KYUMIN \ FANFICTION | GS | IDEAL WIFE / CHAPTER 3

Sungmin terdiam sejenak, mengatur napasnya agar tak memburu. Didalam sana degup jantungnya sudah menggila.

“Maksud halmonie?” Sungmin bertanya, bagaimanapun masalah ‘temani’ disini harus diperjelas.

.

~oOo~

.

Ideal Wife

.

Presented by Melani KyuminElfSha

.

FanFiction

.

Chapter :: 3

.

Genre :: Romance, drama, hurt.

.

Rate :: T

.

Warning :: GS, Tak sesuai EYD. Typo(s) mengingat saya ratunya typo.

.

Disclaimer :: KyuMin milik Tuhan, Orang tua mereka, Super Junior, Elf, SparKyu, Pumpkins, Joyer. Dan Saya hanya pinjam nama mereka ^^

.

~oOo~

.

.

~oOo~

.

Nenek itu tersenyum sekilas. “Kami tak bisa menemani Kyuhyun menemui calon istrinya karena masih terikat akan aturan pernikahan Siwon dan Kibum sedangkan pertemuan antara Kyuhyun dan calon istrinya harus segera dilaksanakan, maka dari itu halmonie meminta bantuanmu.” Jelas nenek itu. “Kau keberatan?” Nenek itu mengerutkan dahi.

Sungmin menelan salivanya susah, bingung harus menjawab apa sementara hatinya sudah kacau bukan main.

Kibum yang melihat gelagat tak nyaman dari Sungmin berniat menyelamatkan kakak sepupunya, tapi tak tahu harus berbuat apa. Berbicara dan menyela merupakan ketidak sopanan dan Kibum tak mau dihukum lagi.

“Halmonie, noona–nim ini masih lelah, datang dari jauh dan sepertinya akan makin menyusahkannya jika meminta bantuan noona–nim. Apalagi…”

“Tentu saja tidak.” Refleks Sungmin berucap, menjawab ucapan Kyuhyun.

Kyuhyun sedikit kaget dan tanpa sadar menatap Sungmin. “Tidak?” Tanya Kyuhyun.

“Bodoh~” Lirih Kibum, tapi masih bisa didengar Sungmin.

Sungmin mengusap tengkuknya seraya tersenyum salah tingkah. “Tidak menyusahkan untukku, aku mau menemanimu melamar gadis itu.” Jawab Sungmin.

“Sungguh?” Kali ini Heechul yang bertanya.

Sungmin menatap Heechul dengan senyuman manisnya. “Sungguh umma.” Jawabnya.

“Dia mau menggali kuburnya sendiri?” Siwon berbisik tepat ke telinga kanan Kibum.

Kibum mengendikkan kedua bahunya. “Kita lihat saja apa yang ingin dia rencanakan.” Kibum balas berbisik. “Mati atau bertahan.” Sambung Kibum.

“Halmonie senang sekali mendengarnya.” Suara itu terdengar, membuat mata mereka kembali fokus akan wanita tua itu. “Karena kau semua masalah bisa terbantu.” Ujar nenek itu lagi.

Sungmin masih tersenyum. “Iya halmonie. Aku senang bisa membantu.” Jawabnya. ‘Walau mengorbankan perasaanku sekalipun.’ Sambung Sungmin dalam hati.

 

***

 

Sungmin terduduk lesu di lantai kayu itu dan sejak tadi pandangannya sudah menerawang, entah apa yang dipikirkan gadis itu.

Sementara di depannya, Kibum dan Siwon tengah menyapu halaman berdua, mungkin hukuman mereka masih berjalan.

Daun yang terus berguguran makin membuat pekerjaan Siwon dan Kibum tak pernah selesai. Disapu yang sebelah kanan, yang kiri kotor lagi. Disapu yang kiri, yang kanan kotor lagi, begitu seterusnya sampai malam menyapa mereka.

Tawaan lepas dari Siwon dan Kibum tak membuat perhatian Sungmin teralihkan. Jika ada kontes termenung paling lama dan terfokus maka Sungmin bisa jadi juaranya.

Siwon yang tak mendengar suara dari belakang mulai menatap Sungmin. “Kenapa dia?” Tanya Siwon, menghentikan aktivitasnya dan lebih memilih menatap Sungmin. “Tampak frustasi sekali.” Sambung Siwon.

“Memang.” Kibum ikut menghentikan aktivitasnya dan menatap Sungmin. “Tidakkah kau lihat dia seperti prajurit kalah perang?” Tanya Kibum.

