KYUMIN \ FANFICTION | KISS RADIO | CHAPTER 8 / GENDER SWITCH

“Jangan pergi.”
Sungmin kaget mendengar ucapan itu namun beberapa detik kemudian tersenyum samar.

.
~oOo~
.
Kiss Radio
.
Presented by Melani KyuminElfSha
.
FanFiction
.
Chapter :: 8
.
Genre :: Romance, Family, Drama, Hurt.
.
Rate :: T
.
Warning :: GS For Sungmin, Tak sesuai EYD, OOC, Typo(s).
.
Disclaimer :: KyuMin milik Tuhan, Orang tua mereka, Super Junior, Elf, SparKyu, Pumpkins, Joyer. Dan Saya hanya pinjam nama mereka ^^
.
~oOo~
.

 

“Aku tidak akan pergi.” Jawab Sungmin setengah berbisik dan dengan berani balas memeluk Kyuhyun.
“Benarkah?” Kyuhyun bertanya dengan suara parau, makin mengeratkan pelukannya di pinggang Sungmin.
“Hm. Aku akan terus di sini.” Jawab Sungmin seraya mengusap punggung Kyuhyun lembut. Badan itu masih hangat dan Sungmin ingin sekali membuatnya normal seperti semula.
“Tapi tadi siang saat aku bangun kau tak ada, aku cari di manapun kau tak ada.” Kyuhyun kembali berbicara dan kali ini entah disengaja atau tidak kembali menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Sungmin, wangi sabun mandi itu menguar dari sana dan tanpa Sungmin sadari Kyuhyun tersenyum di balik helai rambut gadis itu.
“Maaf. Aku tadi ke kampus dan setelahnya ke gedung radio. Aku tak bermaksud meninggalkan Kyuhyun-ssi.” Jawab Sungmin.
“Tak masalah. Aku senang kau sekarang sudah ada di sini.” Jawabnya.
Sungmin kembali tersenyum. Ada yang berbeda dari sikap dan ucapan Kyuhyun jika ia tengah demam seperti ini dan Sungmin bahagia, katakanlah dia jahat karena mengambil keuntungan dari sakitnya Kyuhyun namun jika pria itu bersikap manja seperti ini Sungmin sangat amat bahagia.
“Tapi…” Sungmin melepaskan pelukan mereka dan menangkup kepala Kyuhyun, memaksa pria itu agar menatapnya. “Kau belum makan dari tadi pagi?” Tanya Sungmin memastikan.
“Hm.” Kyuhyun mengangguk dan membiarkan kedua tangan Sungmin menangkup di sisi kepalanya.
“Bagaimana kau akan sembuh jika begini?” Sungmin dengan refleks mendaratkan punggung tangannya di dahi Kyuhyun dan memeriksa suhu tubuh pria itu dari sana. “Kenapa tak ada penurunan suhu sejak tadi.” Lirih Sungmin namun masih dapat didengar Kyuhyun. Pria itu tersenyum sebelum mengenggam tangan Sungmin yang berada di dahinya.
“Jangan cemas, besok pagi aku sudah bisa berkeliaran kemana-mana.” Jawab Kyuhyun.
Sungmin tersenyum mendengar ucapan konyol itu. “Aku membawakanmu bubur. Kau harus makan, mengerti?” Sungmin dengan lembut menarik tangannya dari genggaman Kyuhyun sebelum berdiri. “Tapi kau harus duduk di posisi yang nyaman.” Sungmin menatap arah ranjang dan sedikit berpikir. “Hm. Sebaiknya kau bersandar di alasi bantal. Bagaimana?” Tanya Sungmin.
Kyuhyun tersenyum tertahan mendengar ucapan itu namun selanjutnya mengangguk. “Sepertinya nyaman.” Jawab pria itu.
Sungmin tersenyum sekilas sebelum menelatkkan bantal empuk itu di dekat kepala ranjang, lalu membimbing Kyuhyun agar bersandar nyaman di sana.
“Tunggu sebentar.” Sungmin beranjak beberapa langkah demi mengambil mangkuk bubur. “Tak hangat seperti tadi.” Ujar Sungmin kala mengaduk isi dalam mangkuk itu.
Kyuhyun tersenyum melihat ulah Sungmin dan diam tanpa kata, terus melihat gerak-gerik gadis itu hingga kini sudah duduk di tepi ranjang tepat di sampingnya.
“Buka mulutmu.” Ujar Sungmin seraya mengarahkan sendok berisi bubur itu tepat di depan mulut Kyuhyun. “Sudah tak hangat lagi namun sepertinya masih enak.” Sambung Sungmin saat melihat Kyuhyun tak kunjung membuka mulutnya.
Beberapa detik pria itu menatap isi sendok sebelum membuka mulut dan membiarkan Sungmin menyuapkannya tanpa berkomentar.
