KYUMIN \ FANFICTION | KISS RADIO | CHAPTER 6 / GENDER SWITCH

“Sungmin-ssi?”

Kyuhyun melambaikan tangannya di depan wajah Sungmin saat melihat gadis itu diam tak bereaksi menanggapi ajakannya.

.

~oOo~

.

Kiss Radio

.

Presented by Melani KyuminElfSha

.

FanFiction

.

Chapter :: 6

.

Genre :: Romance, Family, Drama, Hurt.

.

Rate :: T

.

Warning :: GS For Sungmin, Tak sesuai EYD, OOC, Typo(s).

.

Disclaimer :: KyuMin milik Tuhan, Orang tua mereka, Super Junior, Elf, SparKyu, Pumpkins, Joyer. Dan Saya hanya pinjam nama mereka ^^

.

~oOo~

.

 

“Ye?” Sungmin tersadar dan segera menatap Kyuhyun dengan tatapan bingung.

“Sudah selesai bukan? Bisa kita langsung pulang?” Kyuhyun sekali lagi bertanya kali ini ia melihat sekilas arloji di pergelangan tangan kirinya.

Sungmin kembali membeku dan melihat itu Kyuhyun hanya bisa menghela nafas berat. “Ayo.” Pria itu tanpa sadar mengenggam tangan kiri Sungmin dan menariknya agar melangkah. Sungmin tak bisa melakukan apapun selain menurut. Saat Sungmin melihat lagi tautan hangat tangan mereka Sungmin hanya bisa tersenyum tertahan.

Saat mereka akan menerobos hujan, Kyuhyun dengan cekatan mengambil payung yang ia sandarkan di dekat tiang dan mengembangkannya agar terbuka. Sebelum tubuh mereka basah, Kyuhyun segera memayungi mereka berdua dan kembali menarik Sungmin agar melangkah menerobos hujan.

Sungmin hanya diam. Tak mempermasalahkan jika sebagian baju dan celananya basah karena gadis itu tak terlalu melihat langkahnya namun lebih memilih melihat wajah Kyuhyun di sampingnya. Tampaknya Sungmin tak bisa mengendalikan diri lagi jika berada di dekat Kyuhyun.

“Masuklah.”

Sungmin terkesiap saat mendengar perintah pria itu dan baru menyadari jika kini ia sudah berada di samping mobil pria itu yang terparkir di dekat pagar studio. Kyuhyun membukakannya pintu dan tanpa banyak kata Sungmin segera masuk, duduk dengan benar seraya memasang sabuk pengamannya. Sekali lagi Sungmin baru menyadari jika sebagian bajunya basah, membuat gadis itu harus mengibaskan baju bagian sampingnya agar terbebas dari air. Cara itu tak cukup efektif karena Sungmin malah semakin kedinginan.

Kyuhyun yang baru masuk segera menyalakan pemanas mobil, cara itu cukup membantu mengusir gigilan yang sebentar lagi menyerang mereka.

Tanpa banyak kata Kyuhyun segera mengendarai mobilnya membelah kepungan air dan tak sedikitpun ingin membuka percakapan dengan Sungmin. Sementara itu Sungmin juga berpikir sama, tak ingin membuka percakapan dan lebih memilih menyandarkan tubuhnya agar merasa nyaman. Pandangan redup Sungmin terus disuguhkan oleh pemandangan hujan yang dengan bringas menghantam kaca depan mobil Kyuhyun. Hujan dini hari ini benar-benar deras, melihatnya membuat Sungmin menguap beberapa kali dan rasa kantuk mulai menderanya. Namun Sungmin bertekad tak ingin tidur, walau tak ada pembicaraan di antara mereka Sungmin ingin menemani Kyuhyun hingga tiba di rumah nanti.

Tiga puluh menit kemudian mereka tiba di depan rumah dan dengan cekatan Kyuhyun keluar dari mobil tak lupa membawa payung. Pria itu tak langsung memasukkan mobilnya ke garasi dan lebih memilih mengantar Sungmin dahulu.

Sungmin keluar dari mobil saat Kyuhyun membuka pintu sebelahnya dan sudah bersiaga memayunginya. Namun baru saja Sungmin menapaki tanah, angin kencang menerpa mereka hingga payung yang ada di tangan Kyuhyun terbang menjauh.

“Oh!!” Kyuhyun kaget dan berniat mengejar payungnya namun segera Sungmin tahan lengan pria itu.