“Bukan, lebih tepatnya dia terlihat seperti prajurit yang kalah sebelum berperang.” Ujar Siwon.

Ucapan itu sontak membuat tawaan Kibum lepas, diikuti Siwon dan kali ini Sungmin terusik.

“Bisakah kalian mengerjakan hukuman tanpa membicarakan aku?” Tanya Sungmin sinis.

“Tak bisa.” Jawab Kibum santai setelah menghentikan tawaannya.

Sungmin mengerucutkan bibirnya sekilas.

“Salahmu sendiri noona, kenapa malah memaksakan diri mengikuti permintaan halmonie?” Ujar Siwon.

“Kau berani menolak permintaannya?” Sungmin menatap Siwon tajam. “Bahkan disuruh menyapu saja kau tak bisa menolak.” Sambung Sungmin.

“Kenapa aku merasa aura Heechul umma ada di diri noona ya?” Tanya Siwon.

“Benar. Baru sehari dekat dengan ahjumma cerewet itu sudah membuat eonnie memiliki sifat sama sepertinya.” Ejek Kibum.

Sungmin menghela napas berat mendengar ucapan pasangan suami istri itu. “Kalian lanjutkan saja menyapunya, dari tadi sore sampai sekarang kalian masih saja menyapu di tempat yang sama. Bodoh sekali.” Cibir Sungmin.

“Aish! Kau yang sakit hati kenapa kami yang menjadi tempat pelampiasanmu?” Tanya Kibum.

“Siapa yang…”

“Siwon-ah, Kibum-ah, ayo masuk. Kita akan memulai makan malam.” Suara milik ibu Siwon terdengar, menginterupsi ucapan Sungmin.

“Iya umma.” Jawab Siwon dan Kibum kompak.

“Mertuamu?” Tanya Sungmin tak percaya. “Ramah dan baik sekali.” Sambung Sungmin.

Kibum mengangguk. “Ayo eonnie.” Gadis mendekat dan segera mengait tangan Sungmin.

“Tidak Kim Kibum. Lee Sungmin harus pulang.” Heechul yang tak tahu datang dari mana segera menginterupsi niat Kibum.

“Tapi ini waktunya makan malam ahjumma.” Ujar Kibum, menjawab karena belum ingin berpisah dari Sungmin.

Heechul menggeleng. “Anak ini belum mandi, dan yang dipanggil tadi hanya kau dan Siwon. Biarkan anak ini menjadi tanggung jawabku.”

“Tapi aku lapar umma.” Sungmin segera menjawab.

“Tidak. Kau harus mandi dulu baru makan. Salah siapa tadi kau hanya melamun sampai melupakan hal terpenting itu.” Ujar Heechul.

Sungmin mengerucutkan bibirnya sekilas dan mau tak mau berdiri dari duduk. “Aku pulang dulu.” Sungmin menunduk sekilas pada Siwon dan Kibum.

“Iya. Hati-hati eonnie.” Ujar Kibum.

Sungmin mengangguk.

“Sudah cepat. Sekarang kau tunjukkan jalan. Kyuhyun dan appanya menunggu di gerbang. Jangan sampai membuat mereka lama menunggu.” Seru Heechul.

“Baik.” Jawab Sungmin lemah, langkahnya mulai terayun.

“YA! Harusnya kau menuntunku, bukan berjalan lebih dulu. Dasar bodoh.” Heechul segera mengejar langkah Sungmin.

Sementara itu Kibum dan Siwon hanya bisa menatap punggung dua perempuan itu dalam diam sebelum menghilang di gerbang kayu kediaman mereka.

“Kasihan eonnie.” Ujar Kibum. “Dia harus menderita karena pernikahan kita.” Sambungnya.

Siwon menatap Kibum lalu tersenyum. “Sudah takdirnya. Kita tak bisa menghentikan semuanya juga bukan?” Tanya Siwon.

Kibum mengangguk. “Seharusnya Sungmin eonnie tak menginap di rumah keluarga Cho. Itu makin membuatnya terlihat menyedihkan.” Ujar Kibum lagi. “Aku menyesal sekarang telah membawanya kesini.” Gumamnya.

“Sudahlah~” Siwon segera mengenggam tangan kiri Kibum. “Ayo kita masuk, kau tak ingin mendengar ceramah para tetua karena kita terlambat, bukan?” Tanya Siwon.

“Tentu saja tak mau.” Kibum nyaris berteriak.