“Bagaimana?” Tanya Sungmin saat melihat Kyuhyun sudah menelan bubur itu.
“Walau aku membenci bubur tapi kali ini tak buruk.” Jawab Kyuhyun.
Sungmin tersenyum mendengar ucapan itu dan kembali mengaduk buburnya. “Eomeonim sangat berbakat membuat bubur.” Jawab Sungmin.
“Dan karena kau yang menyuapkannya.”
Ucapan itu menghentikan aktivitas Sungmin dan sontak membuatnya menegakkan kepala, menatap tepat ke wajah Kyuhyun. Pria itu juga melakukan hal yang sama dan tak ingin membuka suara sama sekali namun keheningan itu hilang saat ketukan di pintu kamar menyentakkan mereka.
“Apa umma menganggu?” Heechul yang tengah berdiri di ambang pintu sontak bertanya kala melihat anak dan menantunya terjebak dalam keheningan.
“Tidak eomeonim, Kyuhyun baru bisa memakan buburnya karena sejak tadi masih tidur.” Jawab Sungmin.
“Oh, begitu.” Heechul tersenyum penuh arti di ambang pintu tanpa mau masuk ke dalam. “Umma hanya ingin memberitahu jika makan malam sudah selesai. Minnie mau turun untuk makan atau makanannya diantar kemari?” Tanya Heechul.
“Minnie…”
“Tidak umma. Sementara dia akan disini bersamaku.” Jawab Kyuhyun memotong ucapan Sungmin.
“Oh~ posesif sekali. Tapi istrimu belum makan, jangan terlalu mengekangnya.” Ujar Heechul.
Kyuhyun kaget dan segera menatap Sungmin. “Kau belum makan?”
“Tak masalah. Kau lebih penting sekarang.” Jawab Sungmin tanpa sadar.
Kyuhyun mengerutkan dahinya dan menatap Sungmin heran. “Apa?” Tanya Kyuhyun.
“Ah~” Sungmin tergagap, kaget mendengar jawabannya sendiri. “Aku juga sudah makan siang tadi dan aku jarang makan malam.” Ujar Sungmin menjelaskan seraya mengaduk kembali bubur dalam mangkuk.
Heechul yang masih berdiri di ambang pintu tersenyum melihat gelagar anak serta menantunya. “Harap bersabar saja Minnie, si Kyuhyun ini jika tengah sakit akan sangat manja. Tapi aneh, biasanya dia manja pada umma tapi sekarang umma dilupakan, malah mencari Minnie terus.”
“Umma.” Kyuhyun segera memanggil ibunya sebelum perempuan itu bericara lebih lanjut.
“Apa sayang? Umma menganggu? Baiklah, baiklah umma akan pergi.” Heechul mengerlingkan sebelah matanya pada Kyuhyun dan segera menutup pintu.
“Aish umma.” Kyuhyun hanya bisa berdecak kesal melihat ulah ibunya, perempuan itu paling suka menggoda Kyuhyun dan Kyuhyun akan selalu salah tingkah jika ibunya sudah turun tangan.
Sungmin tersenyum dan kembali mengaduk buburnya. “Hm.” Sungmin mengarahkan lagi sendok berisi bubur itu di depan mulut Kyuhyun dan tanpa kata pria itu segera menerimanya.
Kembali ruangan itu hening, hanya sesekali terdengar dentingan sendok yang tak sengaja menabrak sisi mangkuk.
“Sudah.” Kyuhyun menjauhkan mulut dari sendok saat Sungmin berniat memberikan suapan ke tujuhnya.
“Kenapa? Tingal sedikit lagi.” Sungmin belum ingin menurunkan sendoknya dan menatap Kyuhyun bingung.
“Tenggorokanku sakit. Berhenti dulu.” Jawab Kyuhyun.
Sungmin menghela nafas dan mengalah, meletakkan mangkuk itu di atas nampan lalu memberikan gelas berisi air mineral pada Kyuhyun. Pria itu menerimanya dan meneguk air mineral hingga tertinggal seperempat sebelum ia beri pada Sungmin.
“Istirahatlah.” Sungmin mendekat dan membantu Kyuhyun tertidur nyaman di kasurnya.
“Kau mau kemana?” Kyuhyun menurut namun segera bertanya pada Sungmin.
“Mengembalikan mangkuk.” Jawab Sungmin seraya kembali menghampiri nampan, membawanya keluar kamar.
“Tapi…” Kyuhyun menggantungkan kalimat saat melihat Sungmin sudah menghilang di balik pintu. Kyuhyun menghela nafas seraya menatap langit-langit kamar.