“Langsung masuk saja.” Ujar Sungmin dan tanpa sadar Kyuhyun mengarahkan tatapannya pada gadis itu. Betapa kagetnya Kyuhyun saat melihat tubuh Sungmin sudah basah sempurna, tak terkecuali tubuhnya.

“Ayo.” Mereka melangkah teresa-gesa menuju teras, setelah berada di sana Kyuhyun tak membuang waktu untuk membuka pintu dengan kunci cadangan yang ia miliki.

 

***

 

Setelah tiba di kamarnya Kyuhyun segera menyalakan penghangat ruangan dan berniat membuka baju. Namun niat itu sirna saat ia menyadari jika Sungmin tak masuk ke kamar. Kyuhyun membalikkan tubuh dan melihat Sungmin masih setia berdiri di ambang pintu, jangan lupakan jika gadis itu tengah bergetar menahan gigil.

“Apa yang kau lakukan?” Tanya Kyuhyun seraya mengerutkan dahi.

Sungmin menggeleng pelan. “Bisa ambilkan aku handuk? Jika aku masuk maka kamarmu ikut basah.” Jawab Sungmin dengan suara bergetarnya.

Kyuhyun terdiam sesaat, menatap gadis itu dengan pandangan yang sulit diartikan sebelum kakinya melangkah menghampiri Sungmin.

“Tak masalah. Jika basah nanti bisa di keringkan lagi.” Ujar Kyuhyun, kembali tangannya tanpa peringatan mengenggam tangan Sungmin, menarik gadis itu agar ikut masuk.

Sungmin melangkah dengan kikuk dan saat Kyuhyun melepaskan genggaman mereka demi mencari sesuatu Sungmin hanya bisa berdiri dalam diam di dekat ranjang.

Kyuhyun kembali dengan mantel mandi di tangannya. “Mandilah.” Perintahnya seraya menyerahkan mantel mandi itu pada Sungmin, gadis itu menerimanya dan berniat mengucapkan terima kasih namun Kyuhyun lebih dulu melangkahkan kaki, kali ini pria itu meninggalkannya sendiri di kamar.

Sungmin menghela nafas berat sebelum melangkahkan kaki menuju kamar mandi yang kebetulan berada di kamar.

 

***

 

Dua puluh menit Sungmin habiskan untuk membersihkan diri, tak lupa gadis itu mencuci rambutnya. Sejak tadi Sungmin sudah bersin beberapa kali dan membuat gadis itu sadar jika ia akan terkena flu besok, paling jauh demamnya kembali kambuh.

Saat Sungmin keluar kamar mandi Kyuhyun belum kembali, tak tahu kemana dan Sungmin hanya bisa diam seraya melangkah menuju ranjang, duduk di tepinya kemudian mengarahkan tatapan kearah jendela. Di luar sana masih hujan lebat dan dalam keadaan seperti ini Sungmin yakin dirinya akan tertidur pulas.

“Minumlah.”

Sungmin hampir terlonjak dari duduk saat mendengar perintah itu. Saat ia melihat ke samping, Kyuhyun sudah berdiri memegang gelas berisi air mineral dan bungkus obat di kedua tangannya. Sejak kapan pria itu berada di kamar? Sungmin sama sekali tak mendengar kedatangannya. Mungkin karena suara hujan yang membuat gadis itu tak bisa mendengar dengan jelas.

Saat Sungmin perhatikan lagi baju yang Kyuhyun kenakan sudah berbeda dan tak basah, Sungmin mengambil kesimpulan jika Kyuhyun keluar kamar untuk mandi di tempat lain. Kamar mandi tamu mungkin. Yang jelas tampilan pria itu kini sudah berbeda.

Melihat Kyuhyun yang masih mengulurkan tangannya membuat Sungmin menurut, menerima pil putih itu dan menelannya, sebelum tersedak Sungmin segera meneguk  air mineral yang pria itu berikan. Kyuhyun hanya memperhatikan dalam diam sebelum menerima uluran gelas kosong dari Sungmin dan meletakkannya di meja belajar.

“Pukul berapa sekarang?” Tanya Sungmin dengan suara serak. Karena terus bersin membuat suaranya berubah dalam sekejap.

Kyuhyun menyipitkan mata melihat Sungmin tanpa gadis itu ketahui. Bukannya menjawab pertanyaan Sungmin, Kyuhyun malah mengambil handuk kecil dan tanpa peringatan sebelumnya mulai mendekati Sungmin, menggosok rambut basah gadis itu dengan gerakan pelan dan teratur.