 

***

 

Mereka berempat berjalan beriringan lagi malam ini.

“Kenapa kalian lama sekali?” Hangeng membuka suara.

“Nari membutuhkan saran untuk menjinakkan menantu modernnya, makanya lama.” Jawab Heechul.

Sungmin mengerutkan dahi. ‘Menjinakkan? Apa sebegitu liarnya gadis kota?’ Batin Sungmin.

“Aku pikir Kim Kibum itu sudah bisa disandingkan dengan Im Yoona, Kibum bisa segera menyesuaikan diri dengan lingkungan.” Ujar Hangeng.

“Im Yoona siapa appa?” Kyuhyun yang sejak tadi diam mulai bertanya, nama itu cukup asing baginya.

“Gadis yang ingin halmoniemu jodohkan pada Siwon. Sebelum dikenalkan, Siwon malah lebih dulu mengenalkan calon istrinya.” Heechul yang menjawab.

“Ah~” Kyuhyun mengangguk.

“Bagaimana denganmu, nak?” Hangeng yang melihat Sungmin sejak tadi hanya diam mulai menatap gadis itu.

“Iya?” Sungmin bertanya dan balas menatap hangeng.

“Dia melamun lagi. Bahkan ini lebih parah, saat berjalan dia masih saja melamun.” Ejek Heechul.

Sungmin hanya bisa mengerucutkan bibirnya mendengar ejekan itu.

“Appa penasaran, apa kau sudah memiliki calon suami?” Tanya Hangeng.

“Ah~ itu tentu saja belum.” Jawab Sungmin.

“Aneh sekali. Bahkan umurmu sudah cukup untuk bersuami. Masa kuat rahim itu saat umurmu sudah matang. Jika tua kau mau memberikan keturunan bagaimana? Mengejan saja tak kuat.” Ujar Heechul.

“Gadis kota kebayakan memang begitu umma. Mereka lebih mementingkan pendidikan daripada berumah tangga.”

“HAH!” Heechul berteriak,  seakan tak percaya akan ucapan Kyuhyun. “Prinsip bodoh darimana itu? Jelas-jelas kewajiban seorang perempuan itu menyegerakan menikah, bukannya mengulur-ulur waktu.” Ujar Heechul, kali ini menatap Sungmin tajam. “Jangan bilang kau salah satunya.” Heechul memicingkan mata, menatap Sungmin penuh tuntutan.

“Iya. Saya salah satunya, umma.” Jawab Sungmin pasrah.

“Aigoo~ cepat minta orang tuamu mencarikan calon suami. Kau harus menyelamatkan keturunan keluargamu. Masih ada waktu untuk menyegerakannya.” Saran bijak Heechul.

“Iya. Saya mengerti umma.” Jawab Sungmin, masih dengan nada pasrah.

Hangeng dan Kyuhyun hanya bisa tersenyum melihat perdebatan itu.

“Di Seoul kau bekerja atau masih bersekolah?” Tanya hangeng.

“Saya…”

“Dia masih sekolah, Hannie. Terlihat jelas jika dia tak pernah naik kelas.” Heechul yang menjawab.

“Umma~” Sungmin menghentikan langkahnya, menatap Heechul kesal.

“Apa? Tak senang?” Tanya Heechul.

“Aku sudah bekerja. Umma jangan meremehkanku.” Sungmin menghentakkan kakinya sekilas dan mulai berjalan lagi, tak ingin tertinggal dari tiga orang itu.

“Yang benar saja. Perusahaan mana yang mau menerima gadis pemalas sepertimu? Apa mereka tak takut perusahaan mereka bangkrut total?” Tanya Heechul.

“Umma~” Kali ini Sungmin merengek, tak ingin mendengar lagi ejekan Heechul.

“Chul-ah~ sudahlah. Jangan menggodanya lagi.” Hangeng menginterupsi.

Heechul tertawa sebentar. “Kau lihat Hannie, bibirnya seperti pantat bebek jika tengah merajuk. Aku jadi ingin mengejeknya terus.” Ujar Heechul.

Sungmin hanya bisa memajukan bibirnya tanpa mau menjawab ucapan Heechul.

“Biarkan aku bertanya padanya.” Hangeng kembali berujar. “Jadi kau bekerja? Diperusahaan mana?” Tanya Hangeng lagi.

“Kebetulan perusahaan appaku, appa.” Ujar Sungmin.