***

Sungmin meletakkan nampan itu di bak cuci dan berniat mencucinya sebelum suara Heechul terdengar dari ambang pintu dapur.
“Biarkan saja itu. Nanti umma yang mencuci.”
“Apa? Tapi ini…”
“Sudah.” Heechul mendekat dan segera mengaitkan lengannya di lengan Sungmin, menarik gadis itu untuk melangkah menuju ruang tamu.
Disana sudah duduk ayah, ibu, ayah mertuanya serta Ahra kakak iparnya.
“Duduk disini dulu.” Heechul membimbing Sungmin agar duduk di samping Ahra, satu-satunya tempat yang tersisa.
“Hm.” Ahra menyerahkan mangkuk berisi sop ayam miliknya pada Sungmin, bermaksud berbagi dan Sungmin tersenyum sebelum menerima mangkuk itu. Tanpa canggung Sungmin ikut mencicipi sop milik Ahra.
“Bagaimana?” Tanya Ahra saat melihat Sungmin sudah menelan makanannya.
“Hm.” Sungmin mengangguk seraya tersenyum. “Boleh Minnie makan lagi?” Tanya gadis itu.
“Tentu. Makan sebanyak yang kau mau.” Jawab Ahra seraya balas tersenyum. “Sop ini buatan unni. Kebetulan unni ingin sekali makan sop tapi tak mau makan buatan umma.” Sambung Ahra.
“Kenapa?” Tanya Sungmin dengan mulut penuh, menatap Ahra heran.
“Tak tahu, padahal sop buatan umma lebih enak dari ini.” Jawab Ahra lagi.
“Mungkin itu keinginan anakmu.” Heechul yang menjawab, tampaknya mereka mendengar ucapan dua perempuan itu.
“Benar. Selagi kami bisa mendapatkannya untukmu kenapa tidak?” Jawab Hangeng yang duduk di sebelah Heechul.
Ahra tersenyum dan mengangguk. “Nah Min, enak bukan jika tengah hamil? Kau diperlakukan layaknya putri raja. Jadi kapan kau akan menyusul?” Tanya Ahra.
“Ah~” Sungmin mengusap tengkuknya salah tingkah. “Itu…”
“Jangan bilang kalian tak mau memiliki anak dalam waktu cepat.” Kali ini ibunya yang berujar, membuat semua mata yang berada di sana menatap Sungmin.
Sungmin terperangan mendapati tatapan itu dan membuatnya semakin salah tingkah. “Tidak. Mungkin…” Sungmin menggantungkan kalimatnya, bingung harus menjawab apa. “Mungkin belum diberikan Tuhan.” Akhirnya Sungmin mendapatkan jawaban yang sepertinya cukup logis.
“Benar juga.” Hangeng mengangguk, diikuti Kangin.
“Sudah jangan memaksa. Minnie juga menginginkannya dan jika kita mendesak akan membuat calon umma muda ini stress, jika stress dia mana bisa fokus untuk hamil. Jadi bersabar saja.” Ujar Kangin seraya mengusap bahu Leeteuk.
Tampaknya mereka yang berada disana menyetujui penjelasan Kangin, membuat Sungmin merasa terselamatkan karena ayahnya.