Sungmin membeku dalam duduk namun tak mencegah perbuatan Kyuhyun. Bagaimana ia mampu mencegah jika hal ini yang kerap kali menjadi impiannya. Sungmin yang semula menegang mulai bisa melukiskan senyum, merasakan dengan seksama usapan lembut pria itu yang bermaksud ingin mengeringkan rambutnya.

Namun beberapa detik kemudian Sungmin tak merasakan pergerakan tangan pria itu di kepalanya, untuk kemudian handuk di kepalanya sudah berpindah tempat.

“Maaf.” Kyuhyun berujar dan tak ingin menatap matanya, membuat Sungmin yang awalnya bingung dengan sikap pria itu perlahan mulai mengerti. Kyuhyun hanya cemas dan perhatian padanya saat tengah sakit saja dan detik itu pula Sungmin merasa jika sakit lebih menguntungkan untuknya.

Tak ada pembicaraan setelah itu, hanya suara hujan lebat di luar sana yang menjadi teman kesunyian di antara mereka.

Menyadari keadaan itu Sungmin menghela nafas berat sebelum merampas handuk yang sejak tadi Kyuhyun genggam. Pria itu awalnya kaget dengan tingkah Sungmin namun lebih memilih diam.

“Rambutmu juga masih basah. Kau bisa sakit.” Ujar Sungmin sebelum beringsut mendekati Kyuhyun, berniat mengusap rambut coklat itu namun gagal saat Kyuhyun menahan pergelangan tangannya. Sungmin terdiam lagi dan kali ini mata mereka bertemu tatap dengan jarak yang bisa dikatakan dekat.

Jeda sesaat sebelum Sungmin berniat mengalihkan tatapannya kearah lain. Sungmin rasa dirinya akan semakin sulit dikendalikan jika sudah terjatuh lebih dalam pada pesona Kyuhyun, lalu posisi mereka sekarang juga sangat berbahaya, belum lagi kesunyian yang mengelilingi mereka yang membuat kecanggungnan makin menjadi-jadi. Namun niat menghindar itu hanya sebatas niat karena di saat detik yang sama Kyuhyun malah menariknya, membenturkan bibir mereka dengan tiba-tiba.

Jelas hal itu membuat Sungmin kaget bukan main.

 

***

 

Donghae mempercepat langkahnya menyusuri koridor untuk sampai di kantin. Setelah berada di ambang pintu pandangan pria itu segera mengedar dan tersenyum saat melihat Sungmin duduk di meja kantin.

“Kenapa memanggilku?” Tanya Donghae saat sudah berhasil mencapai Sungmin, duduk di depan gadis itu. “Bukankah kau tak ada jadwal kuliah hari ini?” Tanya Donghae heran.

Sungmin yang sejak tadi tersenyum dalam diam mulai menatap Donghae. “Tak ada. Hanya ingin bertemu denganmu karena sudah lama kita tak berjumpa.” Jawab gadis itu.

Donghae tersenyum seraya menggelengkan kepalanya. “Dasar gadis aneh.” Ujar Donghae dan Sungmin balas tersenyum, senyum yang berbeda dan Donghae segera mengetahui perbedaan itu. “Kau kenapa? Tampaknya bahagia sekali.” Selidik Donghae.

“Tidak ada.” Kembali Sungmin menggeleng.

Donghae makin curiga dan terus memperhatikan Sungmin. “Aneh sekali. Kau bilang sakit namun setelah satu minggu malah sumringah seperti ini.” Selidik Donghae lagi.

Sungmin kembali tersenyum sebelum membuka mulut. “Ya~ kurasa lebih baik aku tetap sakit.” Ujarnya yang membuat Donghae membulatkan mata.

“Kau gila? Darimana baiknya jika kau malah sakit?” Tanya Donghae tak percaya.

Sungmin masih setia tersenyum sebelum terdiam beberapa detik. “Aku pikir aku memang gila. Tapi aku tak bisa melakukan apapun lagi kecuali melakukan hal yang membuatnya memperhatikanku.” Ujar Sungmin pelan.

“Oh Tuhan. Jadi karena Cho Kyuhyun itu kau jadi gila begini. Parah sekali.” Ujar Donghae frustasi.

Sungmin diam tak menjawab dan tanpa sadar pandangannya mengedar. Entah kenapa sekarang ia ingin melihat Eunhyuk. Sudah lama Sungmin tak melihat wajah marahnya dan kemarin malam gadis itu juga tak bergabung ke radio, membuat Sungmin benar-benar penasaran bagaimana keadaan Eunhyuk sekarang. Setidaknya mengetahui perkembangan hubungan hubungan Eunhyuk dan Donghae.