Heechul mencibir. “Pantas saja. Perusahaan appanya yang hanya mau menampung gadis pemalas seperti ini.” Ujar Heechul.

“Jadi appamu seorang pengusaha? Kapan-kapan appa ingin diajarkan oleh appamu mengenai perusahaan.” Ujar Hangeng.

“Apa? Jangan bilang kau ingin mengambil alih perusahaan.” Heechul menatap Hangeng tak percaya.

Hangeng mengendikkan bahu. “Kyuhyun sebentar lagi menikah dan tak mungkin dia dan istrinya tinggal disini terus, harus ada tempat Kyuhyun memberikan istrinya makan.” Ujar Hangeng.

“Dia dan istrinya kelak akan tinggal disini, tak akan kemanapun.” Ujar Heechul cepat.

“Tapi aku ingin keluar dari sini, umma. Kehidupan diluar sana sungguh indah.” Kyuhyun menjawab.

“Apa? Awas saja jika kau berani.” Heechul melotot pada Kyuhyun, membuat anaknya terkekeh sebentar.

Sementara itu, tanpa mereka sadari, Sungmin sejak tadi sudah menatap lelaki itu.

‘Sebentar lagi dia menikah.’ Batin Sungmin.

 

***

 

“Kau sudah selesai belum?”

Suara Heechul di balik pintu kamar mandi menyentakkan Sungmin dari lamunan.

“Belum umma.” Jawab Sungmin, tak ingin beranjak dari bak mandi itu.

“Bahkan ini sudah hampir setengah jam. Kau mau kami mati kelaparan hanya karena menunggumu selesai berendam disana?” Tanya Heechul.

“Umma bisa makan tanpa aku. Duluan saja.” Ujar Sungmin.

“YA! Kau kira bisa seenakmu disini? Makan harus bersama-sama, mana boleh sendiri-sendiri. Ingat dimana kau tinggal sekarang.” Ketus Heechul.

“Haah~” Sungmin menghela napas berat. “Iya umma. Aku mengerti.” Ujar Sungmin, mulai bangkit dari bak mandi walau sebenarnya tak ingin.

Beberapa menit kemudian Sungmin sudah keluar dari sana, mengenakan handuk bajunya.

“Dimana kau mendapatkan itu?” Heechul mengeryitkan dahi melihat penampilan Sungmin.

“Aku mendapatkannya di kamar tamu tadi. Keluar begini tak masalah kan umma?” Tanya Sungmin.

Heechul terdiam beberapa saat. “Iya. Tak masalah. Ayo.” Heechul membalikkan tubuh dan mulai melangkah. Sungmin yang melihat Heechul sudah melangkah segera mengikuti wanita paruh baya itu.

 

***

 

Sungmin duduk tenang di atas lantai dan membiarkan Heechul sibuk sendiri dengan baju didalam lemari itu. Sungmin mengedarkan pandangan, menyapu setiap sisi kamar.

‘Cukup bagus.’ Batin Sungmin. Ini pertama kalinya dia melihat dan mengamati dengan jelas keadaan kamar itu dan sepertinya cukup nyaman walau kalah saing dengan kamarnya di Seoul.

“Pakai ini.”

Heechul mendekat dan memberikan pakaian itu pada Sungmin.

“Hanbok, lagi?” Tanya Sungmin tak percaya.

“Iya, kenapa?” Heechul bertanya dengan memicingkan mata tajamnya.

Sungmin segera menggeleng. “Bukan apa-apa umma, tapi…” Sungmin menggantungkan kalimatnya.

“Tapi?” Heechul bertanya.

“Tapi pakaian itu membuatku panas umma. Mohon beri pakaian yang lain saja. Atau aku memakai pakaian Kyuhyun juga boleh.”

“Tak boleh!” Heechul sedikit berteriak. “Kau seenaknya mengatur! Di rumah ini hanya aku yang mengatur!” Heechul berseru geram. “Dengar! Perempuan memakai pakaian perempuan dan tak boleh memakai pakaian lelaki. Mengerti?” Ujar Heechul.

Sungmin mengerucutkan bibirnya sekilas, mau menolakpun tak bisa, akan semakin ditekan heechul nantinya. Dengan perlahan Sungmin bangkit dari duduk dan mengambil dengan sopan Hanbok di tangan Heechul.

“Pakai ini juga.” Heechul menyodorkan pakaian dalam pada Sungmin.

“Ah~ ini punya umma?” Tanya Sungmin.