***

Sungmin mendekati ranjang dan menghela nafas lega kala melihat Kyuhyun sudah tertidur pulas di sana. Dengan gerakan pelan Sungmin duduk di pinggir ranjang dan memperhatikan pria itu dalam diam. Sungmin sedikit tersenyum kala mendengar suara helaan berat nafas Kyuhyun, tampaknya pria itu belum sembuh benar, membuat Sungmin mengulurkan tangan demi mengukur suhu tubuh pria itu dari dahinya.
“Tetap saja hangat. Kuharap besok pagi tak sehangat ini.” Ujar Sungmin setengah berbisik.
Sungmin menarik tangannya dari dahi kyuhyun sebelum menguap panjang. Gadis itu lelah dan mengantuk, membuatnya ingin segera merasakan nyamannya bantal serta empuknya kasur.
Malam ini Sungmin juga tidur di samping Kyuhyun karena tak mungkin ia tidur di lantai. Sungmin juga baru sembuh dan tak ingin mengambil resiko untuk kembali jatuh sakit hanya karena tidur di lantai.
Dengan gerakan pelan Sungmin merebahkan diri di samping Kyuhyun dan membagi sendiri selimut yang tadi memeluk tubuh Kyuhyun. Sungmin tersenyum saat melihat pria itu tak bereaksi sedikitpun atas pergerakannya.
“Selamat malam.” Bisik Sungmin sebelum menutup mata.

***

Suara berisik dari ponsel Sungmin menganggu tidur gadis itu. Sebenarnya ia tak mau peduli namun mendengar ponsel itu tak menyerah untuk membangunkannya Sungmin menyerah juga.
Sungmin menggapai ponselnya dan memaksa membuka mata. Ternyata bukan nada alaram yang membangunkannya melainkan nada panggilan yang lebih berisik lagi.
“Hm.” Sungmin menyapa sosok di seberang sana saat sudah berhasil mengangkat panggilannya.
“Kau masih tidur? Jam berapa ini nona?” Tanya sosok yang tak lain adalah Donghae.
Sungmin menguap beberapa kali sebelum bangkit, beringsut untuk sekedar bersandar di kepala ranjang.
“Jam berapa?” Sungmin balas bertanya sebelum menatap layar ponselnya. “Sepuluh lebih.” Jawabnya santai saat sudah kembali menempelkan ponselnya di telinga.
“Ya Tuhan. Dan jam sepuluh lewat kau masih tertidur? Cepat bersiap Min, aku terus menunggumu di perpustakaan seperti orang bodoh sejak beberapa jam terakhir.” Ujar Donghae meninggikan suaranya.
“Perpus? Kenapa kau di sana? Tak seperti biasa.” Ujar Sungmin masih diliputi kantuk, sesekali gadis itu mengusap lehernya.
“Kau lupa? Kau sendiri yang membuat janji untuk mengerjakan tugas kelompok kita. Oh Tuhan. Aku benar-benar gila jika begini.” Frustasi Donghae.
“Tugas kelompok?” Tanya Sungmin heran, namun beberapa saat kemudian gadis itu tersadar. “Omo. Maaf aku lupa Hae. Sungguh aku lupa. Beri aku waktu setengah jam, aku akan bersiap dengan kilat dan sampai di sana tepat waktu.” Sungmin bangkit dari duduk tanpa sadar.
“Baiklah. Bertemu di kantin saja. aku sudah lapar. Lagipula aku sudah mendapatkan materinya, tinggal merangkunya saja menjadi powerpoint.” Jawab Donghae.
“Oh. Aku bersiap dulu. Sampai nanti.” Sungmin menutup panggilan dan tak memikirkan jika Donghae tersinggung di seberang sana.
“Handuk, handuk. Mana dia.” Sungmin menatap ke kiri dan kekanan namun tak menemukan benda penyerap air itu, namun saat kepanikan melanda mata Sungmin malah tertuju pada ranjang yang tak di tempati oleh siapapun lagi.
“Mana Kyuhyun?” Tanya Sungmin heran. “Apa dia sudah sembuh?” Tanya Sungmin lagi.