Namun sudah memeriksa sekeliling kantin Sungmin tak menemukan sosok itu. Apa Eunhyuk tak ada jadwal kuliah hari ini? Memikirkan itu membuat Sungmin berniat menanyakannya pada Donghae, sekedar pertanyaan basa-basi. Namun saat mata Sungmin tak sengaja menatap satu orang gadis yang baru masuk ke kantin dan berdiri di ambang pintu Sungmin langsung tersenyum dan berniat memanggil gadis itu, Eunhyuk. Sungmin yakin jika gadis itu melihatnya namun entah kenapa Eunhyuk malah menatapnya sedih sebelum tertunduk murung, sangat murung hingga gadis itu memilih pergi dari kantin.

Sungmin mengerutkan dahi melihat tingkah gadis itu. Ada yang aneh dengan Eunhyuk dan membuat Sungmin dengan cepat menatap kearah Donghae.

“Hae. Kau tahu Lee Eunhyuk. Gadis yang menyelamatkanku itu…”

Donghae menggeram sebelum menatap Sungmin tajam. “Berhenti membicarakannya.” Ujar pria itu sebelum berdiri dari duduk, tanpa kata meninggalkan Sungmin sendiri di tempatnya.

Sungmin mengerutkan dahi saat melihat gelagat Donghae. Kenapa dua orang itu bertingkah aneh? Apa yang terjadi seminggu belakangan ini yang tak ia ketahui?

 

***

 

Jam sebelas malam Sungmin sudah tiba di lobi stasiun radionya dan kembali heran saat melihat lobi itu masih saja ramai.

“Sunbae.” Sungmin menyapa hangat para penyiar seniornya yang kebetulan berkumpul dan duduk di sofa lobi.

“Sungmin hoobaeku. Kemari sebentar. Kita berbincang sebelum kau memulai siaran.” Ujar perempuan itu seraya melambai pada Sungmin.

Sungmin tersenyum dan mengangguk, duduk di antara seniornya dan mencoba membawa diri bersama mereka. “Membicarakan apa Sunbae? Serius sekali.” Tanya Sungmin seraya menatap satu persatu kelima seniornya.

“Ini Min. Kami penasaran dengan pemilik baru stasiun radio ini.”

“Ah~” Sungmin mengangguk, ternyata pembicaraan seputar pemilik baru itu lagi.

“Dan kau tahu Min? Ada berita yang menyebutkan bahwa pemilik baru itu datang menjemput kekasihnya kemarin.”

“Datang kemarin?” Dahi Sungmin mengerut. “Jangan bilang kekasihnya penyiar disini.” Sambung Sungmin.

“Itu dia yang masih menjadi misteri. Apa lagi setelah diselidiki mobil yang pemilik baru itu bawa sama persis dengan mobil yang sering terparkir tengah malam di depan pagar stasiun radio kita.”

“Wah. Berita yang menghebohkan.” Ujar Sungmin.

“Kau tak tahu berita ini?”

Sungmin menggeleng. “Tak tahu sunbae. Semua isu yang kudapatkan hanya dari penyiar lain.” Ujarnya.

“Baiklah. Kami kira kau tahu karena kau terus berjaga tengah malam disini. Kau bisa segera ke studio jika begitu.” Ujar mereka dan Sungmin hanya bisa tersenyum.

“Aku pergi dulu sunbae.” Sungmin bangkit dan mulai melangkah meninggalkan sofa lobi, mendekati lift yang nanti membawanya menuju ruang siar.

 

***

 

“Sudah datang?” Tanya Shindong kala melihat Sungmin duduk di sampingnya.

“Hm.” Sungmin hanya mengangguk dan menatap ruang siar yang terpisah oleh kaca transparan dengan tempat mereka duduk sekarang. “Nari? Mana Ryeowook?” Tanya Sungmin heran melihat penyiar malam ini bukan Ryeowook.

“Jadwalnya berubah. Sama seperti yang akan kau terapkan mulai minggu besok.” Ujar Shindong.

“Benar juga. Aku ingin bertanya tentang perubahan jadwal. Bagaimana bisa jadwalku berubah tanpa pemberitahuan sebelumnya?” Tanya Sungmin.

Shindong mengendikkan kedua bahu. “Aku juga tak tahu Min. yang kutahu surat perubahan jadwal itu datang secara mendadak. Aku tak bisa melakukan apapun jika keputusannya dari atasan.” Jelas Shindong yang membuat Sungmin menghela nafas. Sungmin membenarkan ucapan pria itu, tak ada yang bisa mereka lakukan jika perintah itu datang langsung dari atasan.