“Bodoh. Mana mungkin itu punyaku, kau tak lihat pakaian dalam itu masih ada labelnya, itu masih baru.” Ujar Heechul.

“Oh~ umma membelinya untukku?” Tanya Sungmin kaget.

“Aigoo~ gadis manipulasi ini cepat sekali salah pahamnya~” Bisik Heechul.

“Tentu saja tidak. Disini ada banyak baju perempuan yang masih baru dan belum tersentuh. Sepertinya meminjamkan untukmu tak masalah.” Ujar Heechul.

“Banyak? Yang benar umma.” Sungmin urung memakaikan Hanboknya dan segera menghampiri lemari, membuka dua pintu lemari itu cepat.

“Wah~” Sungmin terkesiap, sungguh tertegun melihat deretan Hanbok indah itu disana. “Aku pakai yang ini saja bagaimana umma?” Sungmin menunjuk Hanbok merah muda di hadapannya.

“Tidak! Kau nanti langsung tidur, kau pikir bagaimana bisa Hanbok sebagus itu kau gunakan untuk pakaian tidurmu.” Ujar Heechul. “Sudahlah! Cepat kemari dan pakai ini. Lihat-lihatnya nanti saja.” Sambung Heechul.

Sungmin memajukan lagi bibirnya seraya menutup pintu lemari itu dan mendekat pada Heechul.

“Cepat.” Titah Heechul.

Sungmin mengerutkan dahi. “Umma tak keluar?” Tanya Sungmin.

“Aku ingin mengajarimu memakai Hanbok dengan benar. Cepat sebelum suami dan anakku kelaparan menunggu kita.” Ujar Heechul.

“Baiklah. Mengajariku. Tetapi tak bisakah umma keluar terlebih dahulu? Bahkan aku belum memakai dalaman.” Ujar Sungmin.

“Kau kira aku siapa? Aku juga wanita dan untuk apa kau malu-malu begitu. Cepat pakai sekarang.” Ujar Heechul. “Bahkan aku harus melihat bagaimana caramu memakai pakaian dalam itu.” Sambung Heechul.

“HAH!” Sungmin tak sengaja berteriak lantang.

 

***

 

Setelah makan malam itu Sungmin meminta izin berkeliling halaman depan rumah kediaman Cho.

“Jangan sampai keluar gerbang. Hanya di halaman saja mengerti?” Tanya Heechul.

Sungmin mengangguk dan segera keluar, dirinya ingin segera merasakan angin sejuk itu sekarang karena dirinya benar-benar gerah didalam sana, bahkan kipas anginpun tak ada disekitarnya.

Sungmin berjalan kebawah pohon besar tepat berada di halaman rumah keluarga Cho dan duduk di bangku itu perlahan.

Sungmin menatap indahnya bulan dari tempatnya duduk dan tersenyum. Ini pertama kalinya dia bisa menyaksikan langsung bagaimana indahnya bulan, jika sudah berada di Seoul dirinya akan kembali sibuk, bahkan seharian hanya di dalam ruangan untuk menyelesaikan pekerjaan yang terus saja menumpuk.

“Noona–nim tak kedinginan?” Suara ramah itu terdengar bersamaan dengan hangatnya tubuh Sungmin, Kyuhyun melingkarkan jaket tebalnya di tubuh Sungmin.

Sungmin menatap jaket itu dan cukup kaget, belum lagi sosok yang kemudian sudah duduk di sebelahnya.

“Udara disini cukup ganas, bahkan bisa sampai terasa di tulang.” Ujar Kyuhyun, pandangannya sudah mengarah pada langit, menatap bulan.

Sungmin menatap kesamping, tepat wajah sebelah kanan Kyuhyun. Lama Sungmin menatap wajah indah itu dan tanpa sadar tersenyum.

“Kenapa?” Kyuhyun yang menyadari tingkah Sungmin kembali memergoki gadis itu, tengah menatapnya.

Sungmin menggeleng, masih tersenyum dan perlahan mulai menatap bulan. “Udara disini berbeda dari Seoul, bahkan malam hari jauh lebih indah disini.” Ujar Sungmin.

Kyuhyun mengangguk, ikut menatap bulan lagi. “Biar kutebak, disana noona–nim belum pernah menatap keadaan bulan seindah ini bukan?” Tanya Kyuhyun.

“Dari mana kau tahu?” Sungmin balas bertanya, menatap lelaki itu heran.

“Tentu saja, bahkan bintang jarang terlihat bukan?” Tanya Kyuhyun lagi.