***

Hanya membutuhkan waktu lima belas menit untuk Sungmin menyelesaikan powerpoint itu dan selebihnya ia memberikan pada Donghae agar dirapikan ulang. Donghae tak bisa berbuat apapun selain mengalah.
“Jadi bisa langsung makan bukan?” Tanya Sungmin antusias.
Donghae mencebikkan bibirnya sekilas. “Makan terus.” Cibirnya.
Sungmin tertawa sebentar mendengar komentar itu. “Ini hampir tengah hari, bagaimana kau tega membiarkanku kelaparan?” Tanya Sungmin.
“Baiklah. Lagipula aku tak akan mungkin tega membiarkanmu kelaparan.” Jawab Donghae. Tak lama pria itu tampak memanggil pelayan dan memesankan menu makanan mereka.
Sungmin tersenyum melihat pria itu yang tanpa meminta izinya segera memesan. Donghae tahu apapun kesukaannya dan Sungmin merasa ada sesuatu hal yang harus ia luruskan agar tak terjadi kesalah pahaman di antara mereka.
“Kenapa?” Donghae yang melihat Sungmin melamun segera bertanya, membuat perempuan itu berdehem sebentar sebelum menatapnya.
“Hae. Kau…” Sungmin menggantungkan kalimatnya sebentar. “… menyukaiku?” Tanya Sungmin.
Donghae mengangguk tanpa dipikirkan lebih dulu dan sontak saja membuat Sungmin kaget.
“Aku menyukaimu sebagai sahabat dan sudah kuanggap saudaraku sendiri.” Jawabnya, seperti menjelaskan keterkejutan Sungmin.
Sungmin menyipitkan mata mendengar penjelasan itu. “Hanya itu?” Tanya Sungmin untuk memastikan dan Donghae kembali mengangguk. Sungmin menghela nafas lega mendapati anggukan itu. “Jadi kenapa kau tak punya kekasih hingga sekarang?” Tanya Sungmin.
“Aku belum ingin saja.” Jawab Donghae singkat.
Sungmin kembali menatap dalam pria itu dari kursinya. “Hae.” Sungmin memanggil pria itu sebentar.
“Hm.”
“Masalahh Lee Eunhyuk. Sebenarnya dia tak salah keseluruhan, ada andil kau dan aku yang membuat masalahnya jadi seperti ini.” Ujar Sungmin.
“Apa?” Donghae mengerutkan dahi mendengar tuduhan Sungmin.
“Aku mengenal Eunhyuk, jauh sebelum dia melakukan hal ini namun aku mempercayainya, aku yakin dia baik karena itu aku membelanya.” Ujar Sungmin.
“Baik? Baik dari mana?” Tanya Donghae seraya mendengus.
“Dia mencintaimu.”
Donghae membulatkan matanya dan menatap Sungmin tak percaya. “Apa?”
Sungmin mengangguk. “Aku senang Eunhyuk menghampiriku dan mengatakan jika kau adalah prianya, aku senang. Setidaknya Eunhyuk tak lemah sepertiku yang hanya mencintai seseorang dalam diam, tak berbuat apapun. Maka dari itu kau harus memperhatikannya dari sekarang, tak masalah jika kau tak mencintainya nanti namun yang harus kau ingat, dia perempuan yang baik, jujur dan terbuka. Jarang aku menemukan gadis seperti itu dan jika kau tak mau mengenalnya kupastikan kau akan menyesal Hae.” Ujar Sungmin.
Donghae terdiam mendengar ucapan itu dan saat ingin menjawab pelayan kantin sudah datang membawakan pesanan mereka.
“Maaf lama menunggu.” Ujar wanita paruh baya itu setelah menghidangkan makanan.