“Kemarin kau pulang dengan siapa?” Tanya Shindong dan saat itu pula membuat Sungmin salah tingkah.

“Itu…” Sungmin bingung ingin menjawab apa dan Shindong menangkap gelagat gugup gadis itu.

“Suamimu?” Tebak Shindong dan mau tak mau Sungmin mengangguk sebagai jawaban. Pria itu hampir tertawa melihat gelagat Sungmin. “Pantas saja kau jadi salah tingkah begini.” Ejeknya.

Sungmin membulatkan mata, menatap Shindong tak percaya. “Aku salah tingkah? Tidak mungkin terjadi tuan.” Ujar Sungmin membantah.

Shindong tak menjawab, lebih memilih tertawa keras.

 

***

 

“Kembali lagi di tengah malam penuh cerita, ditemani Minnie disini dan masih setia menunggu Kisser semua. Yang susah tidur, terkena insomnia atau bahkan sedang gundah bisa menceritakan masalahnya pada Minnie.” Ujar Sungmin.

“Namun sebelum menyapa panggilan pertama kita, untuk tengah malam ini Minnie mau menyampaikan pada Kisser semua jika perhatian itu adalah yang membahagiakan, jadi bagi kalian yang masih mampu melihat, merasakan bahkan berdekatan dengan orang yang kalian cintai sebaiknya kalian menaruh perhatian lebih untuknya walau tak perlu ditunjukkan secara gamblang.” Ujarnya. Dan saat dering telepon terdengar tanpa buang waktu Sungmin segera menghubungkannya.

“Selamat tengah malam. Siapa disana?” Tanya Sungmin.

“Perhatian, eoh? Bicara apa kau?” Tanya sosok di seberang sana dan Sungmin segera tersenyum mendengar suara itu.

“Hyuk-ah. Akhirnya kau bergabung. Malah menjadi penelepon pertama.” Ujar Sungmin.

“Saat kau bercuap-cuap di awal tadi aku sudah berusaha menelepon, jadi wajar jika aku menjadi penelepon pertama.” Jawab Eunhyuk.

Sungmin tersenyum mendengar jawaban itu. “Kukira kau tak akan menelepon lagi seperti malam kemarin.”

“Itu karena kau menghilang seminggu lebih. Aku jadi terbiasa tidur lebih awal dan saat mengetahui kau tadi malam siaran membuatku tak mau kalah untuk malam ini.” Ujar gadis itu.

Sungmin kembali tersenyum. “Lalu ada cerita apa? Kuharap perkembangan baik antara kau dan Donghae.”

Tak ada jawaban untuk beberapa detik dan Sungmin mengerutkan dahi heran mengetahui bungkamnya Eunhyuk. “Hyuk?” Panggil Sungmin.

“Aku ingin meminta maaf pada Lee Sungmin itu tapi dia juga sama denganmu, hampir seminggu tak terlihat di kampus dan Donghae selalu menyendiri di kantin.” Ujarnya membuka cerita.

“Itu bagus. Jika Donghae tengah sendiri kenapa tak kau dekati dia?” Tanya Sungmin.

“Rencana busuk itu sudah menari-nari di otakku. Kau tenang saja Min. Aku sudah menghampirinya dan kau tahu? Kami berkenalan secara resmi.” Ujar Eunhyuk sedikit ceria.

“Omo! Benarkah? Aku menyesal mengetahui berita baik ini belakangan.” Jawab Sungmin.

“Tapi Min, itu hanya berlangsung sesaat. Setelah aku berbicara padanya, wajah Donghae yang semula tampak bersahabat mulai berubah menjadi terluka. Aku menyesal telah membohonginya.” Ujar Eunhyuk.

Sungmin mengerutkan dahi. Belum mengerti kemana arah pembicaraan Eunhyuk. “Berbicara mengenai?”

Terdengar helaan nafas berat di seberang sana sebelum Eunhyuk menjawab. “Sudah beberapa hari kupikirkan dan aku memang harus memberitahu Donghae.” Ujar Eunhyuk.

“Mengenai?” Tanya Sungmin lagi.

“Aku mengaku di depannya jika akulah yang menampar Sungmin.” Jawab Eunhyuk.

Sontak mata Sungmin membulat, tak percaya dengan pendengarannya. “Kau… mengaku?” Tanya Sungmin memastikan.

“Iya. Entah kenapa hati kecilku menginginkan pengakuan ini. Bagaimanapun aku yang jahat, tak seharusnya membiarkan Lee Sungmin menutupi kejahatanku.” Ujar Eunhyuk dengan nada sedih.