Sungmin mengangguk. “Menyedihkan. Kau ingin menertawakan tempat tinggalku?” Tanya Sungmin.

“Tidak. Untuk apa menertawakan tempat tinggal noona–nim?” Jawab Kyuhyun.

“Aku kira.” Sungmin menjawab singkat.

“Masih ingin mencari udara segar?” Kyuhyun kembali bertanya.

Sungmin mengangguk. “Aku masih ingin disini. Jika kau tak tahan dingin masuk saja, aku tak masalah dan aku tak akan keluar gerbang.” Ujar Sungmin.

Kyuhyun tersenyum. “Baguslah.” Ujarnya.

Sungmin tersenyum. “Lalu~ kapan kau akan menemui gadis-gadis itu?” Sungmin teringat dan segera bertanya.

“Aku juga belum tahu noona–nim, tapi umma bilang besok, padahal aku tak mempunyai persiapan apapun.” Ujar Kyuhyun.

Sungmin tersenyum, walau senyuman miris setidaknya Kyuhyun tak tahu. “Kau tenang saja. Aku akan mendukungmu.” Ujar Sungmin.

Kyuhyun tersenyum dan mengangguk. “Terima kasih, noona–nim.” Ucapnya tulus.

“Sama-sama.” Balas Sungmin, setelah itu tak ada percakapan yang berarti, mereka sibuk menatap bulan sampai memutuskan untuk masuk ke rumah beberapa saat kemudian, tidur.

 

***

 

“Kau memotongnya terlalu besar.”

“Bisa tidak kau mengupasnya?”

“Ya Tuhan! Bahkan itu hanya ikan.”

“Jangan sampai mengenai dagingnya!”

“YA! Aku bilang hati-hati!”

Suara Heechul sejak tadi terus terdengar dari dapur, membuat Kyuhyun dan Hangeng yang tengah duduk di ruang keluarga menatap heran asal suara.

“Ummamu benar-benar menyiksa anak gadis orang.” Hangeng memijat sekilas dahinya.

“Jika orang tua noona–nim marah anaknya di siksa oleh umma maka appa yang bertanggung jawab.” Kyuhyun tersenyum menggoda ayahnya, membuat Hengeng makin memijat dahi itu kuat.

“Kau juga bertanggung jawab Kyu.” Balas Hangeng.

Kyuhyun terkekeh mendengar ucapan itu.

“Tapi mengenai lamaran, kau benar ingin pergi hari ini?” Tanya Hangeng, kali ini menatap Kyuhyun lurus.

Kyuhyun mengangguk. “Iya appa. Tapi aku masih bingung mengenai siapa yang harus kukunjungi terlebih dahulu.” Ujar Kyuhyun.

“Hm… benar.” Hangeng tampak berpikir. “Ah~ bagaimana jika kau mengunjungi gadis yang menurutmu berkesan di hati.” Ujar Hangeng.

“Bahkan aku tak mengenal mereka secara dekat appa.” Jawab Kyuhyun.

“Benar juga. Susah menilai seseorang walau berita yang beredar ketiga gadis itu memiliki hati yang baik.” Ujar Hangeng.

“Benar.” Kyuhyun menganggukkan kepalanya. “Jadi bagaimana appa?” Tanya Kyuhyun.

“Hmm…” Hangeng kembali berpikir.

 

***

 

Sesuai saran ayahnya, Kyuhyun sekarang mengemudikan mobil hitam itu menuju desa tetangga yang cukup jauh, membawa Sungmin ikut serta, hanya berdua.

Kyuhyun menatap ke kanan, tepat dimana Sungmin sejak tadi terdiam. “Noona–nim kenapa?” Tanya Kyuhyun, konsentrasinya terpecah dua antara Sungmin dan jalan raya.

“Kalian memiliki mobil?” Sungmin akhirnya tersadar dan segera menatap Kyuhyun. “Bahkan ini Hyundai NF Sonata.” Sambung Sungmin.

Kyuhyun tersenyum dan kali ini menatap ke depan. “Iya noona–nim. Pemberian ahjussi Choi dan hanya digunakan untuk perjalanan jauh. Jika hanya bepergian di sekitar desa para tetua tak memperbolehkan mengendarai mobil.” Jawab Kyuhyun.

“Kenapa kalian sangat menakuti para tetua?” Tanya Sungmin.

Kyuhyun kembali tersenyum. “Tak tahu. Dari awal sudah diajarkan menghormati mereka.” Jawab Kyuhyun.