Sungmin tersenyum dan mengangguk sebagai balasan sebelum pelayan itu pergi.
“Jangan seperti orang bodoh begitu.” Ujar Sungmin saat melihat Donghae terus saja melamun. “Makan.” Sungmin mendekatkan piring berisi nasi itu kehadapan Donghae.
Donghae menghela nafas seraya mengambil sumpit dengan malas dan Sungmin hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkahnya. Pada saat itu juga Sungmin tak sengaja melihat Eunhyuk yang datang dari arah pintu kantin dan Sungmin tersenyum senang melihatnya, ingin berteriak memanggilnya namun sadar Eunhyuk tak akan mau mendekat jika ada Donghae.
“Tunggu sebentar.” Sungmin mengusap mulutnya dengan tisu dan segera melangkah mendekati Eunhyuk yang tampaknya belum sadar akan sekitar.
“Hyuk.” Sungmin menepuk bahu gadis itu dan sontak membuatnya terlonjak.
“Kau.” Eunhyuk mengusap dadanya sebentar dan mendesah lega saat melihat wajah Sungmin.
Sungmin kembali tersenyum sebelum menarik Sungmin ke meja mereka tadi. “Semeja dengan kami saja, kebetulan meja kosong tak ada jika waktu istirahat begini.” Ujar Sungmin.
Eunhyuk membeku saat melihat Donghae sudah berada di sana dan tak tahu harus berbuat apa.
“Duduk di sini.” Sungmin membimbing gadis itu agar duduk di depan Donghae dan segera memanggil pelayan. “Tambah satu Japchae lagi tolong.” Pesannya.
“Baik.” Pelayan itu mengangguk sebelum meminta diri.
Sungmin menatap dua orang yang mematung itu tanpa mau menatap kedepan. “Bukankah kalian sudah saling kenal?” Tanya Sungmin memecah keheningan.
“Ye?” Tanya Eunhyuk.
“Kalian berdua.” Sungmin menunjuk Donghae dan Eunhyuk bergantian. “Sudah saling kenal bukan? Kenapa canggung begini?” Tanya Sungmin.
“Lee Sungmin.” Donghae yang sejak tadi diam mulai menatapnya dengan tatapan dingin.
“Satu japchae datang.” Pelayan itu tiba membawakan pesanan dan membuat kecanggungan menguap diantara mereka.
“Terima kasih.” Ujar Sungmin sebelum pelayan itu pergi. Kembali Sungmin menatap dua orang itu yang terus saja berdiam diri. “Makanlah. Tunggu apa lagi.” Ujar Sungmin.
Eunhyuk mengangguk kikuk sebelum menarik piring japcaenya lebih dekat.
“Aku tak tahu apa makanan kesukaanmu tapi main memesan Japchae saja. maaf.” Ujar Sungmin.
“Tidak. Aku suka japchae.” Jawab Eunhyuk.
“Baiklah.” Sungmin mengangguk dan kembali melanjutkan aktivitasnya yang tertunda begitu juga Donghae, mereka makan dalam diam sebelum ponsel Sungmin berdering dalam saku celananya.
“Hm.” Jawab Sungmin berupa dengungan saat menerima telepon dari Shindong.
“Kau dimana?”
“Kantin kampus. Kenapa?” Tanya Sungmin seraya mengaduk makanannya dengan sebelah tangan.
“Bisa ke studio jam delapan malam nanti?”
“Kenapa?” Dahi Sungmin mengerut. “Jaringan radio masih bermasalah?”
“Bukan itu Min. Baiklah ini ada hubungannya dengan jaringan yang bermasalah namun karena itu atasan kita ingin bertemu. Semua dari kita diharuskan hadir jam delapan nanti.” Ujar Shindong.