Sungmin diam sesaat, mencari kalimat yang bagus agar Eunhyuk tak semakin sedih. “Jika Sungmin mau menutupi kejahatanmu maka aku bertaruh jika dia tak mempermasalahkan mengenai ini. Aku yakin Lee Sungmin memang ingin melindungimu.” Ujarnya.

“Jika memang benar begitu maka dia gadis yang baik. Aku telah salah menilainya.” Ujar Eunhyuk. “Tadi siang aku ingin meminta maaf padanya tapi melihat dia bersama Donghae membuat nyaliku mengkerut. Mungkin aku akan mempunyai keberanian jika dia tengah sendiri, tak bersama dengan Donghae. Jujur aku belum berani menemui pria itu setalah melihat secara langsung wajah kecewanya. Aku memang gadis jahat.” Ujar Eunhyuk.

Sungmin segera menggeleng. “Jangan hukum dirimu seperti itu Hyuk, kau bukan gadis jahat.” Ujar Sungmin cepat.

“Terima kasih Min. Kau memang yang terbaik setelah mengetahui semua tingkah brutalku. Tapi mungkin ini akan menjadi akhir.” Ujar Eunhyuk.

“Apa maksudmu?” Tanya Sungmin heran.

“Setelah aku berhasil meminta maaf pada Lee Sungmin dan masalah cinta sepihakku pada Donghae selesai mungkin aku tak akan bergabung lagi kesini. Cerita cintaku telah pupus dan tak ada alasan lagi untuk bergabung ke acaramu Min. Aku akan menjadi pendengar yang baik saja.” Ujar Eunhyuk.

“Apa? Kenapa begitu?” Tanya Sungmin kaget.

“Kau memang baik Min. Maafkan semua kesalahanku jika aku membuatmu sakit hati tanpa sengaja. Sampai jumpa Min. Kuharap kau tak menemukan lagi penelepon sepertiku.” Ujar Eunhyuk dan mendadak sambungan terputus.

Sungmin terpaku mendengarkan sambungan terputus itu namun segera tersadar saat beberapa detik kemudian mendengar ketukan kaca transparan karena ulah Shindong. Sungmin mengusap wajahnya dan menahan air mata yang ingin keluar. Apa kali ini ia ditolak lagi sebagai teman? Kenapa tak ada seorang gadispun yang mau berteman denganya? Hanya Donghae dan semua gadis yang ia temui selalu menatapnya sinis. Apa ia memang tak pantas mendapatkan teman seorang gadis? Memikirkan itu membuat Sungmin merasa sedih.

“Penelepon kedua sudah bergabung. Kita sapa. Halo.” Ujar Sungmin tanpa sadar menerima panggilan yang sejak tadi minta diperhatikan.

Shindong di seberang ruangan menepuk dahinya melihat tingkah Sungmin, harusnya perempuan itu meminta diputarkan lagu, bukannya menerima penelepon lagi. Shindong tak bisa berbuat apapun selain membiarkannya. Lagipula ini acara Sungmin jadi terserah perempuan itu ingin melakukan apa saja.

“Kenapa dengan suaramu? Menahan tangis ya?” Suara Gaem terdengar dan semakin membuat Sungmin sedih.

“Tidak.” Jawab Sungmin dan tanpa sadar menitikkan air matanya. Secepat kilat ia usap air mata itu sebelum isakan berhasil menguasai suaranya.

“Apa yang Lee Eunhyuk itu katakan hingga kau begini?” Tanya Gaem lagi.

“Tidak. Bukan karena dia.” Jawab Sungmin pelan. “Kau ada cerita apa? Bicaralah agar aku bisa mengalihkan perhatianku.” Sambung Sungmin.

“Sebelumnya aku ingin menasehati Lee Eunhyuk itu. Aku tahu kau belum tidur Eunhyuk-ssi. Ini bisa menjadi pelajaran untukmu, harusnya kau tak cepat menilai sebelum mengenal pribadi seseorang. Dan masalah taruhan saat itu jangan kau kira aku melupakannya. Aku tetap akan menangih taruhan itu suatu hari nanti apapun caranya. Jika kau ingin bukti aku bisa dengan mudah mencarimu dan langsung menikahkanmu dengan Donghae-Donghae itu kapanpun aku mau.” Ujar Gaem panjang lebar yang entah kenapa membuat Sungmin tersenyum.

“Hanya Donghae. Lee Donghae.” Koreksi Sungmin.