“Dan masalah calon istrimu, kau benar tak masalah menikah tetapi belum mencintainya?” Kali ini Sungmin menatap Kyuhyun penuh harap, berdoa agar lelaki itu ada sedikit niat untuk menolak perjodohan.

Kyuhyun sempat terdiam, namun beberapa saat kemudian tersenyum. “Bagi orang desa seperti kami yang terikat akan aturan adat maka cinta itu bukan diperuntukkan  untuk kami. Yang ada hanya adat dan budaya saja.” Jawab Kyuhyun.

“Tapi Siwon? Dia bebas memilih karena dia berani menentang.” Kembali Sungmin berujar.

“Siwon hyung. Dia itu sudah dari kecil tinggal jauh dari desa. Shindong ahjussi adalah pengusaha dari Seoul dan dia di perbolehkan membawa Nari ahjumma beserta Siwon hyung pindah ke Seoul. Sementara appaku tak bisa pindah ke Seoul karena umma tak mau. Diantara nari ahjumma dan umma, hanya umma yang sangat patuh akan adat, fanatik begitu.” Ujar Kyuhyun.

“Ah~ begitu ternyata. Pantas saja Siwon bisa menentang masalah jodohnya.” Sungmin baru mengerti.

“Benar. Mereka melepaskan Siwon hyung karena berpikir masih ada aku, melimpahkan semua padaku.” Ujar Kyuhyun lirih.

“Apa?” Sungmin tak terlalu mendengar dengan jelas ucapan terakhir Kyuhyun.

“Ah~ tidak.” Wajah Kyuhyun yang tadinya datar mulai kembali ceria seperti semula. “Tiga puluh menit lagi kita sampai noona–nim. Bersabarlah.” Ujar Kyuhyun.

“Iya~” Jawab Sungmin pasrah, mengenggam kuat bungkusan unik dalam pangkuannya.

 

***

 

Kyuhyun mengetuk pintu gerbang kayu itu beberapa kali.

“Tak ada orang?” Tanya Sungmin.

Kyuhyun tersenyum dan menatap gadis itu. “Sepertinya mereka tak mendengar.” Ujar kyuhyun. Saat matanya menatap pita yang melilit di kepala Sungmin sedikit miring, dengan perlahan tangannya terulur dan merapikan pita merah itu.

“Ini membuatku gugup.” Ujar Kyuhyun setelah selesai dengan pita Sungmin. Sungmin tersenyum, mengenggam kuat bungkusan yang sejak tadi ia bawa, pemberian Heechul.

“Apa mereka tak tahu kau datang?” Tanya Sungmin.

“Tak tahu. Memang sengaja tak memberi tahu mereka.” Jawab Kyuhyun. Sekali lagi Kyuhyun mengetuk gerbang kayu itu.

“Siapa?”

Suara dari balik pintu gerbang terdengar, membuat Kyuhyun dan Sungmin terkesiap.

“Dari keluarga Cho. Cho kyuhyun.” Jawab kyuhyun cepat.

“Ya Tuhan.”

Tak lama gerbang kayu itu terbuka dan menampilkan sosok lelaki paruh baya. “Tuan Cho.” Ujarnya seraya tersenyum.

Kyuhyun balas tersenyum. “Apa keluarga Seo ada di dalam?” Tanya Kyuhyun sopan.

“Ada tuan. Silahkan masuk.” Ujarnya seraya menggeser tubuh ke kiri, mempersilahkan Kyuhyun masuk.

Kyuhyun mengangguk. “Ayo noona–nim.” Kyuhyun tanpa sadar mengenggam tangan Sungmin dan menariknya.

Sungmin menurut, dalam hati mengingat semua yang diajarkan Heechul sebelum mereka pergi.

 

“Perhatikan langkahmu.”

“Nanti jika duduk, kau harus berlutut dulu. Ikuti cara Kyuhyun.”

“Memberikan bingkisannya juga harus dengan gerakan anggun.”

“Cerminkan sikapmu sebagaimana Hanbok indah yang tengah kau kenakan kini.”

“Berhasilnya Kyuhyun didukung kesan baikmu pada mereka.”

 

“Aish! Aku tak bisa mengingat semuanya!” Sungmin hampir berteriak saat semua ucapan Heechul menari acak dalam ingatannya.

Kyuhyun tersenyum, tahu jika Sungmin sama gugupnya dengan dia. “Noona–nim, lakukan dengan hati saja, jangan dengarkan umma.” Ujar Kyuhyun.