“Atasan?” Dahi Sungmin mengerut. “Yang baru itu?”
“Hm. Mungkin pertemuan sekaligus berkenalan. Ya mungkin sudah terlambat namun kita harus menyambutnya. Kau bisa jam delapan nanti?” Tanya Shindong lagi.
“Akhirnya dia menampakkan wujud. Tentu. Aku akan segera bersiap.” Ujar Sungmin seraya mendorong kursi tempatnya duduk agar ia bisa bangkit.
“Hei, pertemuannya nanti malam kenapa kau bersiap sekarang?” Bingung Shindong.
“Baik jika kau mendesak. Tunggu aku disana? Oh.” Sungmin menutup panggilan dan sengaja berbohong di depan Eunhyuk serta Donghae agar ia bisa meninggalkan dua orang itu di sana.
“Aku harus segera pergi, atasanku melakukan inspeksi mendadak.” Ujar Sungmin seraya bersiap.
“Apa?” Eunhyuk dan Donghae berujar bersamaan, membuat Sungmin tersenyum mendengarnya.
“Kalian cocok. Semoga saja bisa bersama. Manfaatkan waktu berdua ini untuk saling mengenal, oh?” Tanya Sungmin sebelum melangkahkan kaki tergesa-gesa menuju luar kantin.
Eunhyuk dan Donghae yang melihat arah kepergian Sungmin hanya bisa menghela nafas berat.
Eunhyuk menggigit bibir bawahnya dan berniat pindah ke meja lain karena ia tahu Donghae tak ingin semeja apa lagi menatap wajahnya.
“Kau dan Sungmin sudah berteman?” Tanya Donghae yang membuat Eunhyuk menghentikan niatnya.
“Itu… aku tak tahu.” Jawab Eunhyuk ragu. “Dia tak akan mungkin mau berteman dengan gadis sepertiku.” Sambungnya.
“Kau salah.” Donghae yang awalnya hanya menunduk menatap isi piring di hadapannya mulai menegakkan kepala, menatap lurus pada Eunhyuk. “Kau belum mengenal Sungmin lebih jauh.” Sambung Donghae.
Eunhyuk meringis pelan mendengar pujian tak langsung yang Donghae keluarkan untuk Sungmin. “Ya~” Jawabnya pelan.
“Tak tahu apa yang pernah kau lakukan padanya namun sejak tadi dia terus memujimu, membelamu bahkan mempromosikanmu.” Ujar Donghae lagi.
“Apa? Aku?” Tanpa sadar Eunhyuk menatap kaget kearah Donghae.
Pria itu mengangguk. “Aku jadi penasaran. Apa yang membuat Sungmin begitu membelamu. Ada hal apa sebenarnya?” Tanya Donghae.
“Ah~ itu… aku juga tak tahu.” Jawab Eunhyuk.
“Lalu Sungmin bilang kau mencintaiku, apa benar?”
Eunhyuk nyaris terbatuk mendengar pertanyaan Donghae. Kenapa Sungmin memberitahu Donghae? Apa yang tengah Sungmin rencanakan? Membuat ia malu di depan Donghae? Pertanyaan itu terus menghantui pikiran Eunhyuk.
“Tadi… kudengar Sungmin mengatakan atasan. Dia sudah bekerja?” Tak mampu menjawab pertanyaan Donghae, Eunhyuk lebih memilih mengalihkan percakapan.
Donghae mengangguk. “Dia penyiar radio. Kau tak tahu?” Tanya Donghae.
“Penyiar radio?” Dahi Eunhyuk mengerut, entah kenapa otaknya bersiaga.
“Kiss radio. Penyiar tengah malam itu. Sebenarnya aku tak mengikuti siarannya karena aku tidur cepat. Namun penyiar radio bernama Minnie adalah Sungmin. Dia sengaja memalsukan namanya.”
Mata Eunhyuk membulat kaget mendengar ucapan Donghae dan batuknya terdengar tanpa bisa ia tahan.

