmin semakin menajamkan pendengaran. Jika membicarakan kakek berarti ini ada kaitannya dengan harta warisan yang menjadi tujuan mereka.

“Tenang saja ibu. Aku akan mengusahakan segala macam cara untuk membuat anak pelacur itu siuman secepatnya.”

“Kakekmu benar-benar sulit ditebak. Sudah sekarat masih juga memikirkan anak pelacur itu.”

Suara ibu mertuanya mulai terdengar emosi. “Pokoknya dia harus kita selamatkan dulu. Jika dia meninggal maka harta warisan kakekmu akan hilang. Kita akan hidup menggelandang.”

“Iya ibu, iya. Aku akan berusaha untuk membuatnya siuman. Jika perlu aku akan mendatangkan dokter paling bagus di dunia ini untuk menyembuhkannya. Hanya sampai dia mengalihkan harta warisan, setelah itu biarkan dia mati.”

Terdengar suara tawa sebelum ibu mertuanya tersadar.

“Lagipula kenapa kau begitu ceroboh? Kau nyaris masuk penjara karena berusaha membunuhnya.”

“Dia sudah menandatangani surat cerai, jadi aku tak membutuhkannya lagi. Aku akan menikah dengan kekasihku, jika dia masih hidup sama saja dengan mencoreng statusku di muka umum. Aku tak mau publik tahu aku pernah menikah, ibu. Aku harus terlihat masih membujang jika tak ingin reputasiku tercemar. Dan kupikir jika kami bercerai, warisan kakek atas namanya akan beralih pada kita, ternyata kakek licik juga. Sial sekali pak tua itu.”

“Pokoknya kau jangan lengah kali ini. Kau harus memperbaiki sikap sebelum kita membujuk kakekmu untuk merubah isi surat warisannya.”

“Iya ibu. Aku akan lebih berhati-hati.”

Sungmin menitikkan air mata dalam keheningan. Dua orang itu… tak bisakah mereka berpura-pura berduka setelah menyakiti Sungmin seperti sekarang? Mereka tak pernah sedikitpun memikirkan Sungmin, sedikitpun tak pernah. Apa salah Sungmin pada mereka hingga mereka sekejam ini? Sungmin sudah tak tahan lagi. Jika memang menghancurkan dua orang itu dengan menghabisi alur warisannya maka Sungmin akan menempuh jalan itu.

Sungmin ingin balas dendam.

Sebelum mati, Sungmin hanya ingin membalaskan dendam pada dua orang berhati iblis melebihi dirinya. Sungmin bosan hidup pasrah dianiaya terus. Ia ingin orang lain merasakan kesengsaraan seperti apa yang dia rasakan selama ini. Jadi dengan mengendap-endap keluar kamar dengan tubuh masih lemas ia berhasil mencuri kendaraan truk sayur yang kebetulan tengah ditinggal sopirnya di palang pintu keluar. Sopir itu hendak membayar sewa pada penjaga palang, namun mereka berteriak saat truk sayur itu sudah melaju kencang ke jalan raya.

Jalan raya tengah malam ini tak sepadat biasa, namun Sungmin terus menginjak pedal gas hingga nyaris seperti melayang. Ia akan mati malam ini. Tak hanya dia yang meregang nyawa, dua orang keji itu juga akan sekarat karena warisannya sudah Sungmin bawa ke akhirat.

Sungmin tersenyum, lalu tertawa kencang seperti orang kerasukan. Ia memejamkan mata saat mobil yang ia kemudikan terus melaju kencang. Perlahan mobil truk sayur itu tak bisa dikendalikan lagi, melaju keras hingga menabrak dinding terowongan. Hantaman keras Sungmin rasakan di sekujur tubuh yang sepertinya mengalami patah tulang di mana-mana. Dan di antara rasa sakitnya meregang nyawa Sungmin masih menyempatkan senyum, senyum terakhir untuk dua orang keji yang selama ini terus menyiksanya.

Selamat tinggal orang-orang tak manusiawi, dan… selamat tinggal dunia yang kejam.

Akhirnya, Sungmin bisa mati dengan tenang. Tak masalah tubuhnya remuk redam seperti sekarang asal dua orang itu ikut merasakan penderitaan Sungmin. Tak ada sekarat meregang nyawa seindah ini, pikir Sungmin.

Hening yang cukup lama. Kepulan asap mulai terlihat di bagian depan mobil. Inilah waktunya Sungmin mengucapkan perpisahan pada dunia yang sudah berlaku kejam padanya. Namun… Sungmin tak bisa menyalahkan dunia, terlebih Tuhan yang sudah menciptakannya. Tuhan pasti memiliki rencana yang luar biasa dengan mengirim Sungmin ke dunia, dan Sungmin sangat berterima kasih karena kehadirannya bisa berguna di sini, seperti menanggung semua kesialan yang ditimpakan padanya.

Memikirkan itu tanpa diduga air mata Sungmin mengalir dari sudut mata saat kegelapan mengambil alih kesadarannya. Sial sekali. Di saat-saat sekarat seperti ini Sungmin ingin sekali bersujud dan berucap terima kasih pada Tuhan.

Tuhan, terima kasih karena telah sudi menciptakan pendosa sepertiku.

Fin

Yang minta rate M noh udah dikasih, walau rate Mnya karena adegan penyiksaan sadis ya, bukan M yang itu tu 😀