“Aku tak peduli.” Jawab Gaem. “Sebenarnya aku sudah kesal dengan Eunhyuk yang main menghina Lee Sungmin. Walau mungkin bukan orang yang sama namun tetap saja aku merasa dia menghina Sungmin gadisku.” Ujar Gaem lagi.

“Kau perhatian sekali, dan kulihat kau sekarang sudah berkembang. Kemana sifat sok misteriusmu itu?” Tanya Sungmin.

“Aku tak tahu. Kau yang menghilangkannya.” Jawab Gaem seenak hati.

“Aku? Kau benar-benar. Jangan menuduh orang sembarangan.” Ujar Sungmin sedikit kesal.

“Mendapati kelakuanmu menahan tangis setelah di tolak Eunhyuk tadi biar kutebak bagaimana sifatmu. Apa kau perempuan berhati lembut?” Tanya Gaem yang sukses membuat tawa Sungmin menguar.

“Berhati lembut? Walau tak benar namun aku tersanjung.” Jawab Sungmin.

“Kuanggap itu jawaban iya. Dan karena kau perempuan berhati lembut, apa yang kau sukai jika menyangkut hubungan cinta?” Tanya Gaem lagi.

“Yang kusukai?” Tanya Sungmin seraya berpikir. “Aku juga tak tahu pasti.” Jawabnya.

“Diantar-jemput?”

“Aku suka.” Jawab Sungmin seraya tersenyum.

“Satu payung berdua dibawah guyuran hujan?” Tanya Gaem lagi.

Sungmin masih tersenyum. “Aku juga suka.” Jawab gadis itu.

“Aku baru tahu jika kau memiliki kepribadian yang menyukai hal-hal payah begini.” Ejeknya namun tak membuat Sungmin tersinggung.

“Tak masalah. Manusia itu berbeda, tak mungkin semuanya memiliki satu selera.” Jawab Sungmin logis.

“Baik. Jika makan malam romantis di temani lilin?”

“Aku suka.” Jawab Sungmin.

“Berpegangan tangan?”

“Aku suka.”

“Mandi bersama?”

Sungmin mengerutkan dahi mendengar pertanyaan sedikit vulgar itu. “Aku belum memikirkannya sampai sejauh itu.”

“Satu mobil berdua?” Tanya Gaem lagi.

“Aku suka. Itu seperti terjebak di dalam dunia lain dan hanya ada aku dan dia.” Jawab Sungmin seraya tersenyum.

“Begitu?” Tanya Gaem. “Tapi semua gadis mau yang berhati lembut atau tidak akan menyukai hal romantis begitu. Darimana aku bisa tahu tanda-tanda Sungminku mulai mencintaiku?” Tanya Gaem memastikan.

“Sudah ada perkembangan?” Tanya Sungmin antusias.

“Ya~ maksudku… aku mungkin salah paham juga seperti Eunhyuk. Entah kenapa aku merasa dia juga menyukaiku karena dia tak menolak ketika kuci… maksudku dia tak menolak. Beritahu aku ciri-ciri gadis yang tengah jatuh cinta.” Ujar Gaem sedikit gugup dan sukses membuat Sungmin tersenyum.

“Hm.” Sungmin sedikit berpikir, berpikir dan berpikir hingga ia menemukan satu jawaban. “Jika dia menuruti apapun kemauanmu, apapun perkataanmu dan dia menurutinya tanpa ragu itu pertanda dia mencintaimu.” Jawab Sungmin.

“Benarkah?” Tanya Gaem lagi.

Sungmin menganggukkan kepala walau tahu pria itu tak akan melihat. “Tapi untuk apa kau bertanya semua ini? Apa yang kau rencanakan?”

“Hanya untuk referensi. Lagipula kau tak perlu tahu rencanaku. Ini rahasia.” Jawab Gaem asal.

“Apa? Referensi seperti apa?” Tanya Sungmin mulai kesal, merasa jika ia dibodohi oleh pria itu lagi.

“Sudah kukatakan kau tak perlu tahu. Aku tutup dulu. Annyeong Minnie.” Ujar Gaem seraya memutuskan panggilan.

Diputuskan secara sepihak lagi namun Sungmin tersenyum mendapati tingkah pria itu. Dan pria tadi memanggilnya Minnie? ‘Andai saja Kyuhyun memanggilku seperti itu juga.’ Batinnya

 

***

 

Karena kunci cadangan yang ibu mertuanya berikan kini Sungmin sudah berada di kamarnya, kamar Kyuhyun lebih tepatnya. Saat gadis itu baru saja menapakkan kaki di kamar itu Kyuhyun tak ada disana. Entah dimana dia, mungkin lembur di kantor. Sungmin hanya menghela nafas berat mengetahui suaminya kembali sibuk bekerja.