Sungmin menatap punggung Kyuhyun, tak percaya jika lelaki itu membebaskannya.

 

***

 

Mereka berlutut di depan tuan dan nyonya Seo. Setelah selesai, mereka duduk dengan tenang.

Tuan dan nyonya Seo yang melihat tingkah sopan dua orang itu hanya bisa tersenyum.

“Lama tak melihatmu nak.” Tuan Seo yang berujar lebih dulu.

“Benar. Kau terlihat lebih tampan sekarang.” Puji nyonya Seo.

Kyuhyun tersenyum. “Terima kasih ahjussi, ahjumma.” Kyuhyun menunduk sekilas.

“Kau kemari untuk menemui Seo Johyun?” Tanya lelaki paruh baya itu.

“Iya. Saya bermaksud menemuinya.” Ujar Kyuhyun.

Sungmin yang tak terlalu mengerti pembicaraan mereka, hanya bisa diam seraya mata menjelajah keseluruh ruangan.

‘Tak lebih baik dari rumah keluarga Cho. Apa hanya ada model rumah begini saja di sini?’ Tanya Sungmin dalam hati.

“Dia ada di taman belakang. Temuilah dia.” Ujar wanita paruh baya itu.

“Baik.” Kyuhyun membungkuk sekilas.

 

***

 

“Dimana calon istrimu?” Sungmin menatap kekiri dan kekanan. Sudah berada di taman belakang tetapi mereka belum menemukan sosok gadis itu.

“Tuan dan nyonya Seo tadi bilang di taman belakang, bukankah seharusnya ada disini?” Tanya Kyuhyun.

“Seharusnya, tapi kenyataannya tak ada.” Ujar Sungmin, masih mengedarkan pandangan dan saat matanya menangkap sesosok bayangan di balik pohon besar, Sungmin memicingkan mata. “Itu bukan?” Tanya Sungmin.

Kyuhyun menghentikan langkah dan ikut menatap objek yang di tatap Sungmin, namun saat menyadari apa yang dilihatnya, Kyuhyun segera membuang muka.

Sungmin yang terlambat menyadaripun memalingkan mukanya, tiba-tiba wajahnya memanas saat melihat ulah sosok itu. Bukan, maksudnya dua sosok itu, ternyata mereka tengah berciuman dibalik pohon.

“Benar itu dia? Sepengetahuanku gadis desa tak akan berciuman dengan pria lain yang bukan suaminya. Menurut Heechul umma begitu.” Tanya Sungmin pada Kyuhyun.

Kyuhyun terdiam sesaat. “Benar. Mereka tak akan berciuman kecuali sudah saling memiliki, menjadi sepasang suami istri.” Ujar Kyuhyun.

Sungmin terbelalak. “Jadi… jadi gadis itu… berciuman dengan suaminya?” Tanya Sungmin.

“Kyuhyun sunbae?” Suara dari belakang mereka terdengar, membuat Kyuhyun dan Sungmin membalikkan tubuh.

Kyuhyun tersenyum saat matanya menatap sosok perempuan beserta lelaki yang berada dibelakangnya.

“Apa kabar.” Sapa Kyuhyun.

Perempuan itu balas tersenyum dan mendekat kearah Kyuhyun, berhenti beberapa langkah di hadapannya. “Baik.” Jawab perempuan itu.

“Siapa dia?” Lelaki yang berada di samping Johyun bertanya, menatap tak suka pada Kyuhyun.

“Sunbaeku.” Jawab perempuan itu.

“Ah~ sunbaenya Seohyun. Apa kabar.” Lelaki itu mendekat dan mengeluarkan tangannya. “Jung Yonghwa.” Ujarnya memperkenalkan diri.

Kyuhyun menjabat tangan itu. “Cho Kyuhyun.” Jawab Kyuhyun, melepas tautan tangan mereka kemudian. “Kau suami Seo JoHyun-ssi?” Tanya Kyuhyun.

Jung Yonghwa menatap Seo Johyun lalu tersenyum. “Benar, sunbae. Aku suaminya.” Jawab Yonghwa masih tersenyum.

Lalu hening sesaat, keadaan menjadi kaku.

Sungmin yang sejak tadi diam karena tak mengerti apa yang tengah mereka bicarakan mulai mengerutkan dahi seraya menatap bergantian tiga orang itu. ‘Apa yang sebenarnya terjadi disini?’ Tanya Sungmin membatin.

 

.

~oOo~

.

 

T. B. C