***

Sungmin tak mengikuti dengan fokus pembicaraan teman-teman sesama penyiarnya di sofa lobi dan tampak memperhatikan ponsel yang sejak tadi ada di tangannya.
“Kenapa unni?” Tanya Ryeowook kala menangkap kegelisahan Sungmin.
“Sejak pagi Kyuhyun tak terlihat. Sebelum aku ke studio dia juga belum pulang. Mertuaku berjanji untuk mengirimiku pesan jika ia pulang.” Jawab Sungmin.
Ryeowook tersenyum dan dengan perlahan merebut ponsel Sungmin, meletakkannya di tas gadis itu.
“Nanti saja masalah rumah tangga, sekarang kita harus memfokuskan pikiran pada atasan baru. Kudengar tempramennya bermasalah walau dia tampan.” Ujar Ryeowook.
“Kau benar Wook. Dia orang yang tepat waktu dan dari berita yang kudengar dia atasan yang jarang membolos.” Nari yang sejak tadi diam mulai menimpali.
Ryeowook mengangguk. “Maka dari itu kita harus segera ke ruang pertemuan.” Ryeowook menatap arloji di pergelangan tangan kirinya sesaat. “Hampir jam delapan, sebaiknya kita keatas.” Ajak Ryeowook yang segera disetujui oleh rekannya yang lain.
Sungmin hanya bisa menurut sebelum ikut bangkit, mengekori rekan kerjanya menuju lift yang akan membawa mereka ke gedung pertemuan.
Tak membutuhkan waktu lama mereka sudah tiba di lantai atas dan Shindong menyambut mereka di depan pintu ruangan.
“Selamat malam nona-nona.” Sapanya sebelum membuka pintu agar mereka bisa masuk.
“Terima kasih.” Nari tersenyum dan masuk diikuti Ryeowook sementara Sungmin berdiam diri di dekat pintu.
“Min?” Panggil Shindong.
“Nanti. Kau duluan saja.” Jawab Sungmin seraya mengeluarkan ponsel dari tasnya dan mendesah kecewa saat tak mendapati satu pesanpun di sana.
“Ayo.” Shindong yang masih menunggu Sungmin kembali berujar seraya masuk ke dalam ruangan. Sungmin mengalah dan menekan knop pintu dengan pelan.
Saat Sungmin berhasil masuk, ruangan itu sudah dipenuhi penyiar lain dan tak ada satu kursipun yang tersisa. Berharap menemukan satu tempat duduk Sungmin mengedarkan pandangan namun hanya menemukan banyak rekannya yang memilih berdiri, mungkin karena tak memiliki pilihan lain.
Sungmin masih berdiri di dekat pintu dan tak tahu jika di belakangnya pintu itu terbuka, menampilkan satu sosok berjas hitam.
Sungmin masih belum sadar dan berniat mundur demi menyandarkan punggungnya di belakang pintu, namun tak sengaja tubuhnya menabrak sosok itu dan tentu saja Sungmin hampir terjatuh jika saja sosok itu tak menahannya.
“Maaf, maaf.” Sungmin segera berucap dan membenarkan posisi berdirinya demi membungkuk hormat pada sosok di belakangnya, namun baru saja Sungmin ingin membungkuk wajah sosok itu menghalangi niatnya.
“O-oh.” Sungmin kaget saat melihat dengan jelas rupa sosok itu.
“Hati-hati nona.” Ujarnya tersenyum sebelum melangkah melewati Sungmin.
Ruangan yang semula gaduh mendadak hening kala melihat sosok itu berdiri di depan mereka dan Sungmin menatap arah sosok itu dengan pandangan tak percaya.
“Selamat malam.” Ujarnya ramah dan sontak semua orang yang ada di ruangan itu membalas sapaannya. Tak semua, Sungmin tetap diam seraya terus menatap pria itu.
“Maaf baru memperkenalkan diri kepada rekan semua.” Pria itu balas menatap Sungmin dan mereka seolah hanya berdua di ruangan itu.
“Saya Cho Kyuhyun. Senang bertemu kalian.”
Mendengar pria itu memperkenalkan dirinya membuat Sungmin melemas seketika.

.
~oOo~
.
T. B. C