Setelah Sungmin menyalakan lampu, perempuan itu mendekati ranjang dan melempar sembarangan syal dari lehernya. Sengaja perempuan itu tak menutup pintu kamar karena berniat mengambil air mineral setelah ia berganti pakaian.

Sungmin masih berdiri seraya memunggungi arah pintu dan tak sadar jika seseorang mendorong pintu itu agar bergerak perlahan dan tak lama mengeluarkan bunyi khas pintu tertutup. Sungmin hampir terlonjak mendengar suara itu, ia kira tak ada angin kencang yang bisa membuat pintu itu tertutup sendiri. Sungmin berniat membalikkan tubuh sekedar melihat apa yang terjadi, membuatnya batal melepas pakaian yang tengah gadis itu kenakan, namun baru saja Sungmin berbalik dan matanya menangkap sosok yang bersandar di belakang pintu kembali gugup mendera Sungmin. Di pintu itu Sungmin yakin sekali jika pria itu Kyuhyun, matanya menatap Sungmin lekat hingga membuat Sungmin mati rasa seketika.

Sungmin bingung sejak kapan pria itu ada di kamar ini. Kenapa saat Sungmin masuk tadi pria itu tak terlihat sama sekali.

Kyuhyun mulai melangkah mendekatinya dan membuat Sungmin makin membeku dalam berdiri. Sungmin ingin mundur beberapa langkah namun tak bisa, kakinya seperti terpaku hingga Kyuhyun kini berada di depan matanya. Saat keheningan semakin mencekam Sungmin lebih memilih menegakkan kepala dan menatap tepat ke mata pria itu.

“Kenapa baru pulang?” Suaranya terdengar parau dan Sungmin semakin tak mengerti dengan pria itu. Seorang Kyuhyun menanyakan perihal dirinya? Jujur membuat Sungmin bingung.

“Ini memang jam pulangku. Maaf jika membuat Kyuhyun-ssi terganggu.” Ujar Sungmin.

“Memang menganggu.” Ujar Kyuhyun dingin namun terus menatap ke matanya. “Jika aku memintamu berhenti jadi penyiar akankah kau melakukannya?” Tanya Kyuhyun.

Sungmin membulatkan mata mendengar pertanyaan Kyuhyun. Pertanyaan sarat akan perintah. Tanpa berpikir matangpun Sungmin akan segera menyanggupi permintaan pria itu, namun jika mendadak begini Sungmin kaget juga.

“Iya. Aku akan melakukannya.” Jawab Sungmin.

Mendengar jawaban itu Kyuhyun memandang Sungmin tak percaya, namun beberapa saat kemudian pria itu berhasil menetralkan rasa kagetnya. Sekali lagi Kyuhyun melangkah, membuat jarak mereka semakin dekat.

Sungmin diam, tak lagi berusaha mundur apa lagi saat pria itu mengenggam tangan kirinya.

“Kenapa kau menyanggupinya tanpa mengetahui alasanku?” Tanya Kyuhyun seraya mengeratkan genggaman mereka, namun matanya masih setia mengunci pandangan Sungmin.

Sungmin diam sejenak. Ia harus menjawab apa? Mengaku karena ia mencintai pria itu dan rela melakukan apa saja asal pria itu bahagia? Sepertinya rencana yang buruk.

“Apa karena kau…” Kyuhyun menggantungkan kalimatnya sebentar, menatap dalam ke mata Sungmin seolah menyelaminya sampai ke dasar. “Menyukaiku?” Sambung pria itu lagi.

Sungmin balas menyelami manik kelam pria itu sebelum menggeleng. “Aku mencintaimu.” Ujar Sungmin tanpa sadar, namun beberapa detik kemudian segera merutuki dirinya dalam hati, bagaimana bisa ia dengan lancang mengungkapkan perasaannya.

Kembali hening beberapa saat, mereka sama-sama bungkam sebelum Kyuhyun menarik Sungmin agar lebih dekat. Tanpa peringatan sebelumnya pria itu mulai memejamkan mata, mendekatkan wajah mereka dengan gerakan perlahan.

Sungmin terkesiap melihat itu dan gerakan pelan Kyuhyun sebenarnya bisa gadis itu hindari jika dia tak ingin, namun entah kenapa Sungmin lebih memilih ikut memejamkan matanya, mengeratkan genggaman tangan mereka seraya menunggu hal apa yang akan suaminya lakukan.

 

.

~oOo~

.

 

T. B. C